Leet Media

Terowongan Silaturahmi Menjadi Simbol Persatuan Lintas Iman di Jantung Jakarta

December 15, 2024 By Amandira Maharani

15 Desember 2024 – Di tengah hiruk-pikuk ibu kota, sebuah mega proyek infrastruktur telah merevolusi cara pandang masyarakat tentang kerukunan antarumat beragama. Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta berdiri sebagai monumen hidup toleransi dan persaudaraan di Indonesia.

Awal Ide Transformatif

Awal mula proyek ini bermula dari pemikiran visioner para pemimpin spiritual. Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, mengusulkan pembangunan terowongan ini pada 2020 sebagai bagian dari proyek renovasi masjid bersejarah. Presiden Joko Widodo memberikan dukungan penuh terhadap ide tersebut, melihat potensi simbolis yang mendalam dari koneksi fisik antara dua rumah ibadah berbeda.

Wakil Ketua Bidang Peribadatan Masjid Istiqlal, Abu Hurairah, menjelaskan bahwa terowongan ini tidak sekadar infrastruktur, melainkan fasilitas konkret yang mempermudah interaksi antarumat. Sebelumnya, pemimpin kedua rumah ibadah kerap bertemu dan berdiskusi, yang kemudian melahirkan gagasan terowongan silaturahmi.

Spesifikasi dan Konstruksi Terowongan

Dengan panjang 28,3 meter, lebar 4,1 meter, dan tinggi 3 meter, terowongan ini dirancang dengan cermat. Proyek yang dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui PT Waskita Karya ini memakan anggaran sebesar Rp 38,9 miliar. Meskipun konstruksi awal telah selesai pada September 2021, pembukaan untuk publik tertunda guna menyelesaikan detail-detail artistik.

Salah satu keistimewaan terowongan adalah galeri diorama “Wot Hati” atau “Jembatan Hati” karya seniman Sunaryo. Diorama ini menggambarkan perjalanan toleransi antarumat beragama melalui ornamen seni yang dilengkapi suara-suara simbol keberagaman dan pencahayaan unik yang mencerminkan semangat persaudaraan.

Dimensi Praktis dan Simbolis

Terowongan ini tidak sekadar memorial, melainkan memiliki fungsi praktis. Ia menyediakan fasilitas parkir dengan kapasitas 800 hingga 1.000 kendaraan yang dapat digunakan bersama oleh jamaah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Selama ini, keterbatasan area parkir kerap menjadi tantangan bagi jamaah, terutama saat hari-hari besar keagamaan.

Pengakuan Internasional

Momen puncak pengakuan internasional terjadi saat Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia pada September 2024. Bersama Imam Besar Nasaruddin Umar, Paus secara langsung meninjau terowongan. Ia memberikan apresiasi tinggi, memuji infrastruktur ini sebagai langkah konkret memperkuat hubungan lintas agama.

Peresmian dan Makna Mendalam

Pada Kamis, 12 Desember 2024, Presiden Prabowo Subianto meresmikan Terowongan Silaturahmi usai salat asar di halaman Masjid Istiqlal. Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan bahwa terowongan ini adalah wujud nyata semangat persatuan di tengah keberagaman bangsa Indonesia.

Presiden menyoroti bahwa Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan budaya yang berbeda. Namun, justru perbedaan itulah yang menjadi perekat bangsa. Terowongan Silaturahmi bukan sekadar infrastruktur, melainkan metaphora kehidupan berbangsa: di mana perbedaan tidak memisahkan, melainkan memperkaya.


Terowongan Silaturahmi menghadirkan narasi baru tentang toleransi. Ia berbicara lebih dari sekadar arsitektur atau infrastruktur. Ia adalah pernyataan filosofis bahwa dalam keberagaman, kita dapat membangun jembatan saling pengertian, saling menghormati, dan saling mencintai.

Di tengah arus globalisasi yang kerap mempertajam perbedaan, Terowongan Silaturahmi berdiri sebagai mercusuar harapan. Ia mengingatkan kita bahwa sejatinya, kemanusiaan jauh lebih kuat dari sekadar sekat-sekat yang membatasi