October 31, 2025 By pj

31 Oktober 2025 – Pesut Mahakam, mamalia air tawar endemik Sungai Mahakam di Kalimantan Timur, kini berada di ambang kepunahan. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa populasi pesut ini hanya tersisa sekitar 62 ekor di alam liar. Kondisi tersebut menandai fase kritis bagi satwa yang menjadi ikon kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur sekaligus indikator penting kesehatan ekosistem sungai terbesar di wilayah tersebut.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengungkapkan keprihatinannya atas menurunnya populasi pesut Mahakam dan lemahnya keterlibatan pemerintah daerah serta masyarakat lokal dalam pelestarian.
“Beberapa hari yang lalu, kami menerima laporan berbentuk video soal kelahiran dua bayi pesut Mahakam,” ujar Hanif.
Namun, Hanif menyayangkan karena upaya penyelamatan pesut Mahakam justru dipelopori oleh warga Belanda, bukan oleh masyarakat Indonesia sendiri.
“Ini, pesut-pesut kita kenapa yang melindunginya orang Belanda? Saya ajak bupati dan gubernur untuk kunjungan ke sana, alhamdulillah bupati dan gubernurnya belum pernah ke desa wilayah endemik pesut Mahakam,” tuturnya.
Menurut Hanif, hal ini menunjukkan rendahnya kesadaran lokal terhadap konservasi spesies endemik yang semestinya menjadi tanggung jawab bersama pemerintah daerah, lembaga konservasi, dan masyarakat sekitar Sungai Mahakam.
Penurunan populasi pesut Mahakam disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kerusakan habitat, pencemaran limbah, serta pesut yang terjerat jaring nelayan. Dalam beberapa kasus, aktivitas manusia seperti perburuan dan pembangunan di sekitar sungai turut memperburuk kondisi habitat alami mereka.
Selain itu, lalu lintas kapal pengangkut batu bara di anak-anak sungai Mahakam juga menjadi ancaman besar. Pemerintah berencana melarang total aktivitas kapal batu bara di kawasan konservasi untuk menjaga keamanan habitat pesut.
“Kita sedang mendesain bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menghentikan pengangkutan batu bara lewat anak sungai,” ujar Hanif.
Pemerintah melalui KLHK menegaskan komitmennya untuk memperkuat konservasi pesut Mahakam. Empat tenaga ahli dari masyarakat lokal telah ditunjuk untuk fokus dalam pelindungan spesies ini, disertai verifikasi lapangan guna mengidentifikasi sumber pencemaran.
“Kami tidak mau berhenti pada wacana. Indikator keberhasilan kami jelas — jumlah populasi pesut harus meningkat,” tegas Hanif.
Selain pemerintah pusat, BKSDA Kalimantan Timur dan Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) juga aktif melakukan edukasi, patroli sungai, dan mendorong nelayan agar menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan.
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) dikenal sebagai lumba-lumba air tawar dengan kepala bulat tanpa moncong dan warna abu-abu muda. Hewan ini hanya hidup di Sungai Mahakam dan beberapa anak sungainya, menjadikannya satwa endemik Indonesia yang unik dan langka.
Kepala DKP Kaltim, Irhan Hukmaidy, menegaskan pentingnya menjaga kelestarian pesut sebagai bagian dari keseimbangan ekosistem perairan.
“Pesut Mahakam bukan sekadar ikon Kaltim, tapi simbol keseimbangan antara ekonomi, ekologi, dan sosial. Kalau kita kehilangan pesut, artinya kita gagal menjaga masa depan Sungai Mahakam,” ujarnya.
Meskipun jumlah pesut Mahakam kian menurun, masih ada secercah harapan dengan lahirnya dua bayi pesut baru di Sungai Mahakam. Kelahiran ini menjadi sinyal positif di tengah ancaman besar seperti pencemaran, deforestasi, dan konflik manusia-satwa liar.
Menteri Hanif menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas lokal untuk mempercepat implementasi strategi pelestarian biodiversitas nasional.
“Lakukan langkah-langkah penting di dalam penyelamatan biodiversitas. Kementerian Lingkungan Hidup akan berada di belakangnya, mendukung penuh upaya WWF dalam penyelamatan biodiversitas,” ucap Hanif.
Kondisi pesut Mahakam saat ini menjadi cermin krisis ekologi di Indonesia. Dengan populasi yang tersisa hanya 62 ekor, mamalia air tawar ini menghadapi ancaman serius akibat kerusakan habitat, aktivitas manusia, dan minimnya dukungan lokal. Namun, dengan komitmen pemerintah dan kolaborasi lintas pihak, masih ada harapan untuk menyelamatkan satwa endemik Sungai Mahakam ini sebagai bagian dari warisan alam Indonesia yang tak ternilai.
Related Tags & Categories :