May 6, 2025 By Rio Baressi
6 Mei 2025 – Fasisme adalah ideologi politik yang menekankan kepatuhan mutlak terhadap pemimpin, menolak perbedaan pendapat, dan sering kali menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaan. Ideologi ini bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, kebebasan berpikir, dan hak asasi manusia. Artikel ini akan mengupas sejarah fasisme, ciri-cirinya, serta dampaknya di berbagai negara, termasuk jejaknya di Indonesia.
Fasisme memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari ideologi lain. Pertama, fasisme menolak demokrasi dan kebebasan berpendapat. Kedua, ideologi ini mengutamakan kepatuhan total kepada pemimpin yang dianggap sebagai sosok tunggal yang tidak boleh dibantah. Ketiga, fasisme sering kali menggunakan propaganda dan kekerasan untuk menekan perbedaan pendapat.
Fasisme tidak hanya terjadi di Eropa, tetapi juga meninggalkan jejaknya di Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang, rakyat dipaksa untuk patuh tanpa syarat. Sementara itu, selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru, kebebasan berpendapat sangat dibatasi, dan loyalitas kepada pemimpin menjadi harga mati. Bahkan Ki Hajar Dewantara pernah menyebut sistem pendidikan yang terlalu otoriter sebagai “diktator”, menandakan betapa dekatnya praktik fasis dengan kehidupan sehari-hari.
Fasisme tumbuh subur dalam kondisi masyarakat yang dilanda ketakutan, kebimbangan, atau krisis. Ideologi ini menawarkan solusi simplistis dengan mengorbankan kebebasan dan akal sehat. Tanpa disadari, masyarakat bisa terjerumus ke dalam pola pikir fasis, seperti muak terhadap perbedaan pendapat atau mengidolakan pemimpin yang otoriter.
Fasisme adalah ancaman nyata bagi demokrasi dan kebebasan. Penting bagi masyarakat untuk tetap kritis, menghargai perbedaan pendapat, dan waspada terhadap tanda-tanda fasisme dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami bahayanya, kita dapat mencegah ideologi ini mengambil alih ruang publik.