May 17, 2025 By Abril Geralin
17 Mei 2025 – Pernahkah kamu merasa bahwa teman perempuanmu atau pasangan seakan tak kehabisan kata-kata sementara kamu atau teman priamu lebih memilih berbicara seperlunya? Fakta menarik ini bukan sekadar stereotip: studi ilmiah mengonfirmasi bahwa perempuan rata-rata berbicara sekitar 20.000 kata per hari, sementara pria hanya sekitar 7.000 kata. Ya, perbedaannya mencapai 13.000 kata setiap hari! Mari kita telusuri mengapa fenomena ini terjadi dan apa dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Saat memasuki kantin atau ruang publik, pernahkah kamu memperhatikan suara siapa yang dominan? Biasanya, percakapan perempuan terdengar lebih riuh dan dinamis. Semakin intens diskusi yang terjadi, semakin lantang suara mereka seolah-olah masing-masing berusaha mengimbangi lawan bicara mereka.
Perbedaan jumlah kata yang diucapkan ini bukan sekadar kebetulan atau hasil dari konstruksi sosial semata. Penelitian terbaru dari University of Maryland School of Medicine mengungkap bahwa ada dasar biologis yang menjelaskan fenomena ini: protein FOXP2 atau dikenal sebagai “protein bahasa.”
FOXP2 berperan penting dalam perkembangan kemampuan berbahasa manusia. Kabar menariknya, perempuan memiliki kadar protein bahasa ini 30% lebih tinggi dibandingkan pria, terutama pada usia dini. Studi terhadap anak-anak berusia 4-5 tahun mengonfirmasi perbedaan signifikan ini.
“Penemuan utama kami adalah bahwa protein FOXP2 terlibat dalam vokalisasi,” jelas Mike Bowers, salah satu peneliti. “Meskipun bukan satu-satunya faktor, ini merupakan salah satu petunjuk pertama yang membantu kita memahami mengapa perempuan cenderung lebih verbal daripada pria.”
Perbedaan jumlah kata yang diucapkan sebenarnya mencerminkan perbedaan yang lebih mendalam dalam cara berkomunikasi. Ini bukan soal siapa yang lebih banyak bicara, melainkan bagaimana gaya komunikasi berbeda berdasarkan gender.
Perempuan cenderung menggunakan bahasa sebagai alat untuk:
Saat perempuan berbicara, mereka sering menyertakan detail dan konteks untuk memberikan gambaran utuh. Ini membuat percakapan mereka kaya akan nuansa dan perspektif.
Di sisi lain, pria cenderung:
Ini menjelaskan mengapa banyak pria lebih menyukai laporan langsung dan ringkas dibandingkan penjelasan panjang lebar dengan banyak detail sampingan.
Perbedaan komunikasi verbal ini sering menimbulkan dinamika menarik dalam hubungan personal dan profesional.
Bayangkan skenario ini: seorang pria pulang kerja dalam keadaan lelah, ingin menikmati ketenangan. Namun, pasangannya justru memberikan “laporan situasi” lengkap tentang berbagai hal yang terjadi sepanjang hari dengan segala detail dan komentar sampingannya.
Alih-alih mendengar laporan sederhana seperti “ada gedung yang roboh di kawasan X,” sang pria mungkin mendengar: “Kamu tahu nggak, tadi aku dengar ada gedung roboh di kawasan X. Kayaknya sih karena kontraktornya serakah. Masa bangunan yang harusnya 3 lantai dipaksa jadi 5 lantai! Terus pemerintah ngapain aja ya waktu itu…”
Situasi ini sering berujung pada konflik ketika sang pria memotong pembicaraan atau meminta ringkasannya saja yang bisa memicu “perang dunia ketiga” di rumah!
John Gray, penulis buku terkenal “Men Are from Mars, Women Are from Venus,” dalam penelitiannya terhadap 100.000 eksekutif pria dan wanita, menemukan bahwa 72% pria menganggap perempuan terlalu banyak bertanya.
Bagi pria, pertanyaan-pertanyaan tersebut sering dianggap memperlambat proses dan menghambat pengambilan keputusan. Sementara perempuan melihat pertanyaan sebagai cara untuk:
Mengenali perbedaan gaya komunikasi ini bukan untuk menguatkan stereotip, melainkan untuk membangun pemahaman yang lebih baik. Berikut beberapa cara menjembatani kesenjangan komunikasi:
Perbedaan jumlah kata yang diucapkan 13.000 kata lebih banyak pada perempuan menunjukkan keberagaman alami dalam cara manusia berkomunikasi. Alih-alih melihatnya sebagai masalah, kita bisa menghargainya sebagai kekayaan perspektif yang saling melengkapi.
Seperti yang ditunjukkan oleh Profesor David Lazer dari Northeastern University dan timnya, siapa yang lebih banyak berbicara sangat tergantung pada konteksnya. Bahkan pria juga bisa berbicara dengan semangat dan dalam waktu lama saat berada dalam lingkungan yang tepat.
Memahami perbedaan ini adalah langkah awal untuk membangun komunikasi yang lebih efektif baik dalam hubungan personal maupun profesional. Dengan begitu, perbedaan 13.000 kata tidak lagi menjadi sumber konflik, melainkan peluang untuk memperkaya interaksi dan hubungan kita.