Leet Media

Starlink Direct to Cell Resmi Aktif di Amerika Serikat Sementara Indonesia Masih Melarangnya

May 7, 2025 By Rio Baressi

Root-Nation.com

7 Mei 2025 – Teknologi internet satelit kini memasuki babak baru dengan hadirnya fitur Direct-to-Cell dari Starlink yang memungkinkan ponsel terhubung langsung ke satelit tanpa infrastruktur menara BTS. Inovasi ini mulai aktif di Amerika Serikat, namun di Indonesia, fitur ini masih belum tersedia karena terbentur masalah regulasi dan perizinan. Artikel ini mengulas secara mendalam perkembangan fitur ini dari sisi teknologi, dampaknya terhadap industri seluler, serta kendala implementasinya di Indonesia.

Apa Itu Fitur Direct to Cell dari Starlink

Starlink, layanan internet satelit milik Elon Musk di bawah naungan SpaceX, resmi memperkenalkan fitur Direct-to-Cell pada November 2024. Teknologi ini memungkinkan ponsel biasa untuk terkoneksi langsung dengan satelit, tanpa perlu akses jaringan terestrial seperti menara BTS. Fitur ini diproyeksikan akan menjadi solusi konektivitas di wilayah-wilayah terpencil dan bencana, di mana jaringan darat sulit dijangkau.

Menurut pernyataan resmi dari Starlink, satelit mereka memiliki onboard modem eNodeB, yang fungsinya menyerupai menara seluler yang mengorbit di luar angkasa. Dengan teknologi ini, perangkat IoT berbasis LTE dan ponsel konvensional dapat mengakses jaringan dari mana saja—baik di daratan, perairan, maupun wilayah terpencil lainnya.

Peluncuran Terbatas di AS Melalui Kemitraan dengan T-Mobile

Di Amerika Serikat, fitur Direct-to-Cell sudah mulai diuji coba secara terbatas bekerja sama dengan operator T-Mobile. Layanan ini sementara baru mendukung pengiriman pesan teks melalui satelit, dengan fitur suara dan data dijadwalkan menyusul. Uji coba dimulai setelah mendapatkan izin dari Komisi Komunikasi Federal (FCC), dengan uji coba awal dilakukan di area terdampak bencana seperti badai Helene.

T-Mobile juga mulai mengirimkan penawaran kepada pelanggan untuk bergabung dalam program beta, termasuk dalam bentuk bundling layanan internet satelit gratis, akses jaringan 5G T-Mobile, pesan teks tak terbatas, hingga diskon hiburan dan perjalanan. Setelah masa uji coba, pelanggan akan dikenakan biaya sekitar US$15 per bulan, namun untuk pelanggan awal, tersedia diskon hingga US$5.

Indonesia Masih Terkendala Regulasi

Berbeda dengan di Amerika, layanan Direct-to-Cell Starlink belum tersedia di Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menegaskan bahwa Starlink hanya memiliki izin untuk layanan internet tetap (ISP) dan jaringan tertutup berbasis VSAT (Jartup VSAT). Dengan demikian, mereka tidak dapat secara legal menawarkan layanan langsung ke ponsel.

Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kominfo, Aju Widya Sari, menjelaskan, “Dalam implementasi saat ini, PT Starlink Services Indonesia tidak dapat menyediakan layanan D2C (Direct-to-Cell) secara langsung kepada pelanggan karena izin penyelenggaraan yang dimiliki hanya ISP dan Jartup VSAT.”

Lebih lanjut, Aju menegaskan bahwa hingga saat ini, belum ada rencana implementasi fitur Direct-to-Cell yang disampaikan oleh Starlink kepada pemerintah Indonesia.

Kontroversi dan Kekhawatiran Industri Telekomunikasi

Fitur Direct-to-Cell memicu kekhawatiran di kalangan operator seluler lokal. Teknologi ini berpotensi menjadi ancaman bagi ekosistem bisnis telekomunikasi yang sudah ada karena memungkinkan akses internet tanpa infrastruktur darat, yang menjadi tulang punggung bisnis operator.

Dari sisi regulator, kekhawatiran ini menjadi dasar larangan sementara terhadap pengoperasian layanan Direct-to-Cell. Pemerintah Indonesia tampak berhati-hati dalam menjaga keseimbangan antara mendorong inovasi teknologi dan melindungi ekosistem industri dalam negeri.

Kemajuan teknologi Starlink melalui fitur Direct-to-Cell membuka peluang besar dalam memperluas akses internet global, terutama di daerah terpencil. Namun, regulasi tetap menjadi tantangan utama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Keseimbangan antara mendorong inovasi dan menjaga keberlangsungan industri lokal menjadi kunci. Jika regulasi dapat disesuaikan tanpa mengorbankan kepentingan nasional, bukan tidak mungkin fitur revolusioner ini suatu saat bisa dinikmati di seluruh penjuru Tanah Air.

Related Tags & Categories :

highlight

Uncategorized