Leet Media

Wanita Prancis Jadi Korban Penipuan Brad Pitt AI: Memahami Bahaya Deepfake di Era Digital

January 16, 2025 By Amandira Maharani

16 Januari 2025 – Drama penipuan ini bermula ketika Anne, wanita berusia 53 tahun asal Prancis, dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai Jane Pitt, ibu dari aktor Hollywood Brad Pitt. Komunikasi ini berlangsung selama lebih dari setahun, di mana para penipu dengan cermat membangun kepercayaan korban menggunakan teknologi AI untuk menciptakan foto dan pesan yang sangat meyakinkan.

Para penipu menggunakan teknologi AI canggih untuk memanipulasi foto-foto Brad Pitt, bahkan mengirimkan gambar-gambar yang menunjukkan aktor tersebut terbaring di rumah sakit. Mereka membangun narasi bahwa Brad Pitt sedang mengalami masalah kesehatan serius dan membutuhkan dana untuk perawatan ginjal, namun tidak bisa mengakses rekeningnya sendiri karena proses perceraian dengan Angelina Jolie.

Dampak Fatal Penipuan

Akibat penipuan ini sungguh fatal. Anne kehilangan uang sebesar Rp13 miliar dan bahkan berpisah dengan suaminya. Korban yang mengalami masalah kesehatan mental ini begitu mempercayai bahwa dia menjalin hubungan istimewa dengan Brad Pitt. Awalnya, Anne mengirim uang senilai 10 ribu euro untuk membayar cukai hadiah yang diklaim telah dikirim oleh ‘Brad Pitt’. Kemudian, ia mengirimkan hampir seluruh uang hasil perceraiannya sebesar 775 ribu euro setelah si ‘Brad Pitt’ mengaku menderita kanker ginjal.

Indozone

Memahami Teknologi Deepfake

Deepfake adalah teknologi manipulasi media yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menciptakan atau memodifikasi konten video, audio, dan gambar. Nama “deepfake” sendiri berasal dari gabungan kata “deep learning” dan “fake”. Teknologi ini mampu membuat seseorang tampak dan bersuara seperti orang lain dengan tingkat kemiripan yang sangat tinggi.

Cara Kerja Deepfake

Teknologi deepfake bekerja menggunakan dua sistem kecerdasan buatan yang saling melengkapi. Sistem pertama disebut “generator” yang bertugas menciptakan konten palsu, sementara sistem kedua yang disebut “discriminator” berfungsi mendeteksi kecacatan dalam konten tersebut. Kedua sistem ini bekerja dalam sebuah arsitektur yang disebut Generative Adversarial Networks (GANs).

Generator terus-menerus menciptakan konten baru, sementara discriminator berusaha menemukan ketidaksempurnaan dalam konten tersebut. Proses ini berulang hingga menghasilkan konten yang sangat mirip dengan aslinya. Semakin banyak data yang digunakan untuk melatih sistem ini, semakin sempurna hasil yang diciptakan.

Motif dan Bentuk Penyalahgunaan Deepfake

Penyalahgunaan teknologi deepfake memiliki berbagai motif dan bentuk berbahaya:

Penipuan Finansial

Seperti kasus Brad Pitt AI, penipu menggunakan deepfake untuk menyamar sebagai selebriti atau tokoh terkenal. Mereka membangun kepercayaan korban melalui interaksi yang tampak nyata sebelum meminta transfer uang dengan berbagai alasan.

Manipulasi Politik

Deepfake dapat digunakan untuk menciptakan video palsu tokoh politik yang mengucapkan atau melakukan sesuatu yang kontroversial. Hal ini berpotensi mempengaruhi opini publik dan hasil pemilihan.

Perusakan Reputasi

Teknologi ini sering disalahgunakan untuk menciptakan konten yang merusak reputasi seseorang, baik dalam konteks profesional maupun pribadi.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Penyebaran deepfake membawa dampak serius bagi masyarakat. Selain krisis kepercayaan terhadap media digital, korban sering mengalami trauma psikologis dan kerugian finansial yang signifikan. Kasus penipuan Brad Pitt AI bukanlah yang pertama. Pada September 2024, polisi Spanyol menangkap lima orang yang menyamar sebagai Brad Pitt dan berhasil menipu dua wanita hingga total kerugian mencapai 325 ribu euro atau sekitar Rp5,4 miliar.

Upaya Pencegahan dan Deteksi

Untuk menghadapi ancaman deepfake, beberapa langkah pencegahan perlu dilakukan secara komprehensif. Para peneliti terus mengembangkan teknologi untuk mendeteksi konten deepfake, termasuk penggunaan AI untuk menganalisis ketidakkonsistenan dalam video atau audio. Masyarakat juga perlu dibekali pemahaman tentang teknologi deepfake dan cara mengidentifikasi konten yang mencurigakan.

Tanda-tanda Konten Deepfake

Dalam mengenali konten deepfake, masyarakat perlu memperhatikan beberapa aspek seperti gerakan mata dan ekspresi wajah yang tidak natural, kualitas suara dan sinkronisasi bibir yang janggal, serta pencahayaan dan bayangan yang tidak konsisten. Yang terpenting, masyarakat harus selalu waspada terhadap konten yang meminta transfer uang atau informasi sensitif.


Kasus penipuan Brad Pitt AI ini menjadi pengingat keras tentang pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi teknologi yang semakin canggih. Masyarakat perlu memahami bahwa di era digital ini, tidak semua yang terlihat dan terdengar nyata adalah asli. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, platform teknologi, dan masyarakat untuk mengatasi ancaman deepfake secara efektif. Sementara pihak berwenang terus berupaya menangani kasus-kasus serupa, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital mereka untuk mencegah jatuhnya korban-korban berikutnya.