July 26, 2025 By A G
26 Juli 2025 – Dalam upaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) melalui Direktorat Jenderal Imigrasi telah mengambil langkah progresif dengan menerapkan penggunaan body camera (bodycam) bagi petugas Imigrasi. Kebijakan revolusioner ini dimulai dari Kantor Imigrasi Soekarno-Hatta sebagai pilot project, menandai era baru dalam pelayanan keimigrasian Indonesia yang lebih profesional dan dapat dipertanggungjawabkan.
Implementasi bodycam ini bukan sekadar tren teknologi, melainkan respons nyata terhadap tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang bersih, transparan, dan berintegritas. Dengan merekam setiap interaksi petugas dengan masyarakat, sistem ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan adil, baik bagi petugas maupun pengguna layanan.
Pada Jumat dini hari, 25 Juli 2025, pukul 01.00 WIB, sebuah momen bersejarah terjadi di Area Imigrasi Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sekretaris Direktorat Jenderal Imigrasi, Sandi Andaryadi, secara simbolis menyematkan body camera kepada lima orang petugas Imigrasi dalam acara Apel Bersama, Penguatan SDM, dan Penandatanganan Pakta Integritas.
Pemilihan waktu dini hari untuk pelaksanaan apel ini bukanlah tanpa pertimbangan. Jadwal tersebut sengaja dipilih agar tidak mengganggu aktivitas lalu lintas penumpang yang padat di bandara tersibuk di Indonesia. Acara ini dihadiri oleh 436 personel yang bertugas di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, bersama dengan 18 pejabat manajerial di lingkungan Kantor Imigrasi Soekarno-Hatta.
Kehadiran para pejabat tinggi dalam acara ini menunjukkan keseriusan komitmen institusi terhadap reformasi pelayanan. Direktur Kepatuhan Internal Baron Ichsan dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Imigrasi Daerah Khusus Jakarta Pamuji Raharja turut hadir, bersama dengan Pelaksana Tugas Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno Hatta, Galih Priya Kartika Perdhana.
Sandi Andaryadi menjelaskan bahwa peningkatan akuntabilitas dan transparansi menjadi alasan utama adopsi penggunaan bodycam dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. “Dengan adanya bodycam, setiap interaksi dan tindakan petugas akan terekam, memastikan kepatuhan terhadap prosedur, serta menjadi bukti objektif jika terjadi insiden,” ungkap Sandi.
Sistem perekaman ini memungkinkan pengawasan real-time terhadap kinerja petugas, sekaligus memberikan jaminan bahwa setiap tindakan yang diambil telah sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku. Transparansi ini tidak hanya menguntungkan masyarakat sebagai pengguna layanan, tetapi juga menciptakan budaya kerja yang lebih profesional di kalangan petugas imigrasi.
Selain untuk pengawasan, bodycam juga berfungsi sebagai pelindung petugas saat menjalankan tugas. Rekaman video yang dihasilkan dapat membuktikan apabila petugas telah bertindak sesuai dengan prosedur yang berlaku, terutama dalam situasi yang berpotensi menimbulkan konflik atau kesalahpahaman.
“Bodycam tidak hanya berfungsi sebagai alat pengawasan internal, tetapi juga pelindung petugas saat menjalankan tugas sesuai aturan,” tegas Direktur Kepatuhan Internal Barron Ichsan. Perlindungan hukum ini menjadi sangat penting mengingat petugas imigrasi sering berhadapan dengan berbagai karakter dan situasi yang kompleks dalam menjalankan tugasnya.
Implementasi bodycam merupakan bagian dari upaya penguatan pengawasan internal demi terciptanya pelayanan keimigrasian yang bersih dan profesional. Sistem ini memungkinkan evaluasi kinerja yang lebih objektif dan berbasis data faktual, bukan hanya laporan subjektif atau pengamatan sepihak.
Pada tahap awal implementasi, sebanyak 24 personel di Tempat Pemeriksaan Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta dan petugas pengampu fungsi intelijen akan dilengkapi dengan bodycam. Pemilihan personel ini didasarkan pada area kerja yang memiliki intensitas interaksi tinggi dengan masyarakat dan tingkat risiko yang relatif lebih besar.
Area pemeriksaan imigrasi di bandara internasional memang menjadi garda terdepan dalam memberikan kesan pertama kepada wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Oleh karena itu, profesionalisme dan integritas petugas di area ini menjadi sangat krusial bagi citra Indonesia di mata dunia.
“Seluruh petugas imigrasi harus siap untuk diawasi, dievaluasi, dan bertanggung jawab penuh atas setiap tindakan dan keputusan yang diambil selama menjalankan tugas,” tegas Sandi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa implementasi bodycam bukan hanya perubahan teknis, tetapi juga perubahan mindset dan budaya kerja.
Persiapan mental ini menjadi kunci keberhasilan program, karena petugas dituntut untuk selalu profesional dan konsisten dalam memberikan pelayanan, mengetahui bahwa setiap tindakan mereka terekam dan dapat dievaluasi sewaktu-waktu.
Setelah pemasangan simbolis bodycam, acara dilanjutkan dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh perwakilan pegawai. Deklarasi ini menjadi bentuk komitmen bersama untuk menegakkan etika kerja, menghindari praktik penyimpangan, dan senantiasa memberikan pelayanan publik yang bersih serta berintegritas.
Pakta integritas ini bukan sekadar formalitas, melainkan ikrar moral yang mengikat seluruh petugas untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, dan profesionalisme dalam menjalankan tugas. Kombinasi antara pengawasan teknologi melalui bodycam dan komitmen moral melalui pakta integritas diharapkan dapat menciptakan sinergi yang kuat dalam mewujudkan pelayanan prima.
Barron Ichsan menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk modernisasi Imigrasi Soetta yang bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan adil. “Secara keseluruhan, momentum ini menjadi bentuk komitmen jajaran pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno-Hatta terhadap modernisasi, profesionalisme, dan upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan adil bagi petugas maupun masyarakat,” ujarnya.
Modernisasi ini tidak hanya terbatas pada aspek teknologi, tetapi juga mencakup transformasi budaya organisasi menuju arah yang lebih transparan dan akuntabel. Penggunaan bodycam diharapkan dapat menjadi katalis bagi perubahan yang lebih luas dalam sistem pelayanan keimigrasian Indonesia.
Implementasi bodycam di Kantor Imigrasi Soekarno-Hatta ini diharapkan dapat menjadi model yang kemudian diadopsi oleh kantor-kantor imigrasi lainnya di seluruh Indonesia. Dengan demikian, standar pelayanan yang tinggi dan berintegritas dapat diterapkan secara merata di seluruh nusantara, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan sistem keimigrasian yang modern dan terpercaya di mata internasional.