Leet Media

Terjun Tanpa Terdeteksi! Ini Pasukan Rahasia Wingsuit Milik TNI AU Dengan Jam Terbang di Atas 1.500 Kali

July 14, 2025 By A G

14 Juli 2025 – Langit Indonesia kini memiliki penjaga baru yang bergerak lebih cepat dan lebih senyap dari sebelumnya. Mereka adalah Pasukan Wingsuit Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU, sebuah unit elite yang baru saja mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai ujung tombak operasi infiltrasi modern. Kehadiran mereka tidak hanya menambah kekuatan tempur, tetapi juga menjadi simbol inovasi dan kemampuan adaptasi militer Indonesia di era modern.

Pilot penerbang tempur yang selama ini dianggap sebagai raja di langit dengan F-16, Sukhoi, dan Hawk sebagai tunggangannya, kini bukan lagi satu-satunya penguasa udara. Pasukan Wingsuit Kopasgat hadir sebagai kekuatan baru yang mampu meluncur senyap di udara tanpa suara mesin jet yang berisik, namun tetap cepat dan tepat sasaran bak rudal yang meluncur ke target.

Rekor MURI: Pasukan Wingsuit Pertama di Indonesia

Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI Angkatan Udara resmi menerima Piagam Penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai pasukan pertama yang memiliki regu terjun Wingsuit di Indonesia. Penyerahan piagam bersejarah ini berlangsung di Lapangan Tembak Djamsuri Markas Wing Komando I Kopasgat pada Jumat, 11 Juli 2025.

“Dengan ini, MURI menyatakan dan meneguhkan bahwa Kopasgat TNI AU adalah tercatat sebagai pencetak rekor Indonesia pasukan pertama yang memiliki regu terjun wingsuit di Indonesia,” tegas Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri, saat menyerahkan penghargaan langsung kepada Komandan Kopasgat Marsekal Muda TNI Deny Muis.

Pencapaian ini bukan sekadar penghargaan ceremonial, melainkan penegasan bahwa TNI AU kini memiliki kapabilitas yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) turut memberikan apresiasi atas pencapaian luar biasa ini dalam bidang olahraga dan taktik militer udara.

Teknologi Wingsuit: Lebih dari Sekadar Terjun Payung

Kemampuan Terbang Horizontal yang Revolusioner

Wingsuit bukanlah pakaian terjun payung biasa. Pakaian terbang khusus ini memungkinkan pemakainya untuk terjun melayang secara horizontal di udara, bukan hanya terjun vertikal seperti pada umumnya. Dengan teknologi aerodinamis yang canggih, penerjun bisa meluncur dengan kecepatan antara 120 hingga 165 km per jam, sembari mengatur arah terbang menggunakan GPS dan teknik aerodinamis.

“Kalau yang freefall seperti biasa kita lebih dominan jatuh bebas ke bawah secara vertikal,” jelas Komandan Tim Wingsuit Kopasgat, Lettu (Pas) Yudi Agung Prasetyo. “Perbandingannya kalau pakai wingsuit kita lebih banyak majunya, forwardnya ke depan lebih banyak. Perbandingan kita seribu melayang, tiga ribunya ke depan.”

Perlengkapan Canggih Buatan Bulgaria

Source: Inews

Wingsuit yang digunakan Regu Wingsuit Kopasgat merupakan model Intermediate Barracuda 4 buatan Intrudair, perusahaan asal Bulgaria. Pakaian ini memiliki teknologi aerodinamis seperti aerofoil pada pesawat yang membantu mempercepat gerak maju dan meningkatkan kelincahan di udara. Setiap wingsuit dibuat khusus dan disesuaikan dengan ukuran tubuh masing-masing personel.

Selain wingsuit, mereka juga dilengkapi perlengkapan navigasi seperti GPS dan helm komunikasi berteknologi interkom, memungkinkan komunikasi antar anggota tim selama terbang. Teknologi ini memastikan koordinasi yang sempurna dalam setiap misi.

Seleksi Ketat: Bukan Sembarang Penerjun

Kualifikasi Instruktur dengan Jam Terbang Tinggi

Untuk bisa mengenakan jubah wingsuit, seorang prajurit Kopasgat harus memiliki kualifikasi di atas rata-rata. Kemampuan utama yang mutlak dimiliki adalah keahlian terjun bebas (free fall) dengan lisensi D sebagai instruktur freefall.

“Prajurit harus basicnya adalah sebagai penerjun free fall dan mempunyai jam terbang yang tinggi dan punya kualifikasi instruktur,” ujar Deny Muis. “Rata-rata memiliki jam terbang yang di atas 1.500 jam terbang.”

Proses Seleksi yang Panjang

Regu Wingsuit Kopasgat TNI AU baru resmi terbentuk pada tahun 2024, namun latihan regu ini sudah dimulai sejak 2018. Dimulai dengan hanya dua orang prajurit, kini sudah berkembang menjadi 10 personel terpilih yang berasal dari Mako Kopasgat, Wing Pendidikan (Wingdik) 800, Satbravo, dan Matra 1.

“Untuk saya pertama di tahun 2018, dua orang terlebih dahulu yang melaksanakan seleksi dan lolos,” kenang Yudi. “Selanjutnya tahun 2024 kemarin 10 orang dinyatakan lolos untuk melaksanakan asesmen dan menjadi seorang penerjun wingsuit.”

Misi Strategis: Infiltrasi Senyap dan Cepat

Source: TVRI

Keunggulan Taktis yang Revolusioner

Dankopasgat mengungkapkan bahwa penerjunan menggunakan wingsuit sangat cocok untuk kebutuhan operasi khusus. Metode ini menawarkan keunggulan yang tidak dimiliki teknik freefall biasa: lebih senyap, cepat, dan sulit dideteksi radar.

“Selama ini kita melaksanakan operasi khusus seperti infiltrasi melalui terjun freefall tempur, kemudian kita kembangkan dengan menerjunkan prajurit kita menggunakan wingsuit,” jelas Deny Muis. “Nah ini lebih cepat, lebih senyap, dan lebih tidak terdeteksi. Jadi dari beberapa kajian kita ternyata wingsuit inilah yang mungkin lebih cocok.”

Operasi Multi-Fase: Dari Udara ke Darat

Tugas mereka tidak selesai saat kaki menyentuh tanah. Setelah mendarat dengan senyap di titik yang telah ditentukan dari ketinggian 10.000 sampai 15.000 kaki, misi berlanjut ke fase pertempuran darat. Ini membedakan mereka dari atlet wingsuit sipil. Setiap personel dibekali kemampuan tempur darat yang mumpuni, siap untuk melanjutkan operasi penyerbuan, sabotase, atau pengintaian setelah berhasil melakukan infiltrasi dari udara.

Latihan Intensif dan Rencana Ekspansi

Rutinitas Latihan yang Ketat

Saat ini, 10 personel Regu Wingsuit Kopasgat rutin menjalani latihan penerjunan sebanyak tiga kali sehari dengan titik ketinggian rata-rata 10.000 kaki atau sekitar 3 kilometer. Dalam satu minggu, mereka bisa melaksanakan hingga 15 kali terjun. Latihan dilakukan secara bertahap, mulai dari orientasi udara dengan GPS, pembentukan formasi, hingga mendarat dan melanjutkan tugas darat.

“Formasi 4-3-3 yang kami lakukan mencerminkan skenario infiltrasi: 4 navigator, 3 eksekutor, dan 3 pengaman,” jelas Yudi, menggambarkan strategi taktis yang matang dalam setiap misi.

Dukungan Penuh dan Rencana Pengembangan

Dukungan dari Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI M. Tonny Harjono disebut sangat besar. Program pelatihan Wingsuit ini merupakan implementasi langsung dari arahan Kasau yang menyebutkan bahwa pelatihan ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan TNI Angkatan Udara yang AMPUH (Adaptif, Modern, Profesional, Unggul, dan Humanis).

Kopasgat berencana menambah jumlah personel menjadi dua kali lipat tahun ini. “Paling tidak kita akan menambah dua kali lipat dari yang sekarang ini ada,” tegasnya. Penambahan ini bertujuan untuk memperkuat unit dan memastikan proses regenerasi berjalan baik.

Kolaborasi Internasional dan Masa Depan

Pelatihan dari Ahli Kelas Dunia

Untuk mencapai standar kelas dunia, Kopasgat tidak ragu untuk menggandeng para ahli. Sejak awal pembentukannya, mereka telah dilatih oleh atlet wingsuit profesional dari luar negeri, di antaranya Ben “Dicko” Dixon dan Tahi-Paul dari Australia. Kolaborasi ini akan terus berlanjut untuk memastikan transfer ilmu dari para master dalam mencetak pelatih-pelatih internal di masa depan.

Integrasi dalam Latihan Besar TNI AU

Meski tergolong baru, Pasukan Wingsuit Kopasgat bukan sekadar unit pajangan. Mereka telah aktif terlibat dalam berbagai rangkaian latihan TNI AU, termasuk Latihan Matra Udara II Koopsud II “Sikatan Daya” di Kalimantan Selatan dan demonstrasi militer seperti Firepower Demo di Lumajang.

Ke depan, mereka dipastikan akan memainkan peran penting dalam latihan puncak TNI AU Angkasa Yudha 2025. “Ya, dipastikan itu (Wingsuit Kopasgat) akan dimainkan,” konfirmasi Deny Muis.

Kehadiran Pasukan Wingsuit Kopasgat menandai era baru dalam strategi pertahanan udara Indonesia. Dengan menggabungkan teknologi canggih, pelatihan intensif, dan dedikasi tinggi, mereka siap menjadi ujung tombak dalam operasi infiltrasi modern yang membutuhkan kecepatan, ketepatan, dan kesenyapan. Sebagai pelopor di Indonesia, mereka tidak hanya mengukir sejarah, tetapi juga membuka babak baru dalam evolusi taktik militer udara Tanah Air.