January 14, 2025 By Abril Geralin
14 Januari 2025 – Merokok, kebiasaan yang sulit dihentikan, masih menjadi masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia. Bayangkan, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia, ada sekitar 70 juta perokok aktif di negeri ini. Ironisnya, Indonesia juga tercatat sebagai produsen tembakau terbesar keempat di dunia. Di tengah tantangan ini, sebuah terobosan dari Inggris muncul dan menawarkan secercah harapan: pil varenicline. Mungkinkah pil ini menjadi solusi bagi Indonesia?
Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) baru-baru ini memperkenalkan pil varenicline sebagai salah satu metode untuk membantu orang berhenti merokok. Pil harian ini bekerja dengan mengurangi keinginan terhadap nikotin, zat adiktif dalam rokok yang menyebabkan ketergantungan. Menariknya, tingkat efektivitas varenicline diklaim lebih tinggi dibandingkan metode pengganti nikotin lainnya, seperti permen karet atau plester nikotin.
Cara kerja varenicline cukup unik. Penggunaannya dilakukan secara bertahap selama 12 minggu masa pengobatan. Selama periode ini, pengguna secara perlahan mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi setiap harinya, dibantu dengan efek pil yang meredam keinginan merokok. Lebih dari itu, varenicline juga diklaim dapat mengurangi gejala putus nikotin, seperti sulit tidur dan mudah tersinggung, yang sering dialami oleh orang yang mencoba berhenti merokok.
Inggris sendiri menargetkan dapat membantu sekitar 85.000 orang berhenti merokok dan mencegah sekitar 9.500 kematian akibat penyakit terkait rokok dalam lima tahun ke depan dengan penggunaan varenicline. Angka yang cukup signifikan. Namun, bagaimana jika metode ini diterapkan di Indonesia?
Indonesia menghadapi masalah merokok yang sangat besar. Dengan 70 juta perokok aktif dan status sebagai produsen tembakau raksasa, dampak negatif rokok terhadap kesehatan masyarakat sangat terasa. Berdasarkan perhitungan kasar, jika varenicline berhasil diterapkan secara efektif di Indonesia, potensi penyelamatan nyawa bisa mencapai angka yang fantastis, sekitar 437.923 kematian per tahunnya. Angka ini didasarkan pada proporsi kematian akibat rokok dan jumlah perokok di Indonesia.
Namun, mengadopsi varenicline di Indonesia tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan secara matang. Harga varenicline dan ketersediaannya di seluruh wilayah Indonesia perlu dijamin. Program subsidi atau asuransi kesehatan mungkin diperlukan agar pil ini terjangkau bagi masyarakat luas, terutama kalangan ekonomi menengah ke bawah yang merupakan mayoritas perokok di Indonesia. Program sosialisasi dan edukasi yang masif dan efektif diperlukan untuk memperkenalkan varenicline kepada masyarakat. Informasi yang jelas mengenai cara kerja, manfaat, dan efek samping pil ini harus disebarluaskan agar masyarakat memahami dan mau mencoba metode ini. Pengawasan yang ketat terhadap penggunaan varenicline sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan dan memastikan efektivitas pengobatan. Regulasi yang jelas juga diperlukan untuk mengatur distribusi dan penjualan pil ini. Kebiasaan merokok di Indonesia seringkali terkait dengan konteks sosial dan budaya. Oleh karena itu, pendekatan yang komprehensif, yang tidak hanya berfokus pada pengobatan medis, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial dan budaya, sangat dibutuhkan.
Varenicline menawarkan harapan baru dalam upaya menanggulangi masalah merokok di Indonesia. Potensi manfaatnya sangat besar, tetapi implementasinya membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa terobosan ini dapat dimanfaatkan secara optimal.
Penerapan varenicline bisa menjadi salah satu langkah awal yang signifikan menuju Indonesia yang lebih sehat dan bebas dari dampak buruk rokok. Namun, perlu diingat bahwa ini bukanlah solusi tunggal. Upaya-upaya lain, seperti peningkatan edukasi tentang bahaya rokok, penegakan hukum yang lebih tegas terhadap iklan dan penjualan rokok, serta dukungan bagi perokok yang ingin berhenti, tetap diperlukan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan.