Leet Media

Remaja 18 Tahun yang Terafiliasi ISIS Ditangkap Densus 88 di Gowa, Sulawesi, karena Kelola Grup WhatsApp yang Berisi Diskusi Mengenai Bom Bunuh Diri

May 26, 2025 By Reynaldi Aditya Ramadhan

25 Mei 2025 – Warga Samata, Gowa, Sulawesi Selatan dikejutkan dengan penangkapan seorang remaja oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri pada Sabtu petang, 24 Mei 2025. Remaja laki-laki berinisial MAS (18 tahun) ditangkap saat sedang membeli air galon isi ulang, hanya sekitar 300 meter dari rumahnya.

MAS diketahui masih duduk di kelas 3 SMA dan dikenal di lingkungan sekitar sebagai guru ngaji atau pembina di sebuah rumah tahfidz. Namun, berdasarkan hasil penyelidikan, ia diduga merupakan bagian dari jaringan terorisme yang terafiliasi dengan kelompok radikal ISIS.

Fakta Penangkapan dan Aktivitas Rahasia MAS

Diringkus Saat Membeli Air Galon

Menurut keterangan warga sekitar, MAS diamankan tanpa perlawanan oleh aparat berpakaian sipil. Ketua RW setempat, Nasir Daeng Nai, menyatakan bahwa penangkapan berlangsung cepat dan mengejutkan masyarakat.

“Dia diamankan di depan SMP Citra, waktu beli air galon. Katanya ada dugaan keterlibatan dengan jaringan teroris,” ujar Nasir kepada wartawan.

Diduga Sebarkan Propaganda ISIS Lewat WhatsApp

Pejabat dari Densus 88 mengungkap bahwa MAS diduga mengelola dan menjadi admin utama grup WhatsApp bernama “Daulah Islamiah”. Grup ini telah aktif sejak Desember 2024 dan digunakan sebagai media penyebaran propaganda ISIS, termasuk ajakan untuk melakukan bom bunuh diri dan pembenaran ideologi kekerasan.

“Dalam kanal tersebut, terdapat diskusi terkait hukum penggunaan bom bunuh diri dalam konteks perang yang mencerminkan ajaran ekstremis ISIS,” kata AKBP Mayndra Eka Wardhana, PPID Densus 88 Antiteror Polri.

Barang Bukti yang Diamankan

Dalam penangkapan tersebut, aparat juga mengamankan:

Kedua barang tersebut kini diamankan untuk proses penyidikan lebih lanjut.

Reaksi Keluarga dan Warga Sekitar

Sosok Pendiam dan Rajin Beribadah

Ibunda MAS, Sitti Khadijah, menyatakan keterkejutannya atas penangkapan anaknya. Ia mengaku bahwa selama ini MAS lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan pondok tahfidz.

“Dia tidak kerja, cuma mengajar di rumah tahfidz. Kalau di rumah, ya salat ke masjid, belajar, ngaji. Tidak pernah ada tingkah aneh,” ujar Khadijah.

Adik bungsu MAS yang menyaksikan penangkapan pun segera memberi tahu sang ibu, yang saat itu tidak berada di lokasi kejadian.

Ketua RW Pastikan Proses Penangkapan Damai

Ketua RW 04 menyampaikan bahwa proses penangkapan berlangsung tanpa kekerasan dan masyarakat diminta tetap tenang.

“Yang penting anak ta aman, jangan disakiti,” kata Nasir Daeng Nai, menirukan pernyataan kepada ibu MAS.

Radikalisasi Digital di Kalangan Remaja Makin Mengkhawatirkan

ISIS Masih Gunakan Media Sosial untuk Menyasar Anak Muda

Keterlibatan remaja dalam jaringan ekstremis bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok-kelompok seperti ISIS terus memanfaatkan platform digital, terutama aplikasi pesan instan dan media sosial, untuk menyebarkan ideologi kekerasan dan merekrut anggota baru.

Menurut data dari berbagai lembaga internasional, remaja menjadi target utama karena mereka lebih rentan secara psikologis dan lebih aktif dalam dunia digital.

Densus 88 Akan Kembangkan Kasus Lebih Lanjut

Pihak Densus 88 menyatakan bahwa saat ini MAS masih dalam proses interogasi dan pengumpulan informasi tambahan terkait jaringan yang lebih luas.

“Kami akan terus menyelidiki kemungkinan keterlibatan pihak lain dan memperluas penyidikan terhadap jaringan digital yang digunakan,” ujar AKBP Mayndra.

Imbauan Kepada Masyarakat

Peran Orang Tua dan Sekolah Sangat Penting

Densus 88 mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap aktivitas daring anak-anak, terutama jika ditemukan indikasi keterlibatan dalam konten atau grup yang mencurigakan.

“Kami mengajak masyarakat untuk segera melaporkan ke aparat keamanan jika menemukan aktivitas mencurigakan yang berpotensi membahayakan,” tegas AKBP Mayndra.

Kasus penangkapan MAS menjadi peringatan nyata bahwa radikalisasi kini tidak hanya terjadi di ruang fisik, tetapi juga menyusup ke ruang digital dan menyasar generasi muda. Kewaspadaan orang tua, sekolah, dan lingkungan sangat diperlukan untuk mencegah penyebaran ideologi ekstrem yang mengancam keamanan nasional.

Related Tags & Categories :

highlight