Leet Media

Puasa Energi Demi Bumi dengan 60 Menit Tanpa Lampu, Dukung Earth Hour 2025!

March 22, 2025 By Abril Geralin

22 Maret 2025 – Pada malam ini, Sabtu (22/3/2025), jutaan orang di seluruh dunia akan mematikan lampu secara serentak pukul 20.30 hingga 21.30 waktu setempat. Gerakan yang dikenal dengan nama Earth Hour ini kembali digelar untuk yang ke-19 kalinya dengan tema “Jam Terbesar untuk Bumi” (Create the Biggest Hour for Earth).

Di tengah krisis iklim yang semakin parah, Earth Hour menjadi pengingat kuat bahwa kita semua memiliki peran dalam upaya penyelamatan planet. Tahun ini, Earth Hour Indonesia mengusung tema khusus “Puasa Energi Listrik dan Air” yang bertepatan dengan 10 hari terakhir bulan Ramadan, menjadikannya momen yang tepat untuk merenung tentang hubungan kita dengan alam.

Sejarah Earth Hour, Dari Sydney untuk Dunia

Source: Muskoka Region

Earth Hour pertama kali diinisiasi oleh World Wide Fund for Nature (WWF) dan Leo Burnett Sydney pada tahun 2007 di Australia. Pada 31 Maret 2007, sekitar 2,2 juta warga dan 2.000 bisnis di Sydney berpartisipasi dalam gerakan ini. Berawal dari sebuah kota, kini Earth Hour telah menjangkau 190 negara di seluruh dunia.

Andy Ridley, salah satu pencetus ide ini, menghadirkan Earth Hour di tengah perdebatan tentang perubahan iklim yang masih banyak ditolak dan diragukan oleh sebagian orang. Gerakan ini hadir untuk menyadarkan masyarakat tentang kenyataan perubahan iklim dan memulai dialog tentang langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengatasi tantangan lingkungan.

Urgensi Gerakan Earth Hour di Tengah Krisis Iklim

“Kita telah menyaksikan kebakaran hutan, badai, dan kekeringan ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dunia sedang berada dalam bahaya nyata dan dengan cepat mendekati titik kritis,” kata Director General WWF International, Kirsten Schuijt.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang menegaskan bahwa bencana iklim yang disebabkan oleh manusia telah menjadi kenyataan. Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam satu dekade terakhir, dengan suhu lautan juga mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah.

Earth Hour bukan sekadar simbolis, tetapi juga menjadi katalisator untuk perubahan nyata. Di tahun 2024, lebih dari 1,5 juta jam telah diberikan oleh para pendukung Earth Hour di seluruh dunia untuk Bumi.

Partisipasi Indonesia dalam Earth Hour 2025

Source: Tempo.co

Tahun ini, ada 20 kota dan provinsi di Indonesia yang ikut merayakan Earth Hour, antara lain Aceh, Medan, Jambi, Jakarta, Tangerang, Serang, Cimahi, Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Kota Batu, Bali, Makassar, Palu, Wajo, hingga Jayapura.

“Tahun ini, Earth Hour bertepatan dengan 10 hari terakhir Ramadan, momen yang tepat untuk merenungkan kembali peran kita sebagai individu dalam melindungi ciptaan-Nya, yakni alam beserta seluruh isinya,” ungkap CEO Yayasan WWF Indonesia, Aditya Bayunanda.

Bagaimana Cara Berpartisipasi dalam Earth Hour?

Earth Hour tidak hanya sekadar mematikan lampu. Melalui Hour Bank, Earth Hour mengajak semua orang untuk menemukan cara yang paling menyenangkan untuk menyumbangkan satu jam bagi bumi.

Berikut beberapa cara untuk berpartisipasi:

Cara Hemat Energi:

Cara Hemat Air:

Mengapa Kita Perlu Berpartisipasi?

Pemanasan global di bumi semakin parah akibat:

“Earth Hour adalah tentang membuat aksi lingkungan menjadi mudah diakses, menyenangkan, dan bermakna,” kata Aditya. “Hour Bank dirancang untuk menunjukkan bahwa setiap orang dapat berkontribusi dalam melindungi planet bumi, di mana pun mereka berada atau apa pun yang mereka gemari.”

Lebih dari Sekadar Mematikan Lampu

Schuijt menyatakan bahwa Earth Hour bukan hanya tentang mematikan lampu, tetapi juga menyalakan semangat perubahan secara global. “Dengan melibatkan setiap individu, komunitas, hingga sektor bisnis, kita bisa menciptakan kekuatan kolektif yang mampu menghadirkan perubahan nyata dan menumbuhkan harapan untuk masa depan yang lebih lestari,” imbuhnya.

Sejak awal gerakan ini dilakukan, Earth Hour telah menginspirasi jutaan orang untuk mengambil langkah nyata bagi lingkungan. Beberapa ikon dunia seperti Jembatan Golden Gate di San Francisco, Colosseum di Roma, dan Burj Khalifa di Dubai turut mematikan lampu sebagai simbol dukungan terhadap gerakan ini.

Seperti disampaikan oleh Antonio Guterres, “Beralih dari bahan bakar fosil yang mencemari penyebab utama kekacauan ini menuju energi terbarukan menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi kita semua: lebih sehat, lebih murah, dan lebih aman.”

Mari bergabung dalam gerakan Earth Hour malam ini. Matikan lampu pada pukul 20.30-21.30 waktu setempat. Berikan satu jam untuk Bumi dan gunakan kekuatan kita untuk mendorong dunia yang lebih baik bagi kita semua.