June 3, 2025 By RB
3 Juni 2025 – Dewi Astutik menjadi salah satu buronan paling dicari oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Interpol. Perempuan asal Ponorogo ini diduga sebagai otak utama penyelundupan 2 ton sabu senilai Rp 5 triliun melalui perairan Indonesia. Identitasnya yang misterius dan kerap berubah-ubah membuat pengejaran terhadapnya menjadi rumit..
Kasus ini mencuat setelah BNN, bersama TNI, Polri, dan Bea Cukai, berhasil mengamankan Kapal KM Sea Dragon Tarawa di perairan Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, pada awal Mei 2025. Dari kapal tersebut, petugas menemukan 2 ton sabu dalam 2.000 bungkus teh China yang disimpan dalam 67 boks di ruang kompartemen kapal.
“Setelah memastikan keberadaan kapal, tim BNN dibantu TNI, Polri, dan Bea Cukai langsung mengarah ke sana dan berhasil menarik kapal tersebut ke Dermaga Tanjung Uncang untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Kepala BNN RI, Komjen Marthinus Hukom.
Narkoba yang disita diduga berasal dari jaringan Golden Triangle yang aktif di Thailand, Myanmar, dan Laos. Jalur laut di perairan Kepulauan Riau dimanfaatkan sebagai rute penyelundupan ke Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
“Keempat WNI yang diamankan memiliki hubungan dengan Dewi Astuti dan kini berada di jaringan internasional Golden Triangle,” ujar Marthinus.
Dewi Astutik, perempuan kelahiran 8 April 1983, disebut BNN sebagai pengendali dan perekrut kurir dalam sindikat narkoba internasional ini. Foto paspor menunjukkan ia berambut pendek dan berkewarganegaraan Indonesia. Ia disebut sebagai penghubung antara jaringan luar negeri dan operasi pengiriman di dalam negeri.
Kepolisian menyebut nama “Dewi Astutik” merupakan identitas palsu yang digunakan oleh seorang perempuan berinisial PA, warga asal Ponorogo yang telah lama menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan, Hongkong, dan terakhir di Kamboja.
“Identitas yang pertama dipalsukan, punya keluarganya. Orang situ (Ponorogo), tapi kartunya (KTP) dipalsukan. Sudah lama jadi PMI, disinyalir di Kamboja. Sudah jadi red notice oleh Interpol,” kata Kapolres Ponorogo, AKBP Andin Wisnu Sudibyo.
Di Dukuh Sumber Agung, Balong, Ponorogo, warga mengenali sosok perempuan dalam foto KTP dan paspor yang beredar sebagai PA, bukan Dewi Astutik.
“Kalau warga di sini yang bernama Dewi Astutik tidak ada, tetapi alamat itu memang warga sini dan fotonya itu juga kenal,” kata Kepala Dusun Gunawan.
Warga setempat seperti Mbah Misiyem dan Sri Wahyuni juga menyatakan bahwa PA kerap berganti penampilan dan terakhir berpamitan akan bekerja ke Kamboja usai Lebaran 2023.
“Waktu itu pamitnya habis Lebaran, bilangnya mau kerja ke Kamboja. Saya sempat tanya kok jauh sekali, dia jawab di rumah nggak ada kerjaan,” ujar Mbah Misiyem.
BNN terus memburu Dewi Astutik dan menyebut kemungkinan besar ia berada di Kamboja. Untuk mempersempit pergerakannya, BNN bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) serta Interpol melalui red notice.
“Kami bekerja sama dengan BIN untuk mencari Dewi Astuti di Kamboja dan sekitarnya,” kata Marthinus.
Selain Dewi Astutik, BNN juga mengungkap keterlibatan seorang warga negara Thailand bernama Chancai yang diduga sebagai pengendali utama dari luar negeri. Ia juga telah masuk dalam daftar red notice oleh otoritas Thailand.
“Chancai merupakan WN Thailand yang juga menjadi buronan di negaranya. Kini telah dikeluarkan red notice dan masuk DPO Internasional,” jelas Marthinus.
Kasus Dewi Astutik mencerminkan bagaimana jaringan narkoba internasional kini melibatkan warga negara Indonesia secara aktif sebagai pengendali dan pelaksana. Dari Ponorogo hingga Kamboja, jejaknya masih menjadi misteri yang terus ditelusuri oleh aparat gabungan. Upaya pelacakan dan penegakan hukum terhadap Dewi menjadi ujian serius bagi aparat penegak hukum dalam menghadapi kejahatan lintas negara.
Related Tags & Categories :