February 21, 2025 By jay
17 Februari 2025 – Jakarta Utara menghadapi ancaman yang semakin serius akibat banjir rob. Berdasarkan penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dalam sepuluh tahun terakhir, wilayah ini mengalami penurunan tanah hingga 2,5 meter. Selain itu, permukaan air laut terus mengalami kenaikan dengan rata-rata 1,2 sentimeter per tahun. Kombinasi dari kedua faktor ini membuat banjir rob semakin sering melanda kawasan pesisir ibu kota.
Banjir rob tidak hanya mengancam permukiman warga, tetapi juga infrastruktur dan aktivitas ekonomi di wilayah pesisir. Tanah yang semakin turun memperbesar risiko air laut masuk ke daratan dan menggenangi berbagai kawasan, termasuk permukiman, jalan raya, dan kawasan industri. Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa solusi yang efektif, maka dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat akan semakin besar.
Sejumlah solusi telah dirancang dan diusulkan untuk mengatasi banjir rob di Jakarta Utara. Salah satu proyek besar yang sempat menjadi perhatian adalah pembangunan Giant Sea Wall. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan tanggul raksasa yang dapat melindungi Jakarta dari kenaikan air laut. Selain itu, tanggul-tanggul kecil juga telah dibangun di beberapa titik untuk menahan banjir rob. Upaya reklamasi daratan juga menjadi salah satu strategi yang diterapkan untuk mengurangi dampak air laut yang terus naik.
Namun, efektivitas solusi-solusi ini masih menjadi bahan perdebatan. Pembangunan Giant Sea Wall memerlukan investasi yang sangat besar dan waktu yang lama. Selain itu, reklamasi daratan justru berpotensi memperburuk penurunan tanah, karena beban tambahan yang diletakkan di atas tanah yang sudah mengalami penurunan.
Di tengah tantangan ini, muncul satu teknologi yang menarik perhatian, yaitu Self Closing Flood Barrier. Teknologi ini telah digunakan di berbagai negara di Amerika dan Eropa sejak tahun 1998 untuk mengatasi masalah banjir rob. Keunggulan utama dari sistem ini adalah tidak memerlukan listrik atau tenaga manusia untuk beroperasi, menjadikannya solusi yang lebih praktis dan efisien.
Self Closing Flood Barrier bekerja dengan menggunakan sistem Activation Basin. Pada kondisi normal, barrier ini tersembunyi di dalam ruang khusus yang memiliki katup untuk mencegah air masuk. Namun, ketika permukaan air mencapai batas maksimal, barrier akan secara otomatis naik dan mengunci dirinya agar tetap kokoh menghadapi arus air. Setelah air surut, barrier akan turun mengikuti permukaan air dan kembali bersembunyi di dalam ruangannya tanpa memerlukan bantuan manusia.
Teknologi ini memiliki beberapa keunggulan utama dibandingkan solusi lainnya:
Jika Jakarta menerapkan teknologi Self Closing Flood Barrier, maka ada kemungkinan besar banjir rob dapat dikendalikan dengan lebih efektif. Dengan karakteristik geografis dan pola kenaikan permukaan air di Jakarta Utara, penggunaan sistem ini dapat menjadi solusi yang lebih efisien dibandingkan pembangunan tanggul konvensional atau reklamasi daratan.
Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dalam mengadopsi teknologi ini:
Dengan ancaman banjir rob yang terus meningkat, Jakarta membutuhkan solusi yang tidak hanya efektif, tetapi juga berkelanjutan. Self Closing Flood Barrier menawarkan alternatif inovatif yang dapat membantu mengurangi dampak banjir rob tanpa memerlukan perawatan yang rumit atau penggunaan energi tambahan.
Jika teknologi ini diterapkan dengan baik, maka Jakarta bisa memiliki sistem pertahanan yang lebih tangguh terhadap banjir rob. Dengan kombinasi berbagai solusi yang tepat, termasuk peningkatan sistem drainase, tanggul pelindung, dan pengelolaan tata kota yang lebih baik, ibu kota Indonesia dapat lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut di masa depan.
Kini, pertanyaannya adalah: apakah Jakarta siap mengadopsi teknologi ini untuk melindungi warganya dari ancaman banjir rob yang semakin parah?