December 30, 2024 By Amandira Maharani
Dalam perjalanan sejarah peradaban manusia, sistem tulisan menjadi saksi bisu perkembangan budaya dan interaksi antar bangsa. Salah satu fenomena menarik yang masih dapat kita amati hingga hari ini adalah kemiripan yang mencolok antara Aksara Jawa dan Aksorn Thailand. Kemiripan ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan hasil dari akar sejarah yang sama dan proses evolusi tulisan yang berlangsung selama berabad-abad.
Aksorn, sistem tulisan yang digunakan di Thailand, memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari sistem tulisan lain di dunia. Sistem ini dikenal dengan keistimewaannya dalam memunculkan bunyi vokal melalui konsonannya, menciptakan harmoni yang sempurna antara bentuk visual dan bunyi yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan definisi aksara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang menjelaskan aksara sebagai sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan merepresentasikan ujaran.
Yang membuat Aksorn semakin menarik adalah kompleksitas sistem vokalnya. Berbeda dengan kebanyakan sistem tulisan yang hanya mengenal lima vokal dasar (A-I-U-E-O), Aksorn Thailand memiliki 28 bentuk vokal yang berbeda. Keragaman ini mencerminkan kekayaan fonetik bahasa Thai dan kemampuan sistemnya untuk menangkap nuansa bunyi yang lebih halus.
Kemiripan antara Aksara Jawa dan Aksorn Thailand dapat dilacak hingga ke akar sejarahnya yang sama: Huruf Aram. Sistem tulisan kuno ini telah digunakan sejak abad ke-12 dan menjadi cikal bakal berbagai sistem tulisan di Asia. Dari Huruf Aram, berkembanglah Aksara Pallawa yang memainkan peran vital dalam perkembangan tulisan di Nusantara.
Bukti konkret pengaruh Aksara Pallawa di Nusantara dapat ditemukan dalam peninggalan sejarah berupa prasasti-prasasti kuno. Prasasti Mulawarman dan Tarumanegara, misalnya, menggunakan Aksara Pallawa sebagai medium untuk mengabadikan sejarah dan peristiwa penting pada masanya. Prasasti-prasasti ini tidak hanya menjadi bukti penggunaan Aksara Pallawa, tetapi juga menunjukkan tingkat kecanggihan peradaban Nusantara dalam mengadopsi dan mengadaptasi sistem tulisan.
Seiring berjalannya waktu, Aksara Pallawa mengalami evolusi yang berbeda di berbagai wilayah. Di kawasan yang sekarang menjadi Thailand, Aksara Pallawa berkembang menjadi Aksara Khmer Kuno, yang kemudian menjadi dasar bagi pembentukan Aksorn Thailand modern. Proses evolusi ini mencerminkan adaptasi sistem tulisan terhadap kebutuhan linguistik dan budaya masyarakat Thai.
Sementara itu, di Nusantara, Aksara Pallawa bertransformasi menjadi Aksara Kawi atau yang dikenal juga sebagai Aksara Jawa Kuno. Aksara Kawi inilah yang kemudian berkembang menjadi Aksara Jawa yang kita kenal saat ini. Proses evolusi ini tidak terjadi secara instan, melainkan melalui serangkaian adaptasi dan modifikasi yang berlangsung selama berabad-abad.
Kemiripan antara Aksara Jawa dan Aksorn Thailand merupakan bukti nyata bagaimana peradaban-peradaban di Asia Tenggara saling terhubung dan mempengaruhi. Meskipun kedua sistem tulisan ini telah berkembang dengan karakteristiknya masing-masing, jejak-jejak asal-usul yang sama masih dapat terlihat dalam bentuk visual dan prinsip-prinsip dasarnya.
Pemahaman akan hubungan historis ini tidak hanya penting dari sudut pandang akademis, tetapi juga memiliki nilai praktis dalam konteks hubungan budaya kontemporer. Kemiripan ini dapat menjadi jembatan pemahaman antara masyarakat Indonesia dan Thailand, mengingatkan kita akan warisan budaya bersama yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.
Dengan menyadari keterkaitan historis ini, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya yang kita miliki dan pentingnya melestarikan sistem tulisan tradisional di tengah arus modernisasi. Baik Aksara Jawa maupun Aksorn Thailand adalah bukti nyata dari kejayaan peradaban masa lalu yang tetap relevan dan berharga hingga saat ini.
Related Tags & Categories :