January 30, 2025 By Rio Baressi
30 Januari 2025 – Budaya cium tangan merupakan budaya yang tidak bisa terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Cium tangan dikenal dengan istilah “salim” atau “salam,” bukan hanya sekadar gestur sederhana tanpa arti melainkan memiliki arti yang beragam yaitu menggambarkan rasa hormat, apresiasi dan kasih sayang terhadap orang yang lebih tua. Budaya ini tampak sederhana namun memiliki sejarah dan makna yang panjang.
Budaya cium tangan termasuk tradisi yang sudah lama dan merupakan hasil akulturasi antara budaya lokal dengan agama. Tradisi ini mengakar dari ajaran Islam yang telah lama menjadi bagian masyarakat Indonesia sebagai bagian dari penghormatan kepada orang tua, guru, tokoh dan pemimpin. Tradisi cium tangan ini awalnya berasal dari zaman kerajaan di Nusantara dimana pada masa itu rakyat biasa harus mencium tangan atau kaki raja sebagai bentuk penghormatan. Kemudian tradisi ini dilanjutkan hingga masa kolonial Belanda.
Selain itu, Tradisi cium tangan sampai saat ini bisa juga disebut ‘sungkeman.’ Bagi masyarakat Jawa tradisi sungkeman ini banyak dilakukan pada saat hari Lebaran, dengan cara membungkukan diri kehadapan orang tua sambil mencium tangan.
Tradisi cium tangan tidak hanya dijumpai di Indonesia tetapi juga di beberapa negara lain. Seperti di Turki, praktik mencium tangan disana sering dilakukan pada saat hari perayaan agama. Selain itu negara asia tenggara seperti Malaysia, Brunei, dan Thailand juga sering melakukan praktik mencium tangan. Di Malaysia, tradisi ini disebut dengan “salim”, sedangkan di Brunei disebut dengan “muafakat”.
Sementara di Thailand tradisi cium tangan ini disebut dengan “wai”. Perlu diketahui juga gestur penghormatan di Indonesia dengan negara barat berbeda, di negara barat bentuk penghormatan dilakukan melalui jabat tangan.
Dalam beberapa negara Eropa seperti Austria, Hongaria, Rumania dan Polandia, tradisi cium tangan juga berbeda dimana gestur cium tangan lebih dipraktikan oleh Pria jika ingin menyapa Wanita. Uniknya, gestur cium tangan ini tidak hanya menjadi simbol kesopanan disana tetapi juga menunjukan bagaimana kelas sosial yang berlaku misalnya dilakukan oleh orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi.
Tradisi cium tangan masih relevan sampai sekarang meskipun menghadapi berbagai tantangan. Keluarga memiliki peran utama dalam mempertahankan dan mengajarkan tradisi ini kepada anak-anak tentang pentingnya menghormati orang yang lebih tua. Di era digital ini, media sosial dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan kepada generasi muda tentang nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini.
Usaha lain untuk mempertahankan tradisi ini agar terus hidup adalah dengan cara melestarikannya dengan cara “salim” kepada orang yang lebih tua agar gestur ini tetap bertahan di masa mendatang.
Meskipun zaman terus berubah, tetapi tradisi ini tetap relevan sebagai pengingat pentingnya hubungan yang harmonis lintas generasi. Dengan penyesuaian dan edukasi yang tepat, tradisi cium tangan dapat tetap terjaga sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.