March 2, 2025 By Diva Permata Jaen
3 Maret 2025 – Takjil bukan sekadar makanan ringan untuk berbuka puasa, tetapi memiliki sejarah panjang dalam tradisi Islam dan budaya lokal di berbagai negara. Di Indonesia, tradisi berbagi takjil sudah ada sejak zaman Wali Songo dan terus berkembang hingga kini. Setiap negara memiliki ciri khas takjil yang mencerminkan budaya dan kebiasaan masyarakatnya.
Kata “takjil” berasal dari bahasa Arab “Ajjalu” yang berarti momentum, tergesa-gesa, mempercepat, atau menyegerakan. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa “Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (ajjalu) berbuka puasa.”Hadis ini menekankan bahwa berbuka puasa dengan segera adalah salah satu sunnah yang dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, kata “takjil” lebih merujuk pada tindakan segera berbuka puasa dan hingga saat ini diartikan sebagai makanan dan minuman ringan. Tradisi berbuka puasa dengan makanan ringan sebelum menyantap hidangan utama telah menjadi kebiasaan umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW membatalkan puasanya dengan kurma dan air putih. Selain itu, Rasulullah SAWjuga pernah berbuka dengan Hais, sejenis makanan kecil berbahan dasar kurma, mentega, keju, dan tepung. Kesederhanaan dalam berbuka ini menjadi contoh bagi umat Islam untuk tidak berlebihan dalam menyantap makanan saat berbuka puasa.
Selain Hais, Rasulullah juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mudah dicerna dan bernutrisi, seperti susu dan madu. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan energi setelah berpuasa tanpa membebani sistem pencernaan.
Dalam laporan De Atjehers yang ditulis oleh Snouck Hurgronje pada tahun 1981-1982, disebutkan bahwa masyarakat Aceh telah mengadakan tradisi buka puasa bersama di masjid dengan sajian bubur pedas. Ada juga riwayat bahwa Wali Songo memanfaatkan tradisi berbuka ini sebagai media dakwah dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Namun, riwayat catatan ini masih dianggap belum kuat karena tidak adanya bukti atau sumber yang relevan.
Pada tahun 1950-an, Muhammadiyah mulai mempopulerkan tradisi berbagi takjil di Masjid Kauman, Yogyakarta. Sejak itu, budaya berbagi makanan berbuka ini terus dilestarikan dan semakin dikenal luas di kalangan masyarakat Muslim Indonesia.
Saat Ramadhan, pasar takjil bermunculan di berbagai daerah. Dari gorengan hingga aneka minuman manis, masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan berburu takjil menjelang waktu berbuka. Tradisi ini bukan hanya soal menikmati makanan, tetapi juga menjadi ajang berbagi kepada sesama, terutama bagi mereka yang kurang mampu.
Selain itu, di berbagai masjid di Indonesia, tersedia takjil gratis bagi jamaah yang hendak berbuka puasa. Hal ini mencerminkan nilai sosial dan kebersamaan yang menjadi bagian penting dalam budaya Islam di Indonesia.
Setiap negara memiliki takjil khas yang mencerminkan budaya dan selera masyarakatnya. Berikut beberapa takjil yang populer di berbagai negara Islam:
Shorbat Adas adalah sup lentil yang kaya protein dan menjadi menu berbuka favorit di Uni Emirat Arab, Yordania, dan Lebanon. Sup ini dibuat dari miju merah dan dibumbui dengan kunyit, jinten, kayu manis, dan lemon.
Harira adalah sup tomat dengan isian lentil, buncis, daging, dan bihun. Aroma rempah yang kuat seperti kunyit, kayu manis, dan ketumbar membuatnya khas dan sering dikonsumsi bersama kurma.
Di Turki, Ramadan Pidesi adalah roti pipih berbentuk bulat yang menjadi hidangan takjil favorit. Dibuat dari tepung terigu, susu, dan gula, roti ini memiliki tekstur lembut dan sering disantap hangat saat berbuka.
Di Indonesia, kolak dan es pisang ijo adalah dua takjil yang paling banyak dicari. Kolak terdiri dari pisang, ubi, dan labu dalam kuah santan manis, sementara es pisang ijo berasal dari Makassar dengan balutan adonan hijau dan bubur sumsum.
Selain kolak dan es pisang ijo, beberapa menu takjil lainnya yang populer di Indonesia adalah biji salak, es campur, dan bubur sumsum. Variasi takjil ini mencerminkan keberagaman kuliner di berbagai daerah di Indonesia.
Thareed adalah semur daging domba dengan sayuran yang dikatakan sebagai salah satu makanan favorit Nabi Muhammad SAW. Hidangan ini sering disajikan sebagai menu berbuka di Arab Saudi.
Selain Thareed, umat Muslim di Arab Saudi juga kerap berbuka dengan sambosa, sejenis pastel goreng berisi daging cincang yang gurih dan lezat.
Takjil bukan sekadar hidangan pembuka saat berbuka puasa, tetapi juga bagian dari budaya dan tradisi Islam di berbagai negara. Dari sejarahnya yang panjang hingga variasi menu yang beragam, takjil mencerminkan nilai kebersamaan dan keberagaman dalam Islam. Di Indonesia, takjil menjadi bagian dari tradisi berbagi yang terus berkembang dari masa ke masa.
Dengan memahami sejarah dan ciri khas takjil di berbagai negara, kita dapat lebih menghargai keberagaman budaya dalam bulan suci Ramadhan. Tradisi berbagi takjil juga menjadi simbol kepedulian sosial, mempererat tali persaudaraan, dan mengajarkan pentingnya kebersamaan dalam menjalani ibadah puasa.