April 11, 2025 By Rio Baressi
11 April 2025 – Dalam langkah revolusioner di bidang bioteknologi, perusahaan Colossal Biosciences yang berbasis di Texas, Amerika Serikat, berhasil menghidupkan kembali Dire Wolf (Aenocyon dirus), spesies serigala purba yang terkenal melalui serial “Game of Thrones” dan film “Twilight.” Keberhasilan ini menandai babak baru dalam dunia konservasi spesies dan teknologi rekayasa genetika.
Para ilmuwan Colossal menggunakan teknologi mutakhir seperti kloning dan penyuntingan gen untuk mewujudkan de-extinction Dire Wolf. Sampel DNA purba diperoleh dari gigi berusia 13.000 tahun dan tengkorak yang berusia 72.000 tahun. DNA ini kemudian digunakan untuk memodifikasi sel darah serigala abu-abu, kerabat terdekat Dire Wolf yang masih hidup.
Sel darah hasil modifikasi tersebut dimasukkan ke dalam sel telur anjing domestik yang sudah dihilangkan inti aslinya. Selanjutnya, embrio yang dihasilkan ditanamkan ke induk pengganti hingga melahirkan tiga anak serigala Dire: dua jantan bernama Romulus dan Remus, serta satu betina bernama Khaleesi. Keberhasilan ini merupakan hasil dari 45 embrio yang dikembangkan.
Menurut Dr. Beth Shapiro, kepala ilmuwan Colossal, teknologi ini memungkinkan rekonstruksi paleogenom secara presisi dengan penyuntingan gen pada 20 lokasi berbeda dalam genom serigala abu-abu. Teknik ini meningkatkan akurasi proses de-extinction, sehingga karakteristik khas Dire Wolf, seperti ukuran tubuh lebih besar, lolongan dalam, dan bulu putih bersih, dapat dihidupkan kembali.
Dire Wolf memiliki tubuh yang lebih besar dan kekar dibandingkan serigala abu-abu modern. Dengan berat 60-85 kilogram, mereka juga memiliki gigi dan rahang yang kuat, memungkinkan mereka memangsa megaherbivora seperti bison dan mastodon. Habitat mereka meliputi padang rumput, dataran, dan hutan di Amerika Utara hingga Amerika Selatan.
Penelitian pada tahun 2021 menunjukkan bahwa Dire Wolf adalah garis keturunan yang berbeda dari kanin lainnya. Hal ini mengukuhkan genus Aenocyon sebagai klasifikasi resmi. Fosil Dire Wolf banyak ditemukan di Rancho La Brea Tar Pits, Los Angeles, meskipun laporan tentang fosil di Cina timur laut masih diperdebatkan.
Dire Wolf telah punah sekitar 10.000–12.000 tahun yang lalu akibat kombinasi perubahan iklim, hilangnya mangsa, dan persaingan dengan predator lain.
Beberapa ahli, seperti Profesor Nic Rawlence dan Profesor Philip Seddon, menyatakan kekhawatiran tentang dampak ekologi dan etika proyek ini. Mereka menyebut Dire Wolf hasil rekayasa Colossal lebih menyerupai serigala abu-abu dengan modifikasi genetik, bukan Dire Wolf sejati. Kekhawatiran juga muncul terkait potensi konflik antara serigala dengan manusia jika dilepaskan ke alam liar.
Di sisi lain, Colossal Biosciences juga menggunakan teknologi ini untuk konservasi spesies yang terancam punah. Selain Dire Wolf, mereka telah berhasil mengkloning serigala merah dan sedang mengembangkan proyek ambisius untuk menghidupkan kembali mammoth berbulu pada tahun 2028.
Kelahiran Romulus, Remus, dan Khaleesi menandai era baru dalam hubungan antara manusia, teknologi, dan alam. Keberhasilan ini tidak hanya membuka peluang bagi konservasi spesies yang hampir punah, tetapi juga menimbulkan pertanyaan penting tentang etika dan tanggung jawab manusia dalam mengelola teknologi ini.
De-extinction bukan lagi sekadar konsep fiksi ilmiah. Ini adalah realitas yang membawa harapan dan tantangan baru bagi dunia.