Leet Media

Wanita China Baoxia Liu Jadi Buronan FBI, Diduga Penyuplai Senjata ke Iran di Tengah Konflik dengan Israel

June 24, 2025 By RB

24 Juni 2025 – Kasus dugaan penyelundupan teknologi militer oleh warga negara China, Baoxia Liu, menjadi sorotan global setelah namanya masuk dalam daftar buronan paling dicari oleh FBI Amerika Serikat. Dugaan keterlibatan Liu dalam suplai senjata ke Iran semakin menuai perhatian karena terjadi di tengah memuncaknya konflik Iran dan Israel.

Dugaan Penyelundupan Teknologi Militer oleh Baoxia Liu

Baoxia Liu, juga dikenal sebagai Emily Liu, diduga terlibat dalam penyelundupan komponen elektronik buatan Amerika Serikat ke Iran. Kementerian Luar Negeri AS menyebut Liu memanfaatkan serangkaian perusahaan cangkang di China dan Hong Kong sejak tahun 2007 untuk menyamarkan pengiriman barang-barang tersebut.

Komponen yang disuplai diyakini digunakan dalam pembuatan drone, rudal balistik, dan berbagai sistem persenjataan lainnya oleh pihak militer Iran, khususnya Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC). Dalam keterangannya, Departemen Luar Negeri AS menyatakan:

“Liu dan rekan-rekannya diduga memalsukan identitas penerima akhir komponen, sehingga barang-barang tersebut seolah-olah dikirim ke China padahal ditujukan untuk Iran.”

Rekan Liu dan Jaringan Perdagangan Gelap

Liu tidak bergerak sendirian. Ia bekerja sama dengan tiga rekan lain, yaitu Li Yongxin (alias Emma Lee), Yung Yiu Wa (alias Stephen Yung), dan Zhong Yanlai (alias Sydney Chung). Keempatnya kini telah didakwa secara federal di Distrik Columbia atas berbagai pelanggaran, termasuk konspirasi, penyelundupan, pelanggaran sanksi, dan memberikan informasi ekspor yang menyesatkan.

Jaringan ini diduga menyamarkan tujuan pengiriman komponen elektronik ke perusahaan-perusahaan yang terkait dengan IRGC, seperti Shiraz Electronics Industries (SEI) dan Rayan Roshd Afzar. Entitas ini terlibat aktif dalam produksi sistem senjata Iran.

Imbalan Rp245 Miliar bagi Informasi Penangkapan

Pemerintah AS telah mengumumkan imbalan sebesar US$15 juta (sekitar Rp245 miliar) bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi terkait keberadaan Liu dan komplotannya. Dalam pernyataan tertulis pada 19 Maret 2025, Departemen Luar Negeri menegaskan:

“IRGC dan para pendukungnya menghasilkan dan memindahkan jutaan dolar ke seluruh dunia dengan mendirikan dan mengandalkan perusahaan kedok untuk mendapatkan teknologi canggih guna menghindari sanksi dan kontrol perdagangan.”

Liu disebut sebagai agen pengadaan dan operator berbagai perusahaan dagang di China, dengan kemampuan berbahasa Mandarin, Kanton, dan Farsi. Ia memiliki koneksi luas di Beijing, Teheran, Shiraz, Hong Kong, dan sejumlah wilayah strategis lainnya.

Potensi Keterlibatan dalam Perang Iran-Israel

Pengungkapan kasus ini muncul di saat tensi konflik Iran-Israel semakin meningkat. Senjata yang diproduksi dari komponen ilegal tersebut diyakini telah digunakan dalam berbagai konflik regional dan dijual ke negara-negara seperti Rusia, Sudan, dan Yaman.

Kemungkinan bahwa persenjataan dari hasil penyelundupan Liu digunakan dalam serangan terhadap Israel menambah kompleksitas isu ini. Apalagi sistem pertahanan udara Israel seperti Iron Dome diketahui berasal dari teknologi AS, membuat skenario pertempuran teknologi antara dua pihak yang mengandalkan produk serupa tidak bisa dihindari.

Kasus Baoxia Liu tidak hanya mengungkap celah dalam sistem ekspor dan pengawasan teknologi global, tetapi juga menggambarkan bagaimana konflik geopolitik modern dipengaruhi oleh rantai pasokan global yang kompleks. Ketika komponen teknologi canggih jatuh ke tangan pihak yang dikenai sanksi, dampaknya bisa menjalar jauh hingga ke medan perang seperti yang terjadi dalam konflik Iran-Israel.

Related Tags & Categories :

highlight