Leet Media

Sultan Hamengku Buwono X Pilih Nyetir Sendiri dan Tak Gunakan Pengawalan Saat Bepergian

October 17, 2025 By pj

ANTARA/Luqman Hakim

17 Oktober 2025 – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, kembali menarik perhatian publik setelah video mobil pribadinya viral di media sosial. Dalam video tersebut, mobil berpelat AB 10 HBX milik Sultan tampak berhenti di lampu merah dan disalip oleh rombongan kendaraan pejabat yang dikawal polisi. Menanggapi hal itu, Sultan menegaskan bahwa dirinya memang terbiasa bepergian tanpa pengawalan, bahkan sering menyetir sendiri.

Kebiasaan Sultan HB X yang Sederhana dan Rendah Hati

Sultan menjelaskan bahwa dirinya tidak merasa perlu menggunakan pengawalan dalam aktivitas sehari-hari, kecuali dalam acara resmi kenegaraan atau kegiatan pemerintahan yang membutuhkan keamanan khusus. “Ya memang saya biasa nggak ada pengawalan kok, kalau nggak acara resmi ok,” ujar Sultan di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta. Ia juga menambahkan, “Wong saya juga bisa nyupiri sendiri juga ok. Ya nggak perlu aja (pakai pengawalan), kecuali kalau acara resmi aja.”

Menurut Sultan, pembahasan mengenai kebiasaannya yang tanpa pengawalan tidak perlu dibesar-besarkan. “Kenapa dipersoalkan? Kan tidak perlu dipersoalkan pakai pengawalan atau tidak, biasa aja,” ucapnya santai. Sikapnya yang sederhana ini mencerminkan kedekatannya dengan masyarakat, di mana ia memilih menyatu dengan kehidupan warga tanpa keistimewaan berlebih meski berstatus sebagai Raja sekaligus Gubernur.

Penjelasan Setda DIY Terkait Video Viral

Koordinator Substansi Bagian Humas Biro Umum, Humas, dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji, membenarkan bahwa kendaraan dalam video tersebut memang milik Sri Sultan HB X. Kejadian itu terjadi saat Sultan mendampingi Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam kunjungan ke Kelor, Karangmojo, Gunungkidul, pada Rabu (8/10).

“Betul, kendaraan tersebut memang milik Sri Sultan HB X. Beliau menggunakan kendaraan pribadi saat mendampingi kunjungan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan di Karangmojo, Gunungkidul,” jelas Ditya. Ia juga membenarkan bahwa mobil Sultan saat itu berhenti karena lampu merah, sementara rombongan kendaraan lain dengan pengawalan polisi melaju terus.

Namun, terkait dugaan bahwa rombongan tersebut milik Menko AHY, Ditya meminta agar hal itu dikonfirmasi langsung ke pihak kementerian terkait. “Kemungkinan besar seperti itu. Tapi untuk pastinya mungkin lebih tepat jika yang mengonfirmasi dari pihak kementerian,” ujarnya.

Klarifikasi dari Stafsus AHY

Menanggapi kabar tersebut, Herzaky Mahendra Putra, Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Bidang Komunikasi dan Informasi Publik, membantah bahwa rombongan kendaraan berpatwal itu adalah milik Menko AHY. Herzaky menjelaskan, “Kalau ada yang membuat statemen itu rombongan Menko AHY, tentu tuduhan ini tidak benar dan tidak berdasar. Jelas-jelas Pak Menko AHY sudah meninggalkan tempat 30 menitan lebih awal mendahului Sri Sultan.”

Ia menegaskan bahwa publik dapat mengecek pelat nomor kendaraan untuk mengetahui rombongan tersebut milik siapa. “Kalau ingin mengecek itu rombongan siapa, mungkin bisa dicek nomor pelat merah salah satu mobil yang ada di rombongan itu. Silakan netizen mencari tahu, kemungkinan pelat merah itu terasosiasi dengan instansi mana,” ujarnya menambahkan.

Sikap Tegas Sultan HB X dan Pesan Soal Etika Berkendara Pejabat

Kebiasaan Sri Sultan HB X yang menolak pengawalan bukanlah sekadar gaya hidup, melainkan prinsip hidup yang menekankan kesederhanaan dan kepatuhan pada aturan lalu lintas. Ia juga menilai bahwa menggunakan mobil pribadi dalam kegiatan sehari-hari bukan hal yang perlu dipersoalkan. “Ya kan pakai AB 1 kalau untuk acara-acara resmi. Gitu aja,” tutur Ngarsa Dalem.

Sikap Sultan juga sejalan dengan semangat keteladanan pejabat publik agar menghormati pengguna jalan lain dan tidak menyalahgunakan fasilitas pengawalan. Dalam beberapa kesempatan, Sultan menegaskan pentingnya menjaga kepatutan, ketertiban, dan kesetaraan di jalan raya, tanpa perlu mengedepankan status atau jabatan.

Sosok Sri Sultan Hamengku Buwono X dikenal sebagai pemimpin yang sederhana, rendah hati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai egaliter. Keputusannya untuk tidak menggunakan pengawalan serta memilih mengemudi sendiri menunjukkan komitmennya pada prinsip kesetaraan di hadapan hukum dan masyarakat. Sikapnya bukan hanya bentuk kedisiplinan pribadi, tetapi juga teladan bagi pejabat publik lain untuk menghormati aturan dan mengedepankan etika dalam setiap aktivitas pelayanan kepada rakyat.