Leet Media

Robot I-K9 yang biasa dipakai polisi, di China justru tampil sebagai penari barongsai untuk meriahkan perayaan Imlek

July 19, 2025 By A G

19 Juli 2025 – Revolusi teknologi kecerdasan buatan telah merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang keamanan dan budaya. Dua negara di Asia, Indonesia dan China, menunjukkan pendekatan berbeda namun sama-sama inovatif dalam pemanfaatan robot anjing berteknologi AI. Sementara Indonesia mengadopsi teknologi ini untuk memperkuat sistem keamanan nasional, China justru menggunakannya untuk melestarikan tradisi budaya dengan sentuhan modern.

Robot Anjing sebagai Penjaga Keamanan di Indonesia

Source: Espos.id

Program Modernisasi Polri dengan Teknologi AI

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah mengambil langkah progresif dalam modernisasi sistem keamanan dengan memperkenalkan robot anjing berteknologi AI. Dalam peringatan HUT ke-79 Bhayangkara di Monumen Nasional Jakarta pada Juli 2025, Polri secara resmi memperkenalkan 25 unit robot polisi yang terdiri dari berbagai jenis, termasuk 10 robot anjing atau yang dikenal sebagai robot K9.

Robot anjing i-K9 buatan anak bangsa melalui PT EZRA Robotics Teknologi ini dirancang khusus untuk membantu tugas-tugas kepolisian yang berisiko tinggi. Dengan harga mencapai Rp 3 miliar per unit, robot ini memiliki spesifikasi canggih yang dapat beroperasi hingga 8 jam dalam kondisi cuaca ekstrem dan terintegrasi dengan sistem AI behavior analysis.

Kemampuan dan Fungsi Robot Anjing Polisi

Robot i-K9 memiliki berbagai kemampuan yang mendukung operasi kepolisian modern. Fungsi utamanya meliputi:

Deteksi dan Identifikasi Robot ini dilengkapi dengan sensor canggih yang mampu mendeteksi narkoba dan zat neuroaktif, serta dapat digunakan untuk mendeteksi bom dan bahan peledak lainnya. Kemampuan penginderaan yang tajam membuatnya ideal untuk operasi anti-narkoba dan anti-terorisme.

Operasi Penyelamatan Dalam situasi bencana alam seperti gempa bumi, robot i-K9 dapat digunakan untuk mencari korban yang tertimpa reruntuhan. Teknologi ini sangat berharga karena dapat mengakses area-area berbahaya yang sulit dijangkau manusia.

Deteksi Bahaya Lingkungan Robot ini juga dilengkapi sensor untuk mendeteksi kebocoran gas beracun, sehingga dapat melindungi petugas dari paparan zat berbahaya sebelum manusia memasuki area tersebut.

Rencana Strategis dan Implementasi

Penggunaan robot anjing telah masuk dalam Rencana Strategis Polri tahun 2025-2045. Mulai tahun 2026, Polri berencana mengoperasionalkan robot anjing sebagai pengganti anjing polisi konvensional dalam situasi-situasi tertentu. Meskipun masih dalam tahap uji coba, Kapolri menyatakan kesiapan institusi untuk beradaptasi dengan teknologi ini.

Transformasi Budaya: Robot Anjing sebagai Penari Barongsai di China

Source: Liputan6.com

Inovasi dalam Tradisi Tahun Baru Imlek

Di sisi lain dunia, China menunjukkan pendekatan kreatif dalam mengintegrasikan teknologi AI dengan tradisi budaya. Dalam perayaan Tahun Baru Imlek, beberapa tempat di China mulai menggunakan robot anjing sebagai penari barongsai, menciptakan apa yang disebut sebagai “cyber lion dance” atau tarian singa dunia maya.

Fenomena ini pertama kali menarik perhatian publik melalui video viral di media sosial yang menampilkan robot-robot anjing berkostum barongsai di Dutch Flower Town, Shenzhen. Pertunjukan ini merupakan bagian dari inisiatif akar rumput untuk mendekatkan komunitas asing dengan budaya lokal China.

Perkembangan Barongsai AI di Berbagai Acara

Museum Nasional China Museum Nasional China telah mengadopsi teknologi ini dalam pameran khusus Tahun Baru Imlek. Penari robotik ditampilkan sebagai bagian dari peluncuran Pameran Festival Musim Semi, menggabungkan pelestarian budaya tradisional dengan inovasi teknologi modern.

China AI Gala 2024 Pada Juli 2024, grup perempuan Emei Kung Fu Girls tampil bersama penari barongsai AI dalam China AI Gala 2024. Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat memperkaya pertunjukan tradisional tanpa menghilangkan esensi budayanya.

Perayaan Cap Go Meh Di Hangzhou, ibukota provinsi Zhejiang, robot anjing berkostum barongsai turut memeriahkan perayaan Cap Go Meh. Robot tersebut tidak hanya menari, tetapi juga berinteraksi dengan pengunjung dengan membagikan amplop merah dan kue tradisional.

Reaksi Masyarakat terhadap Barongsai AI

Kemunculan barongsai AI memicu beragam reaksi dari masyarakat. Sebagian menganggapnya sebagai inovasi yang menggemaskan dan menarik, terutama untuk menarik minat generasi muda terhadap tradisi budaya. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa teknologi ini akan menggantikan pekerjaan manusia, khususnya penari barongsai tradisional.

Komentar-komentar di media sosial mencerminkan keprihatinan ini, dengan salah satu netizen menulis, “Bahkan penari barongsai kehilangan pekerjaan karena AI.” Bahkan ada yang memperingatkan kemungkinan robot-robot ini suatu saat dapat berbalik melawan manusia, meskipun kekhawatiran ini tampaknya berlebihan untuk konteks pertunjukan budaya.

Perbandingan Pendekatan Indonesia dan China

Fokus Aplikasi yang Berbeda

Perbandingan antara penggunaan robot anjing di Indonesia dan China menunjukkan dua filosofi berbeda dalam adopsi teknologi AI. Indonesia memfokuskan pada aspek keamanan dan perlindungan, menggunakan robot anjing untuk meningkatkan efektivitas penegakan hukum dan penyelamatan. Sementara China mengeksplorasi potensi kreatif teknologi ini untuk melestarikan dan memodernisasi warisan budaya.

Investasi dan Komitmen Teknologi

Dari segi investasi, Indonesia menunjukkan komitmen serius dengan alokasi anggaran yang signifikan untuk setiap unit robot, meskipun harga Rp 3 miliar per unit menuai kontroversi publik. China, di sisi lain, tampaknya lebih fokus pada eksperimen kreatif dan engagement publik melalui pertunjukan budaya yang inovatif.

Dampak Sosial dan Budaya

Kedua negara menghadapi tantangan serupa dalam hal penerimaan masyarakat. Di Indonesia, muncul pertanyaan tentang efisiensi anggaran dan kebutuhan nyata akan teknologi mahal ini. Di China, kekhawatiran utama adalah dampak terhadap mata pencaharian penari tradisional dan autentisitas budaya.

Masa Depan Robot Anjing di Asia Tenggara

Potensi Pengembangan Regional

Penggunaan robot anjing di Indonesia dan China dapat menjadi model bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Teknologi ini memiliki potensi untuk diadaptasi dalam berbagai konteks, baik untuk keamanan, budaya, maupun aplikasi lainnya seperti pendidikan dan pariwisata.

Tantangan dan Peluang

Ke depan, pengembangan robot anjing menghadapi beberapa tantangan utama: efisiensi biaya, penerimaan masyarakat, dan integrasi dengan sistem yang sudah ada. Namun, peluangnya juga besar, terutama dalam meningkatkan keselamatan petugas keamanan dan memperkaya pengalaman budaya masyarakat.

Kolaborasi Teknologi Regional

Indonesia dan China dapat menjadi pelopor dalam pengembangan standar regional untuk penggunaan robot AI dalam konteks keamanan dan budaya. Kolaborasi teknologi dan pertukaran pengalaman dapat mempercepat inovasi dan mengurangi biaya pengembangan.

Robot anjing telah membuktikan fleksibilitasnya sebagai platform teknologi yang dapat diadaptasi untuk berbagai keperluan. Dari menjaga keamanan di Indonesia hingga melestarikan budaya di China, teknologi ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya tentang otomatisasi, tetapi juga tentang augmentasi kemampuan manusia dalam berbagai bidang kehidupan.

Meskipun masih menghadapi tantangan dalam hal biaya dan penerimaan masyarakat, potensi robot anjing untuk memberikan kontribusi positif dalam keamanan publik dan pelestarian budaya sangatlah besar. Kunci sukses implementasinya terletak pada pendekatan yang bijak dalam mengintegrasikan teknologi dengan kebutuhan sosial dan nilai-nilai budaya masyarakat.

Pengalaman Indonesia dan China dalam mengadopsi robot anjing dapat menjadi pembelajaran berharga bagi negara-negara lain yang ingin memanfaatkan teknologi AI untuk kemajuan bangsa, baik dalam aspek keamanan maupun pelestarian warisan budaya.