July 13, 2025 By RB
13 Juli 2025 – Afghanistan tengah berupaya membangun kembali citranya sebagai destinasi wisata setelah bertahun-tahun dilanda konflik. Namun, langkah promosi pariwisata yang mereka tempuh baru-baru ini justru menuai pro dan kontra di mata dunia. Lewat sebuah video perjalanan yang menggabungkan keindahan alam dan adegan kekerasan, Taliban berusaha menawarkan sisi lain Afghanistan kepada wisatawan internasional.
Sebuah video berdurasi satu menit yang dirilis melalui akun X @afghanarabc sontak menarik perhatian dunia maya. Video ini menampilkan lanskap pegunungan, pasar tradisional, dan gurun yang indah—namun juga secara tiba-tiba menyelipkan adegan yang menyerupai penyanderaan dengan senjata api. Penyuntingannya dibuat menyerupai vlog pemengaruh perjalanan dengan transisi gambar cepat dan musik ceria.
Perpaduan keindahan alam dengan adegan kekerasan dinilai tidak biasa, bahkan ironis. Reaksi netizen pun beragam. Banyak yang menyebut video ini “menyeramkan”, “mengganggu”, bahkan “peringatan, bukan promosi”.
Seorang pengguna media sosial menulis, “Bagaimana mereka bisa mempromosikan pariwisata dengan gambar yang terlihat seperti kejahatan perang?” Sementara yang lain menyindir, “Ini bukan iklan perjalanan. Ini peringatan.”
Sejak menguasai Afghanistan pada 2021, Taliban berupaya mengubah citranya yang selama ini lekat dengan kekerasan. Wakil Menteri Pariwisata Afghanistan Qudratullah Jamal menjelaskan bahwa sektor pariwisata dipandang sebagai cara baru untuk membangkitkan ekonomi sekaligus memperkenalkan budaya lokal kepada dunia.
“Pariwisata membawa banyak manfaat bagi suatu negara. Kami telah mempertimbangkan manfaat tersebut dan bertujuan agar negara kami memanfaatkannya sepenuhnya,” ujar Jamal.
Taliban juga mempermudah prosedur visa turis dan meningkatkan konektivitas penerbangan dari kota transit seperti Dubai dan Istanbul. Lembaga pelatihan pun didirikan untuk mencetak tenaga kerja di sektor perhotelan dan pariwisata.
Menurut Business Insider, sekitar 14.500 wisatawan asing telah mengunjungi Afghanistan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Sebagian besar wisatawan berasal dari Rusia, China, Turki, dan negara Timur Tengah, termasuk para pemengaruh dan vlogger.
Meski perang skala besar telah mereda, ketegangan dan serangan bersenjata masih terjadi. Salah satu insiden besar terjadi pada Mei 2024 di Bamiyan, ketika serangan bersenjata menewaskan enam orang, termasuk tiga turis Spanyol. Bamiyan sendiri adalah salah satu situs warisan budaya Afghanistan yang pernah dikenal karena patung Buddha raksasanya sebelum dihancurkan Taliban pada 2001.
Negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, tetap mengeluarkan larangan perjalanan ke Afghanistan dengan alasan keamanan. Namun, Jamal bersikeras bahwa seluruh wilayah Afghanistan aman untuk dikunjungi wisatawan.
“Afghanistan telah melalui perang dan kesulitan selama bertahun-tahun. Sekarang, kami ingin wisatawan datang dan melihat tradisi dan adat istiadat Afghanistan yang sebenarnya,” tuturnya.
Isu lain yang menjadi perhatian adalah pelanggaran hak asasi manusia, terutama terhadap perempuan. Di bawah pemerintahan Taliban, perempuan dilarang mengenyam pendidikan di atas tingkat dasar, tidak boleh bekerja di banyak sektor, dan tidak diizinkan mengakses taman umum, pusat kebugaran, hingga salon kecantikan.
Menurut laporan Human Rights Watch dan Amnesty International, Afghanistan berada dalam kondisi represif, terutama terhadap perempuan, minoritas, dan jurnalis. Freedom House menempatkan negara ini dalam daftar negara paling tidak bebas di dunia tahun 2024.
Meski wisatawan perempuan asing dapat mengakses beberapa tempat yang dilarang bagi warga lokal, mereka tetap harus mengenakan jilbab dan menaati aturan adat yang ketat.
Belum lama ini, video promosi berdurasi 50 detik yang menargetkan warga Amerika Serikat kembali menjadi bahan perbincangan. Dibuka dengan adegan mirip penyanderaan, video itu beralih cepat ke keindahan danau, pegunungan, serta makanan lokal. Salah satu adegan menampilkan senjata dengan tulisan “Milik Pemerintah AS”, disertai candaan, “Bahkan tidak aman.”
Klip ini dirilis oleh agensi tur Raza Afghanistan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS, dan langsung viral di media sosial. Beberapa pengguna menilai video ini sebagai satire yang menyinggung stereotip tentang warga Afghanistan, sementara yang lain menganggapnya lucu atau bahkan ofensif.
“Saya tidak tahu apakah itu mengejek atau mencoba meredakan ketegangan, tapi itu cukup lucu,” tulis akun @DevilsAdvo1776.
Di sisi lain, komentar seperti “InsyaAllah Afghanistan akan menjadi salah satu negara terkuat,” menunjukkan adanya harapan bagi masa depan negeri ini.
Terlepas dari kontroversi yang muncul, pemerintah Taliban melihat pariwisata sebagai sarana membangun hubungan internasional dan memperkuat ekonomi domestik. Jamal menyebut interaksi dengan wisatawan asing sebagai bentuk pertukaran budaya dan pembelajaran dua arah.
“Ini membantu membangun hubungan internasional dan juga bermanfaat bagi perdagangan,” katanya.
Afghanistan mungkin belum sepenuhnya siap menjadi destinasi utama wisata global. Namun, promosi yang mereka lakukan—betapapun tidak konvensionalnya—telah menciptakan diskusi global dan sorotan terhadap negara yang selama ini tertutup dari dunia luar.
Related Tags & Categories :