Leet Media

Survei Menunjukan Gen Z Lebih Nyaman Jomblo Karena Fokus Mengejar Karir, Bener gak nih?

February 13, 2025 By jay

13 Februari 2025 – Generasi Z, atau Gen Z, dikenal memiliki pandangan yang berbeda terhadap hubungan cinta dibandingkan generasi sebelumnya. Dalam beberapa tahun terakhir, tren menunda pernikahan dan memilih hidup lajang menjadi semakin populer di kalangan anak muda Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan survei terbaru, fenomena ini mencerminkan perubahan nilai dan prioritas hidup yang unik pada generasi ini.

Statistik Menurut BPS dan Populix

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2024, sekitar 128 juta dari 282 juta penduduk Indonesia masih belum menikah. Dari jumlah tersebut, 68,29% dari 65,82 juta anak muda Indonesia memilih untuk tetap lajang. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga merupakan tren global. 

Menurut survei Populix 2023, 61% Gen Z gak pengen nikah dalam waktu dekat. Banyak yang mikir, usia ideal menikah itu sekitar 25-30 tahun. Lebih shocking lagi, 21% dari mereka mengaku tidak punya rencana nikah sama sekali.

Alasan Gen Z Memilih Hidup Lajang

  1. Fokus pada Karier dan Branding Diri

Prioritas terhadap karier dan pembentukan identitas diri menjadi faktor utama yang mendorong gen Z untuk tidak terikat dalam hubungan. Tingginya tingkat persaingan di dunia kerja saat ini menyebabkan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang memadai, sehingga banyak dari mereka yang lebih mengutamakan pengembangan karier.

Padatnya jadwal pekerjaan membuat mereka memilih menggunakan waktu senggang untuk beristirahat atau menikmati waktu pribadi (me time), ketimbang mencurahkan waktu untuk mencari pasangan.

  1. Nyaman dengan Kehidupan Lajang

Banyak anak muda merasa nyaman dengan kehidupan lajang karena memberikan lebih banyak kebebasan. Kehidupan mandiri tanpa komitmen hubungan memungkinkan mereka menikmati kedamaian tanpa drama. Tren ini juga didukung oleh maraknya konten di media sosial yang mempromosikan pentingnya self-love.

  1. Perubahan Mindset tentang Komitmen

Platform digital seperti TikTok dan Twitter dipenuhi dengan konten yang mendukung gaya hidup bebas. Banyak Gen Z merasa bahwa hidup tanpa komitmen lebih mudah dan menyenangkan. Pandangan ini menggeser persepsi tradisional tentang pentingnya hubungan jangka panjang.

  1. Pengalaman Pahit dalam Hubungan

Pengalaman pahit dari hubungan terdahulu menjadi salah satu alasan generasi Z memutuskan untuk hidup melajang. Kesan negatif dari pengalaman tersebut membuat mereka merasa tidak siap untuk membangun hubungan yang lebih serius. Ketakutan akan mengulang kegagalan serupa mendorong mereka untuk menjalani kehidupan seorang diri.

Meski demikian, masalah ini sebenarnya dapat diselesaikan melalui evaluasi diri. Generasi Z perlu menganalisis apakah kegagalan hubungan mereka bersumber dari diri sendiri ataukah dari perilaku tidak sehat mantan pasangan. Dengan pemahaman ini, mereka dapat lebih terbuka terhadap peluang hubungan baru tanpa terpengaruh oleh pengalaman masa lalu.

  1. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi menjadi pertimbangan yang dominan. Peningkatan biaya hidup dan tuntutan standar kehidupan yang lebih tinggi menyebabkan banyak anak muda menjadi lebih hati-hati dalam mengambil keputusan untuk menikah. 

Berbagai faktor seperti besarnya biaya pernikahan, mahalnya harga properti, serta naiknya kebutuhan pokok menjadi hal yang dipikirkan secara mendalam oleh mereka yang berencana membina kehidupan berumah tangga.

  1. Menunda Tahap Kehidupan

Penundaan berbagai tahap kehidupan, seperti menikah dan memiliki anak, menjadi ciri khas Gen Z. Mereka lebih lama menyelesaikan pendidikan, memulai karier, dan menetap dalam hubungan jangka panjang. Harapan hidup yang semakin panjang juga memberikan mereka alasan untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan besar.

Persentase Pemuda Berdasarkan Status Perkawinan

Sumber: Kumparan

Data dari BPS diatas tahun 2024 menunjukkan bahwa persentase pemuda Indonesia yang masih lajang mencapai 69,75 persen, meningkat dari 68,29 persen di tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan data tahun 2015 dimana pemuda yang menikah sebesar 55,79 persen, terjadi kenaikan hampir 14 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun.

Perspektif Gender dalam Menunda Pernikahan

Perempuan dan Pilihan Hidup

Semakin banyak perempuan Gen Z yang menunda pernikahan hingga usia 30 tahun ke atas. Mereka ingin mengejar impian, membangun karier, dan menikmati hidup sebelum memasuki fase pernikahan. Meskipun tekanan sosial masih ada, pandangan terhadap pernikahan mulai bergeser. Kebahagiaan dan pencapaian pribadi kini menjadi prioritas dibandingkan memenuhi ekspektasi tradisional.

Laki-Laki dan Kebebasan Finansial

Bagi laki-laki, keputusan untuk menunda pernikahan sering kali berkaitan dengan tekanan untuk mencapai stabilitas finansial. Banyak yang merasa belum siap secara ekonomi untuk memasuki kehidupan berumah tangga.

Fenomena menunda pernikahan di kalangan Gen Z mencerminkan perubahan nilai-nilai sosial yang signifikan. Fokus pada karier, self-love, kebebasan, dan ketakutan akan komitmen menjadi alasan utama di balik keputusan ini. Meskipun tren ini menunjukkan pergeseran budaya, penting untuk tetap menghargai pilihan setiap individu. Dalam dunia yang terus berubah, fleksibilitas dan penghormatan terhadap berbagai jalan hidup adalah kunci untuk memahami generasi ini.