February 17, 2025 By jay
17 Februari 2025 – Perjalanan panjang melawan kanker ginjal yang dihadapi penyanyi Vidi Aldiano memasuki babak baru. Setelah berjuang selama lebih dari 5 tahun sejak didiagnosis pada Desember 2019, pria berusia 34 tahun ini mengumumkan keputusan untuk menghentikan pengobatan kemoterapi. Pengumuman tersebut disampaikan melalui unggahan di akun Instagram pribadinya pada Kamis (13/2/2025).
Vidi Aldiano telah menjalani berbagai metode pengobatan, termasuk kemoterapi, sejak awal diagnosisnya. Selama lima tahun terakhir, perjuangannya melawan kanker ginjal telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya. Meski bersyukur atas waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan untuk terus berjuang, Vidi mengakui bahwa perjalanan panjang ini juga memberikan dampak pada kesehatan mentalnya.
“Gue sudah lima tahun lebih jadi cancer fighter, di saat bersamaan gue bersyukur sekali, Tuhan masih memberikan waktu untuk gue terus berjuang. Tapi di satu sisi, sudah lima tahun juga perjuangan belum berakhir. Jadi kadang-kadang mental juga kena,” ungkap Vidi dalam pernyataannya.
Kemoterapi, yang telah menjadi bagian integral dari pengobatan Vidi, merupakan metode pengobatan kanker yang menggunakan obat-obatan kimia untuk menghancurkan sel-sel kanker dalam tubuh. Metode ini bekerja dengan cara menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah dengan cepat. Selain bertujuan untuk mengobati kanker, kemoterapi juga berfungsi mencegah penyebaran sel kanker, memperkecil ukuran tumor, dan meringankan gejala yang ditimbulkan oleh kanker.
Keputusan Vidi untuk mempertimbangkan penghentian kemoterapi bukan tanpa alasan. Setelah menjalani pengobatan selama lima tahun, ia mengungkapkan kekhawatirannya tentang efek samping jangka panjang yang mungkin timbul. “Di 2025 ini, ada kemungkinan gue juga udah harus stop kemo gua, karena its too been long, dan kalau pun gue lanjutkan akan ada side effect yang lebih parah di badan gua,” jelasnya.
Meskipun kemoterapi merupakan metode pengobatan yang efektif untuk melawan kanker, treatment ini dapat menimbulkan berbagai efek samping yang mempengaruhi kualitas hidup pasien. Beberapa efek samping yang umum dialami termasuk kelelahan berkepanjangan, mual dan muntah yang intens, serta penurunan nafsu makan yang signifikan.
Sama dengan efek samping radioterapi, kemoterapi juga bisa menyebakan kelelahan. Efek lelah ini terjadi karena obat yang digunakan untuk kemoterapi bisa merusak sel di sumsum tulang belakang yang merupakan tempat sel darah merah diproduksi.
Efeknya, produksi sel darah merah dapat menurun dan organ tubuh tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup sehingga memicu munculnya rasa lelah. Tak hanya itu, pasien juga rentan untuk terkena anemia.
Efek samping kemoterapi yang paling umum dialami berikutnya adalah mual dan muntah. Keluhan yang bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah kemoterapi selesai dilakukan ini bisa dipicu oleh beberapa hal.
Salah satu pemicunya adalah adanya sinyal dari area otak Bernama zona pemicu kemoreseptor (CTZ) yang bereaksi terhadap bahan kimia pada obat kemoterapi, sehingga memicu terjadinya mual dan muntah.
Tingkat keparahan mual dan muntah pada setiap pasien bisa berbeda, tergantung pada dosis obat yang diberikan.
Mual dan muntah yang terjadi sebagai bentuk efek samping kemoterapi juga bisa mengakibatkan penurunan nafsu makan.
Selain itu, beberapa obat kemoterapi dapat menimbulkan perubahan pada produksi air liur hingga menyebabkan mulut kering. Oleh karena itu, orang yang menjalani kemoterapi bisa kehilangan nafsu makan.
Kemoterapi bisa menyebabkan kerontokan rambut, termasuk pada area bulu mata, alis, ketiak, dan kemaluan. Kerontokan ini bisa terjadi karena obat kemoterapi tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga untuk menyerang sel lain yang ada di tubuh, termasuk akar rambut.
Kemoterapi juga berisiko merusak sel-sel sehat di dalam mulut dan tenggorokan sehingga menyebabkan area mulut dan tenggorokan mengalami luka. Luka yang terbentuk ini disebut dengan mukositis dan ditandai dengan beragam gejala, seperti nyeri pada mulut, sariawan, infeksi, hingga perdarahan.
Mukositis tanpa disertai dengan infeksi biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 2−4 minggu. Namun, rasa tidak nyaman yang ditimbulkan dapat membuat pasien sulit untuk mengunyah atau menelan.
Efek samping kemoterapi berikutnya adalah diare. Kondisi ini dapat terjadi karena obat kemoterapi yang digunakan dapat merusak sel-sel sehat yang melapisi usus. Selain diare, keluhan lain yang mungkin muncul terkait kesehatan saluran cerna adalah sembelit dan perut kembung.
Untuk mengurangi ketidaknyaman ini, pasien disarankan untuk mengonsumsi air putih yang cukup setiap harinya agar terhindar dari dehidrasi.
Kemoterapi juga dapat menurunkan imunitas tubuh. Pasalnya, pengobatan ini bisa menurunkan produksi sel darah putih yang berperan penting dalam melawan infeksi dan mencegah berbagai macam penyakit.
Beberapa obat kemoterapi diketahui memberikan efek samping atau gangguan pada saraf sensorik atau saraf motorik. Kondisi ini bisa menyebabkan kesemutan atau membuat bagian tubuh menjadi mati rasa.
Gangguan saraf karena kemoterapi juga akan mengakibatkan sensasi terbakar, nyeri seperti tertusuk yang biasanya terjadi di tangan dan kaki, dan mudah memar.
Selain keluhan di atas, efek samping kemoterapi lain yang dapat muncul adalah penurunan berat badan, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, gangguan konsentrasi, perubahan mood, kurang darah (anemia), hingga masalah pada sistem reproduksi.
Kondisi tersebut biasanya akan hilang setelah tindakan kemoterapi selesai. Namun, ada pula yang baru muncul setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengobatan kemoterapi berakhir.
Efek samping yang datang terlambat bisa beragam, seperti kerusakan jaringan paru-paru, gangguan jantung, infertilitas, gangguan ginjal, kerusakan saraf, hingga risiko untuk terkena kanker kembali.
Perjalanan melawan kanker selama lima tahun bukan hanya memberikan tantangan fisik tetapi juga mental bagi Vidi Aldiano. Sebagai public figure yang tetap aktif berkarya di tengah perjuangannya melawan kanker, Vidi harus mengelola keseimbangan antara karier, pengobatan, dan kesehatan mentalnya.
Keputusan untuk menghentikan kemoterapi merupakan langkah yang membutuhkan pertimbangan matang, mengingat efek samping jangka panjang yang mungkin timbul jika pengobatan dilanjutkan. Meski demikian, penting untuk dicatat bahwa keputusan ini tentunya telah melalui konsultasi medis yang mendalam dengan tim dokter yang menangani Vidi.
Perjalanan Vidi Aldiano dalam melawan kanker memberikan inspirasi bagi banyak orang, khususnya para pejuang kanker lainnya. Keterbukaan dan keberaniannya dalam membagikan pengalaman ini membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker serta realitas yang dihadapi oleh para pasien kanker selama menjalani pengobatan jangka panjang.