Leet Media

Swedia Mengimpor Sampah Sekitar 800.000 Ton karena Kehabisan Limbah untuk Diolah Jadi Energi

June 9, 2025 By RB

9 Juni 2025 – Swedia menjadi contoh dunia dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini tidak hanya mampu mengolah sebagian besar sampah domestik menjadi energi, tetapi kini justru menghadapi kondisi unik: kekurangan pasokan limbah untuk mendukung sistem pembangkit listrik berbasis sampah. 

Sistem Pengelolaan Limbah Swedia Sangat Efisien

Swedia dikenal luas sebagai negara dengan sistem pengelolaan limbah paling efisien di dunia. Lebih dari 99% sampah domestik berhasil diolah kembali, baik melalui proses daur ulang maupun pembakaran di fasilitas waste-to-energy (WTE). Sekitar 50% dari sampah rumah tangga diubah menjadi energi panas dan listrik, yang dimanfaatkan untuk sistem pemanas distrik dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Salah satu kunci sukses Swedia terletak pada kombinasi teknologi canggih, regulasi yang ketat, serta budaya masyarakat yang sadar lingkungan. Hampir setiap rumah dan apartemen dilengkapi sistem pengumpulan limbah seperti kontainer bawah tanah dan saluran vakum otomatis yang menggantikan truk pengangkut konvensional.

Terlalu Efisien hingga Kehabisan Sampah

Ironisnya, efisiensi ini menimbulkan tantangan baru. Swedia justru kehabisan pasokan sampah domestik untuk memenuhi kebutuhan fasilitas pengolahan energi. Akibatnya, negara ini harus mengimpor sekitar 800.000 ton limbah setiap tahun dari negara-negara seperti Inggris, Norwegia, Italia, dan Irlandia.

Dikutip dari laman Reuters, fenomena ini membuat Swedia harus mengimpor sampah dari negara lain, seperti Inggris, Norwegia, Italia, dan Irlandia.

Sampah impor tersebut digunakan sebagai bahan bakar bagi 34 fasilitas WTE yang tersebar di seluruh negeri. Sisa pembakaran berbahaya dikembalikan ke negara asal untuk penanganan lebih lanjut.

Teknologi dan Regulasi Mendukung Keberhasilan

Swedia memulai kebijakan pajak bahan bakar fosil sejak tahun 1991. Langkah ini mendorong transisi besar-besaran menuju energi terbarukan. Kini, lebih dari separuh kebutuhan listrik Swedia berasal dari sumber energi bersih, termasuk limbah.

Warga Swedia sangat disiplin dalam memilah sampah sejak dari rumah. Selain itu, produsen diwajibkan bertanggung jawab atas limbah produk mereka, mulai dari kemasan hingga barang elektronik.

Dampak Positif dan Kritik dari Sistem Impor Sampah

Mengimpor limbah memberi manfaat ganda: menjaga pasokan bahan bakar alternatif bagi Swedia dan mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA) di negara asal. Namun, sistem ini tetap mendapat kritik. Beberapa aktivis lingkungan menilai pembakaran sampah secara berlebihan bisa mengurangi insentif untuk meningkatkan daur ulang dan berpotensi menambah emisi karbon jika tidak dikontrol dengan ketat.

Meski demikian, banyak negara mulai melirik sistem pengelolaan limbah Swedia sebagai model percontohan. Pendekatan komprehensif mulai dari edukasi publik, regulasi ketat, hingga teknologi canggih menjadikan limbah bukan sekadar masalah, melainkan sumber daya berharga.

Pelajaran bagi Indonesia

Swedia membuktikan bahwa dengan komitmen kuat, sistem pengelolaan limbah bisa menjadi solusi energi bersih. Di sisi lain, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Dari lebih dari 65 juta ton sampah yang dihasilkan per tahun, baru sekitar 10–15% yang berhasil diproses secara berkelanjutan.

Infrastruktur terbatas dan kesadaran masyarakat yang rendah menjadi penghambat. Namun, kota-kota seperti Surabaya, Bandung, dan Denpasar telah mulai menerapkan program WTE dalam skala kecil.

Indonesia memiliki potensi besar untuk meniru Swedia. Dengan jumlah penduduk dan volume sampah yang tinggi, transformasi pengelolaan limbah menjadi energi dapat menjadi solusi ganda: mengurangi polusi dan menghasilkan energi alternatif.

Swedia menunjukkan bahwa keberhasilan pengelolaan limbah bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kesadaran kolektif dan kebijakan strategis. Dengan sistem yang terintegrasi dan berorientasi masa depan, negara ini mengubah sampah menjadi aset nasional. Bagi Indonesia dan negara lain, Swedia menjadi inspirasi bahwa sampah bukan akhir dari segalanya—melainkan awal dari peluang baru.

Related Tags & Categories :

highlight