June 20, 2025 By pj
20 Juni 2025 – Penemuan besar terjadi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. PT PLN (Persero) mengungkap bahwa Indonesia memiliki cadangan uranium dan thorium yang mencapai lebih dari 24 ribu ton. Bahan ini disebut potensial menjadi energi primer untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di masa depan. Penemuan tersebut tercantum dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
Menurut PLN, potensi energi di Kalimantan Barat sangat beragam. Selain batu bara, terdapat juga sumber energi terbarukan seperti tenaga air, biomassa, dan biogas. Namun, yang paling menarik perhatian adalah uranium dan thorium yang berada di Kabupaten Melawi. Dokumen resmi mencatat bahwa potensi uranium di wilayah ini mencapai sekitar 24.112 ton menurut Atlas Geologi Sumber Daya Mineral dan Energi Kalimantan Barat.
“Selain batu bara, terdapat juga potensi energi nuklir berupa uranium/thorium di Kabupaten Melawi yang dapat digunakan sebagai energi primer PLTN,” tulis dokumen tersebut yang dikutip pada Selasa (17/6).
Meski temuan ini sangat menjanjikan, pemanfaatan uranium dan thorium sebagai bahan bakar nuklir belum akan segera dilakukan. PLN menjelaskan bahwa penggunaan energi nuklir masih bergantung pada kebijakan pemerintah serta hasil studi kelayakan yang mendalam.
“Namun, pemanfaatan nuklir sebagai energi primer masih menunggu adanya kebijakan dari pemerintah yang didukung studi kelayakan pembangunan PLTN,” tulis PLN dalam dokumen RUPTL PLN 2025-2034 dikutip Rabu (18/6/2025).
Selain regulasi, faktor seperti jaminan pasokan bahan bakar, pengelolaan limbah radioaktif, serta standar keselamatan dari International Atomic Energy Agency (IAEA) juga harus dipenuhi.
PLN menyatakan komitmennya dalam menjalankan transisi energi melalui program Accelerated Renewable Energy Development (ARED). Program ini dirancang untuk memaksimalkan potensi sumber energi primer di Kalimantan Barat sebagai bagian dari bauran energi nasional.
“PLN berkomitmen atas penguatan pelaksanaan program transisi energi dengan Program Accelerated Renewable Energy Development (ARED) dengan memanfaatkan potensi sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Barat,” terang perusahaan.
Dokumen RUPTL juga menyebutkan bahwa PLN menargetkan pembangkit nuklir bisa mulai beroperasi secara komersial (COD) pada tahun 2032. Lokasi awal pembangunan PLTN direncanakan berada di Sumatra dan Kalimantan, sejalan dengan kebutuhan sistem kelistrikan nasional.
“Berdasarkan wilayah potensial tersebut, serta mengacu kepada kebutuhan sistem kelistrikan nasional, potensi PLTN pada tahap awal direncanakan akan dibangun di sistem Sumatra dan Kalimantan,” tulis PLN dalam dokumen itu.
PLN juga mulai menerima proposal pengembangan PLTN dari sejumlah perusahaan global. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah State Atomic Energy Corporation Rosatom, perusahaan BUMN nuklir asal Rusia.
“Iya [sudah menyatakan ketertarikan], namun ke-pending sampai sekarang,” kata EVP Aneka Energi Terbarukan PLN Zainal Arifin dalam acara EESA Summit Indonesia, Selasa (29/4/2025).
Dalam pertemuan antarperwakilan bisnis RI-Rusia pada April 2025, Rosatom mengajukan dua skema pembangunan PLTN di Indonesia, termasuk reaktor modular kecil (SMR) di Kalimantan Barat dengan kapasitas 3×110 MW yang direncanakan mulai dibangun pada 2032 hingga 2035.
Opsi lainnya adalah pembangunan PLTN terapung di Kalimantan Barat dengan kapasitas 2×110 MW, dijadwalkan konstruksinya pada 2030 dan 2031.
RUPTL 2025–2034 memuat target ambisius pertumbuhan kapasitas pembangkit hingga 69,5 gigawatt (GW), yang sebagian besar berasal dari energi baru dan terbarukan. Di antaranya, sebesar 0,5 GW akan berasal dari tenaga nuklir, termasuk dua unit reaktor kecil masing-masing berkapasitas 250 MW yang akan dibangun di Sumatera dan Kalimantan.