December 15, 2024 By Abril Geralin
15 Desember 2024 – Moda transportasi online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Kemudahan akses, efisiensi waktu, dan biaya yang terjangkau membuat layanan ini sangat diminati. Namun, di balik kenyamanan tersebut, ada tantangan besar yang harus dihadapi, yaitu masalah keamanan, khususnya kekerasan seksual.
Insiden kekerasan seksual yang terjadi di transportasi publik, termasuk transportasi online, telah memunculkan kebutuhan mendesak akan langkah-langkah perlindungan yang lebih baik. Untuk itu, perusahaan transportasi online mulai memperkenalkan fitur anti-kekerasan seksual yang dirancang untuk memastikan keamanan pengguna.
Survei yang dilakukan oleh Koalisi Ruang Publik Aman pada 2022 mengungkapkan bahwa 63% perempuan dan 31% laki-laki pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik, termasuk dalam transportasi. Fakta ini mencerminkan urgensi untuk meningkatkan keamanan, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan. (Komnas Perempuan)
Dalam konteks transportasi online, laporan media sering menunjukkan berbagai kasus kekerasan seksual, mulai dari pelecehan verbal hingga kekerasan fisik. Sebagai contoh, pada 2023, kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh mitra pengemudi di salah satu platform transportasi online mendapat perhatian luas dari masyarakat. Insiden semacam ini menimbulkan rasa tidak aman bagi pengguna layanan tersebut.
Kekerasan seksual tidak hanya merugikan korban secara fisik dan emosional, tetapi juga memengaruhi reputasi perusahaan transportasi online. Sebuah studi dari McKinsey pada 2021 menunjukkan bahwa 78% pelanggan cenderung meninggalkan merek atau layanan yang mereka anggap tidak aman. Hal ini memotivasi perusahaan untuk berinvestasi dalam fitur keamanan yang lebih baik.
Perusahaan transportasi online seperti Gojek, Grab, dan Uber telah mengadopsi berbagai teknologi untuk mencegah kekerasan seksual. Beberapa fitur unggulan yang telah diperkenalkan meliputi:
Teknologi ini memastikan bahwa pengemudi yang mengambil pesanan adalah orang yang terdaftar di platform. Dengan menggunakan teknologi pengenalan wajah, perusahaan dapat meminimalkan risiko pelaku kriminal menggunakan akun pengemudi lain. Gojek, misalnya, telah menerapkan fitur ini sejak 2020, dan hasilnya menunjukkan penurunan laporan terkait pengemudi palsu.
Fitur ini memungkinkan pengguna untuk segera meminta bantuan jika merasa terancam. Tombol darurat biasanya terhubung dengan pusat kendali perusahaan, yang dapat menghubungi pihak berwajib atau memberikan bantuan langsung kepada pengguna. Grab melaporkan bahwa fitur ini telah membantu menyelesaikan lebih dari 90% kasus kekerasan seksual yang dilaporkan secara real-time.
Penyamaran nomor telepon menjaga privasi pengguna dengan mencegah pengemudi atau penumpang menyimpan nomor pribadi setelah perjalanan selesai. Hal ini sangat efektif dalam mengurangi risiko pelecehan di luar platform, seperti pesan atau telepon yang tidak diinginkan.
Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membagikan lokasi perjalanan mereka secara real-time kepada teman atau keluarga. Ini memberikan rasa aman tambahan karena pihak ketiga dapat memantau perjalanan pengguna dan segera bertindak jika terjadi sesuatu yang mencurigakan.
Selain teknologi, edukasi dan pelatihan untuk mitra pengemudi juga menjadi langkah penting dalam mencegah kekerasan seksual. Program pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran tentang kekerasan seksual dan bagaimana menghindari perilaku yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi penumpang.
Perusahaan transportasi online tidak bisa bekerja sendirian dalam menangani masalah kekerasan seksual. Pemerintah perlu memberikan dukungan melalui regulasi yang jelas dan tegas. Di Indonesia, penerapan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) memberikan kerangka hukum yang kuat untuk menindak pelaku kekerasan seksual di ruang publik, termasuk dalam transportasi.
Selain itu, Kementerian Perhubungan juga telah mengeluarkan pedoman bagi penyedia transportasi online untuk meningkatkan keamanan penumpang, termasuk mewajibkan implementasi fitur-fitur keselamatan tertentu. (Kementerian Perhubungan)
Upaya mencegah kekerasan seksual tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan dan pemerintah, tetapi juga masyarakat. Edukasi publik tentang pentingnya melaporkan insiden kekerasan seksual dan mendukung korban adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Organisasi non-profit seperti Komnas Perempuan dan Hollaback! Jakarta berperan dalam menyediakan platform untuk mendukung korban dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu ini. Kolaborasi semacam ini dapat membantu membangun budaya yang lebih aman di ruang publik.
Fitur anti-kekerasan seksual di moda transportasi online adalah langkah maju yang signifikan dalam meningkatkan keamanan pengguna. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, pelatihan edukasi, dan regulasi yang tepat, perusahaan transportasi online dapat memberikan pengalaman yang lebih aman bagi pengguna mereka.
Namun, keberhasilan inisiatif ini memerlukan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat, dan pengguna layanan itu sendiri. Hanya dengan kerja sama yang kuat, kita dapat menciptakan ruang publik yang benar-benar aman bagi semua orang.