January 16, 2025 By Abril Geralin
16 Januari 2025 – Limbah popok bayi menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang krusial di dunia. Namun, melalui inovasi teknologi, limbah ini kini dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk bernilai. Di Jepang, popok bekas telah berhasil diubah menjadi tisu toilet berkualitas tinggi, sementara di Indonesia, terobosan teknologi memungkinkan pengolahan popok menjadi batu bata, minyak bakar, hingga pupuk organik. Inisiatif ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga menciptakan solusi berkelanjutan dalam pengelolaan limbah.
Di tengah upaya global untuk mengurangi limbah, Jepang telah menciptakan inovasi mengagumkan dengan meluncurkan tisu toilet pertama di dunia yang terbuat dari popok bekas. Kota Shibushi dan Osaki menjadi pionir dalam inisiatif ramah lingkungan ini. Sejak implementasinya pada April lalu, program ini telah berhasil mengumpulkan 98 ton popok bekas yang kemudian diproses menjadi produk berkualitas bernama “Shibushi Osaki Roll.” Hal ini menjadi bukti nyata bahwa limbah yang selama ini dianggap tidak berguna dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis.
Poppy Paper Company menggunakan teknologi canggih untuk mengolah limbah popok menjadi tisu toilet. Proses dimulai dengan sanitasi menggunakan teknologi dari Unicharm Corp, dilanjutkan dengan penghilangan bau dan pemutihan bahan hingga menyerupai pulp baru. Setelah itu, material yang telah diolah dikirim ke pabrik untuk dicampur dalam jumlah tertentu dengan kertas daur ulang. Dalam waktu dua bulan saja, perusahaan ini mampu memproduksi sekitar 30.000 gulungan tisu toilet berkualitas yang kemudian dipasarkan seharga 400 yen per lusin di Prefektur Kagoshima.
Inisiatif ini tidak hanya menunjukkan potensi daur ulang kreatif, tetapi juga menjadi solusi konkret untuk mengatasi penurunan pasokan kertas mentah. Seperti yang disampaikan oleh Satoshi Yoshida dari departemen penjualan Poppy Paper, program ini dapat membantu mendiversifikasi cara memperoleh bahan baku, terutama mengingat pasokan kertas bekas yang diperkirakan akan terus berkurang akibat meningkatnya sistem tanpa kertas dan populasi yang menyusut.
Di Indonesia, PT Softex Indonesia mengambil langkah inovatif dengan mengembangkan pokbrick, yaitu batu bata yang terbuat dari popok bekas, serta minyak bakar sebagai alternatif minyak tanah. Melalui teknologi hidrotermal yang ramah lingkungan, popok bekas diproses menjadi fiber dan plastik tanpa menggunakan metode pembakaran. Fiber kemudian diolah menjadi pokbrick, sementara plastik dikonversi menjadi minyak bakar melalui proses pyrolysis.
Program sustainability ini merupakan bentuk nyata kontribusi PT Softex Indonesia kepada masyarakat dan lingkungan dalam mengurangi limbah popok. Seperti yang diungkapkan oleh Direktur PT Softex Indonesia, Djali Halim, perusahaan percaya bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan bisnis, tetapi juga harus diimbangi dengan program yang dapat membantu masyarakat dan lingkungan.
Sarana Olah Sampah (SOS) di Kelurahan Buaran, Tangerang, telah mengembangkan metode inovatif untuk mengolah popok bekas menjadi pupuk cair dan media tanam. Program yang diresmikan pada 8 Oktober 2019 ini telah berhasil mengumpulkan rata-rata 100 kilogram sampah popok per hari dari 16 pre-school dan daycare di sekitar lokasi, bahkan bisa mencapai 150 kilogram pada akhir pekan.
Proses pengolahan dimulai dengan pencucian dan pemisahan material, dilanjutkan dengan pengomposan menggunakan bakteri pengurai. Air rendaman gel dari popok kemudian diolah menjadi pupuk cair, sementara gelnya diproses menjadi media tanam yang dapat mengurangi frekuensi penyiraman tanaman dari setiap hari menjadi empat hari sekali. Bahkan, pelapis popok yang terdiri dari berbagai material, termasuk polyester, dapat dicacah dan dimanfaatkan untuk membuat berbagai kerajinan seperti pot dan benang.
Program berkelanjutan ini terus berkembang dengan rencana ekspansi ke Bandung dan Surabaya. Di Bandung, rencananya program akan diperluas hingga mencakup daur ulang pembalut, sementara di Surabaya akan dimulai pada kuartal pertama tahun depan. Di Tangerang sendiri, inovasi terbaru telah dikembangkan dengan memanfaatkan limbah popok sebagai bahan biogas untuk memasak dan penerangan.
Berdasarkan riset World Bank 2017, popok merupakan penyumbang limbah terbesar kedua di dunia. Melalui berbagai inovasi daur ulang ini, Indonesia menunjukkan komitmen serius dalam mengatasi permasalahan limbah popok. Pupuk yang dihasilkan dari proses daur ulang telah dimanfaatkan warga sekitar untuk penghijauan, dengan SOS secara khusus mendistribusikannya secara gratis kepada masyarakat.
Inovasi-inovasi ini menunjukkan bahwa dengan teknologi dan komitmen yang tepat, limbah popok yang selama ini dianggap sebagai masalah lingkungan dapat diubah menjadi berbagai produk bermanfaat. Dari tisu toilet di Jepang hingga batu bata dan pupuk organik di Indonesia, pengelolaan limbah popok telah memasuki era baru yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.