May 18, 2025 By Reynaldi Aditya Ramadhan

18 Mei 2025 – Setelah sempat mereda, gelombang baru COVID-19 kembali menghantui Asia. Hong Kong dan Singapura menjadi dua wilayah pertama yang melaporkan lonjakan signifikan dalam kasus infeksi, rawat inap, hingga kematian akibat COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir. Para ahli menyebut, penyebab utamanya bukan hanya karena varian baru, tapi juga karena menurunnya kekebalan komunitas dan rendahnya tingkat vaksinasi lanjutan, terutama di kalangan lansia.
Di Hong Kong, Pusat Perlindungan Kesehatan mencatat 81 pasien dengan kasus berat COVID-19 dalam empat pekan terakhir. Sebanyak 30 di antaranya meninggal dunia. Sekitar 83 persen dari kasus parah dialami oleh pasien berusia 65 tahun ke atas, dan lebih dari 90 persen memiliki penyakit komorbid.
Salah satu yang disorot adalah rendahnya cakupan vaksinasi booster di kalangan lansia. Dari data otoritas, hanya satu pasien yang meninggal telah menerima booster dalam empat bulan terakhir. Selebihnya, belum mendapatkan perlindungan tambahan.
“Di antara pasien lansia, 75 persen dari yang meninggal tinggal di panti jompo dan 90 persen belum menerima booster,” jelas Edwin Tsui Lok-kin, perwakilan dari Pusat Proteksi Kesehatan Hong Kong, dikutip dari The Standard Hong Kong.
Kepala Cabang Penyakit Menular, Albert Au, menambahkan bahwa aktivitas virus mencapai titik tertinggi dalam setahun terakhir, bahkan sebelum musim dingin tiba. Ia juga menegaskan pentingnya langkah pencegahan untuk kelompok rentan.
Tak jauh berbeda, Singapura juga mencatat lonjakan signifikan. Kementerian Kesehatan negara-kota itu melaporkan kenaikan kasus COVID-19 sebesar 28 persen dalam seminggu (periode 27 April–3 Mei), dari 11.100 menjadi 14.200 kasus. Sementara angka rawat inap harian naik sekitar 30 persen.
Meski belum ada indikasi varian baru menyebabkan gejala yang lebih parah, otoritas tetap mengeluarkan imbauan penggunaan masker di ruang publik yang ramai. Kementerian menyebut peningkatan kasus bisa disebabkan oleh menurunnya kekebalan populasi, bukan karena virus yang lebih mematikan.
“Tidak ada bukti bahwa varian saat ini lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih berat dibandingkan sebelumnya,” tulis pernyataan resmi dari Kementerian Kesehatan Singapura.
Varian dominan di Singapura saat ini adalah LF.7 dan NB.1.8, yang merupakan turunan dari varian JN.1. Menariknya, varian JN.1 ini telah dimasukkan ke dalam formulasi vaksin COVID-19 terbaru, sehingga booster tetap relevan dan penting sebagai bentuk perlindungan.
Kenaikan kasus COVID-19 kali ini terjadi justru saat musim panas, waktu di mana virus pernapasan biasanya melemah. Hal ini menjadi indikasi bahwa COVID-19 kini sudah menjadi penyakit endemik dengan pola lonjakan musiman—dan bisa muncul kapan saja, tak lagi terikat musim.
“Siklus aktif saat ini terkait pergeseran varian dominan dan penurunan kekebalan komunitas,” ungkap Edwin Tsui.
Di China dan Thailand, peningkatan kasus juga mulai terlihat. Otoritas Thailand mencatat lonjakan pasca perayaan Songkran, yang mempertemukan banyak orang dalam kerumunan. Di China, angka positif COVID-19 bahkan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam lima minggu terakhir.
Meskipun kondisi di Indonesia belum menunjukkan tren serupa, bukan berarti kita bisa lengah. Mobilitas internasional yang tinggi dan pelonggaran protokol kesehatan bisa menjadi celah masuknya varian baru. Terlebih, cakupan vaksinasi booster di Indonesia juga belum maksimal, terutama di kalangan lansia dan penderita komorbid.
Berikut langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko:
COVID-19 belum sepenuhnya pergi. Meski sudah tidak seganas masa awal pandemi, virus ini masih bisa menyebabkan komplikasi serius, terutama pada kelompok usia lanjut dan yang memiliki penyakit penyerta. Gelombang baru yang melanda Hong Kong dan Singapura menjadi peringatan bagi wilayah lain, termasuk Indonesia, untuk terus menjaga kewaspadaan dan memastikan perlindungan melalui vaksinasi tetap berjalan.
Waspada bukan berarti panik—tapi tahu kapan dan bagaimana bertindak. COVID mungkin endemik, tapi perlindungan kita jangan endemik juga.
Related Tags & Categories :