April 23, 2025 By Rio Baressi
23 April 2025 – Olimpiade selalu menjadi panggung terbesar bagi atlet dunia untuk menciptakan sejarah. Beberapa rekor tidak hanya memecahkan batas manusia, tetapi juga bertahan puluhan tahun tanpa tersentuh. Dari lintasan atletik hingga kolam renang, mari kita eksplorasi rekor-rekor Olimpiade yang tampaknya akan tetap abadi.
Usain Bolt, si “Lightning Bolt”, mencatat waktu 9,63 detik di Olimpiade London 2012. Rekor dunia di luar Olimpiade miliknya bahkan lebih mencengangkan, yakni 9,58 detik. Kedua catatan ini dianggap sebagai batas maksimal kemampuan manusia dalam sprint.
Faktor biomekanik Bolt yang unik, termasuk tinggi badan 1,95 meter dan langkah yang lebih sedikit daripada pelari lain, membuat rekor ini semakin sulit ditandingi. Pakar fisiologi olahraga memperkirakan butuh generasi atlet dengan mutasi genetik khusus untuk mendekati waktu ini.
Di Olimpiade Mexico City 1968, Bob Beamon melompat sejauh 8,90 meter, mengalahkan rekor sebelumnya sebesar 55 cm. Lompatan ini begitu fenomenal sehingga alat pengukur elektronik saat itu tidak cukup panjang untuk mengukurnya.
Kondisi udara tipis di ketinggian Mexico City dan angin sepoi-sepoi memang membantu, tetapi teknik Beamon yang sempurna tetap menjadi faktor utama. Hingga kini, hanya 5 atlet yang pernah melampaui 8,70 meter, membuat rekor Beamon tetap menjadi standar emas.
Michael Phelps meraih 8 medali emas dalam satu Olimpiade (Beijing 2008), menyamakan rekor Mark Spitz tahun 1972 tetapi dengan lebih banyak nomor individu. Total 28 medali sepanjang kariernya adalah pencapaian yang mungkin tak akan terulang.
Kombinasi fisiologi tubuh Phelps yang ideal untuk renang (sayap 2,01 meter dengan torso panjang), disiplin latihan ekstrem, dan pola makan 12.000 kalori/hari selama kompetisi menciptakan formula sempurna yang sulit ditiru atlet masa kini.
“Flo-Jo” mencatat 21,34 detik di lari 200 meter Olimpiade Seoul 1988, rekor yang bertahan lebih dari tiga dekade. Gaya lari uniknya dengan kuku berwarna dan pakaian aerodinamis menjadi ikon tersendiri.
Meski sempat menimbulkan kontroversi, rekornya tetap diakui resmi. Atlet modern seperti Elaine Thompson-Herah hanya mampu mendekati dengan selisih 0,3 detik, jarak yang cukup signifikan dalam dunia sprint.
Pada usia 14 tahun, Nadia Comaneci mencetak skor sempurna 10 di Olimpiade Montreal 1976. Yang lebih menakjubkan, ia melakukannya tujuh kali selama kompetisi tersebut.
Sistem penilaian senam modern yang lebih ketat membuat skor sempurna hampir mustahil tercapai lagi. Bahkan Simone Biles, yang dianggap sebagai pesenam terhebat saat ini, belum pernah meraih nilai sempurna di Olimpiade.
Atlet Georgia ini mengangkat total 488 kg di Olimpiade Tokyo 2020, rekor yang dianggap sebagai puncak kemampuan manusia di kelas +109 kg. Kekuatan eksplosif dan teknik sempurna menjadikannya atlet terkuat dalam sejarah angkat besi modern.
Rekor-rekor ini bukan sekadar angka, tetapi bukti batas kemampuan manusia yang terus didorong. Dengan perkembangan sains olahraga yang pesat, apakah suatu hari rekor ini akan terpecahkan? Atau mereka akan tetap menjadi legenda yang tak tersentuh?