July 6, 2025 By A G
06 Juli 2025 – Masyarakat modern saat ini memang dikenal sebagai generasi yang gemar traveling. Bagi banyak orang, liburan bukan sekadar ajang pamer di media sosial atau sekadar melepas penat dari rutinitas kerja. Ternyata, aktivitas traveling memiliki manfaat yang jauh lebih dalam dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan kognitif seseorang.
Mungkin selama ini kamu hanya menganggap traveling sebagai cara untuk bersenang-senang dan mengisi waktu luang. Namun, penelitian terkini mengungkapkan bahwa perjalanan wisata ternyata bisa menjadi investasi terbaik untuk kesehatan mental dan peningkatan kecerdasan. Mari kita telusuri bagaimana traveling dapat membuat kita tidak hanya bahagia, tetapi juga lebih cerdas.
Ketika kamu memutuskan untuk traveling, terutama ke destinasi yang berbeda budaya dan bahasa, otak sebenarnya sedang menjalani “latihan” intensif. Penelitian dari University of Edinburgh menunjukkan bahwa aktivitas traveling dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan fleksibilitas berpikir seseorang secara signifikan.
Dalam studi tersebut, peserta yang sering melakukan perjalanan, terutama ke tempat-tempat yang berbeda budaya dan bahasa, menunjukkan peningkatan dalam kemampuan pemecahan masalah dan adaptasi terhadap situasi baru. Hal ini terjadi karena otak dipaksa bekerja lebih aktif saat menghadapi hal-hal asing, seperti menavigasi lingkungan baru, berinteraksi dengan orang berbeda, hingga memahami sistem sosial atau bahasa lokal.
Bayangkan saat kamu pertama kali berkunjung ke Tokyo dan harus menggunakan sistem transportasi yang kompleks, atau ketika kamu mencoba berkomunikasi dengan penduduk lokal di pasar tradisional Thailand. Momen-momen seperti ini memaksa otak untuk beradaptasi dan mencari solusi kreatif, yang pada akhirnya meningkatkan kapasitas kognitif.
Profesor dan penulis Adam Galinksy mengatakan bahwa pengalaman baru akan meningkatkan fleksibilitas kognitif, penyatuan pemikiran yang mendalam, dan kemampuan untuk membuat hubungan antara bentuk yang berbeda. Ini bukan sekadar teori, tetapi hasil nyata yang bisa kamu rasakan setelah traveling.
Penelitian dari Association for Psychological Science menemukan bahwa pengalaman lintas budaya saat traveling mampu memperluas wawasan dan kreativitas. Proses terpapar pada cara hidup, nilai, dan kebiasaan baru saat bepergian memicu otak untuk membentuk koneksi saraf baru, yang berdampak pada meningkatnya kecerdasan emosional dan intelektual.
Ketika kamu mencoba makanan khas daerah yang belum pernah kamu cicipi, atau mengamati arsitektur bangunan yang berbeda dari negaramu, otak secara otomatis menciptakan jalur-jalur baru untuk memproses informasi. Rangsangan suara, pemandangan, dan bau baru akan memicu bagian syaraf kreativitas di otak, membuka pikiran untuk perspektif yang lebih luas.
Aktivitas fisik selama traveling ternyata memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan fungsi otak. Banyak jalan kaki di lokasi liburan adalah aktivitas fisik yang tidak hanya baik untuk jantung tetapi juga otak. Aktivitas fisik membantu merangsang pertumbuhan sel-sel otak dan memperkuat koneksi di otak, kata Emily Rogalski, pengajar neurologi di Universitas Chicago.
Sel-sel otak yang baru bermanfaat untuk area-area seperti memori dan kemampuan untuk belajar seiring pertambahan usia. Rutin melakukan aktivitas fisik juga bisa menurunkan risiko terkena demensia. Meskipun aktivitas fisik selama bepergian mungkin bukan yang rutin dilakukan, tetapi tetap memberikan manfaat yang signifikan.
Traveling juga memberikan kesempatan untuk melakukan detoks digital yang sangat dibutuhkan di era modern ini. Brighid Gannon, salah satu pendiri Lavender Psychiatry, mengatakan bahwa traveling adalah cara alami untuk beristirahat dari pekerjaan, terutama di era digital ini. “Inilah cara yang menyenangkan untuk melakukan detoks digital yang sangat kita butuhkan,” kata Gannon.
Ketika kamu jauh dari notifikasi email, deadline pekerjaan, dan gangguan digital lainnya, otak memiliki kesempatan untuk beristirahat dan memproses informasi dengan lebih efektif. Ini memungkinkan pikiran untuk lebih fokus dan kreatif.
Salah satu aspek paling menarik dari traveling adalah kesempatan untuk belajar bahasa baru. Belajar sesuatu yang baru bisa mencegah berkembangnya demensia. Banyak hal yang bisa dipelajari selama liburan, seperti bahasa baru atau sistem transportasi yang diperlukan selama di lokasi tujuan.
Mengenal budaya, masakan, dan bahasa baru saat traveling bermanfaat untuk merangsang fungsi otak. Melalui hal-hal baru tersebut, otak akan “tertantang” untuk memproses perspektif, cara hidup, dan solusi memecahkan masalah yang baru. Stimulasi kognitif saat berlibur sangat penting untuk menjaga kesehatan otak dan diklaim dapat menurunkan risiko penurunan kemampuan kognitif.
Penelitian di Cina pada 2023 menyebut lansia yang suka bepergian berisiko lebih rendah terkena demensia dan gangguan kognitif ringan. Jajak pendapat yang dilakukan oleh Asosiasi Perjalanan di Amerika Serikat juga menemukan bahwa perjalanan terutama untuk pensiunan mencegah demensia dan penyakit Alzheimer.
Studi tersebut juga menemukan bahwa 86 persen dari mereka yang melakukan traveling lebih puas dengan pandangan hidup mereka, dibandingkan dengan 75 persen yang tidak bepergian.
Bepergian bersama teman, keluarga, atau bertemu dengan orang baru selama perjalanan dipercaya dapat memperkuat ikatan sosial. Memiliki hubungan sosial yang positif dikaitkan dengan kesehatan mental yang lebih baik dan risiko penyakit kronis yang lebih rendah. Terlebih, perjalanan bersama orang lain sering kali menciptakan kenangan abadi dan menumbuhkan rasa persahabatan.
Interaksi sosial yang berkualitas selama traveling juga meningkatkan kecerdasan emosional. Ketika kamu berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, kamu belajar untuk memahami perspektif yang beragam, mengembangkan empati, dan meningkatkan kemampuan komunikasi.
Paparan terhadap lingkungan dan aktivitas baru dapat membantu menurunkan kadar kortisol, yakni jenis hormon steroid yang memengaruhi bagaimana tubuh merespons stres. Pengurangan stres ini sangat penting untuk fungsi otak yang optimal. Ketika tingkat stres menurun, kemampuan untuk berpikir jernih, berkonsentrasi, dan memecahkan masalah meningkat secara signifikan.
Traveling ternyata bukan hanya tentang mengumpulkan foto-foto indah untuk media sosial atau sekadar melepas penat dari rutinitas kerja. Bagi masyarakat modern, traveling dapat menjadi investasi jangka panjang untuk kesehatan otak dan peningkatan kecerdasan.
Mulai dari meningkatkan fleksibilitas kognitif, memperkuat koneksi saraf, hingga mencegah penyakit degeneratif seperti demensia, traveling memberikan manfaat yang sangat berharga. Jadi, jangan ragu untuk merencanakan perjalanan berikutnya. Karena dengan traveling, kamu tidak hanya akan pulang dengan kebahagiaan, tetapi juga dengan otak yang lebih cerdas dan sehat.
Ingat, investasi terbaik adalah investasi untuk diri sendiri. Dan traveling adalah salah satu cara terbaik untuk berinvestasi dalam kesehatan mental dan kecerdasan yang akan bermanfaat sepanjang hidup.