July 17, 2025 By A G
17 Juli 2025 – Dunia menyaksikan momen yang sangat mencekam pada hari Rabu, 16 Juli 2025, ketika serangan udara Israel menghantam Damaskus, ibu kota Suriah. Yang membuat peristiwa ini semakin dramatis adalah fakta bahwa momen tersebut terekam langsung dalam siaran televisi, menampilkan presenter berita yang panik dan berlari menyelamatkan diri ketika bom menghancurkan gedung-gedung di belakangnya.
Serangan udara dahsyat ini tidak hanya menandai eskalasi signifikan konflik regional, tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang realitas perang yang dialami oleh para jurnalis dan warga sipil di zona konflik. Momen ketika presenter berita harus memilih antara melanjutkan tugas profesional atau menyelamatkan nyawa sendiri menjadi simbol yang kuat dari kondisi yang dihadapi media di wilayah konflik.
Momen paling dramatis terjadi ketika seorang presenter dari Syria TV sedang menyampaikan berita dalam siaran langsung. Dalam video yang kemudian viral, terlihat presenter tersebut tiba-tiba terganggu dan kaget ketika serangan udara Israel menghantam Kementerian Pertahanan yang berada di latar belakang pemandangan studio berita.
Presenter yang bernama Dima Abodan tersebut terlihat terengah-engah, membungkuk, dan kemudian segera keluar dari frame kamera. Reaksi spontan ini menunjukkan betapa terkejutnya dia dengan ledakan yang terjadi begitu dekat dengan lokasi studio. Gedung Kementerian Pertahanan Suriah yang menjadi salah satu latar belakang pemandangan acara berita tersebut terkena bom serangan udara Israel, memaksa presenter untuk berlari menghindar demi keselamatan.
Reporter tersebut berupaya melindungi diri dengan berlari dari kamera yang sedang menyala, karena panik saat Israel menyerang Suriah di tengah siaran langsung. Momen ini memberikan gambaran nyata tentang betapa berbahayanya situasi yang dihadapi oleh para jurnalis yang bekerja di wilayah konflik.
Tidak hanya presenter Syria TV yang mengalami momen mencekam tersebut. Seorang reporter Al Jazeera yang menggunakan helm bertuliskan “Press” dan rompi antipeluru juga merekam momen serupa. Reporter tersebut sedang melakukan siaran langsung ketika sebuah ledakan besar menghantam gedung di belakangnya.
Meskipun terkejut dengan suara bom yang menghancurkan gedung di Damaskus, reporter Al Jazeera tersebut menunjukkan profesionalisme yang luar biasa. Sambil berusaha melindungi diri, dia tetap melanjutkan laporannya terkait kondisi terkini saat Damaskus diserang oleh serangan udara Israel. Hal ini menunjukkan dedikasi tinggi para jurnalis dalam menyampaikan informasi kepada publik, bahkan dalam situasi yang sangat berbahaya.
Serangan udara Israel terhadap Damaskus pada hari Rabu menandai eskalasi signifikan terhadap pemerintahan sementara Presiden Ahmed al-Sharaa yang dipimpin kelompok Islamis ekstrem. Serangan ini terjadi dalam konteks yang kompleks, di mana perang suku antara orang Druze dan Arab Badui meluas di wilayah Sweida dalam beberapa hari terakhir.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi bahwa mereka menyerang markas militer rezim Suriah di Damaskus. Menurut pernyataan IDF, “Markas militer di Damaskus adalah lokasi dari mana komandan rezim Suriah mengarahkan operasi tempur dan mengerahkan pasukan rezim ke wilayah As-Suwayda.”
Serangan udara Israel tidak hanya menyasar satu lokasi, tetapi beberapa target strategis di Damaskus. Kementerian Pertahanan Suriah menjadi target utama yang mengalami kerusakan parah. Selain itu, pasukan Israel juga menyerang target militer di dekat istana presiden Suriah di Damaskus.
Kompleks Staf Umum Angkatan Darat Suriah juga menjadi sasaran serangan udara Israel. Kamera amatir dari berbagai sudut pandang merekam momen ketika serangan udara menghantam kompleks tersebut. Segera setelah ledakan, terlihat asap pekat mengepul di kompleks tersebut, sementara banyak kendaraan yang masih lalu lalang di dekat lokasi kejadian.
Video serangan udara Israel yang merekam momen dramatis presenter berita tersebut bahkan dibagikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz. Dalam postingannya, Katz memberikan judul yang provokatif: “Pukulan menyakitkan telah dimulai” dan “Serangan Berat Telah Dimulai.”
Penggunaan video ini sebagai materi propaganda menunjukkan bagaimana momen traumatis para jurnalis dimanfaatkan untuk tujuan politik dan militer. Hal ini menambah dimensi etis dalam diskusi tentang perlindungan wartawan di zona konflik.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya kekerasan di Suriah. “Saya baru saja menelepon pihak-pihak terkait. Kami sangat prihatin, dan semoga kami akan mendapatkan informasi terbaru hari ini. Namun, kami sangat prihatin,” kata Rubio kepada wartawan di Washington.
Respons Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa serangan udara Israel terhadap Damaskus tidak hanya berdampak regional, tetapi juga menarik perhatian komunitas internasional.
Momen dramatis yang dialami presenter berita Suriah dan reporter Al Jazeera menjadi pengingat yang kuat tentang risiko yang dihadapi oleh para jurnalis di zona konflik. Mereka tidak hanya harus menghadapi ancaman fisik, tetapi juga tekanan psikologis yang luar biasa.
Bangunan tempat ledakan terjadi adalah gedung yang berdekatan dengan TV pemerintah Suriah di ibu kota Damaskus. Hal ini menunjukkan bahwa media dan infrastruktur informasi menjadi target yang rentan dalam konflik bersenjata.
Meskipun menghadapi situasi yang sangat berbahaya, para jurnalis tetap berusaha menjalankan tugas profesional mereka. Seperti yang ditunjukkan oleh reporter Al Jazeera yang tetap melanjutkan laporannya sambil melindungi diri dari ancaman ledakan.
Dedikasi ini mencerminkan komitmen media dalam menyampaikan informasi kepada publik, bahkan dalam kondisi yang paling ekstrem. Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang perlindungan yang memadai bagi para jurnalis yang bekerja di wilayah konflik.
Momen dramatis ketika presenter berita Suriah panik dan berlari saat serangan udara Israel menghancurkan Damaskus bukan hanya sekadar berita, tetapi juga cerminan dari realitas perang yang dialami oleh para jurnalis dan warga sipil. Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya perlindungan wartawan di zona konflik dan kompleksitas situasi geopolitik di Timur Tengah.
Serangan udara Israel terhadap Damaskus pada 16 Juli 2025 tidak hanya menandai eskalasi konflik regional, tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi oleh media dalam menyampaikan informasi dari wilayah konflik. Keberanian para jurnalis dalam menjalankan tugas profesional mereka di tengah ancaman nyata patut diapresiasi, sambil terus memperjuangkan perlindungan yang lebih baik bagi mereka.