August 19, 2025 By pj
19 Agustus 2025 – Gunungan sampah di TPST Bantargebang, Bekasi, kini menjadi sorotan publik. Timbunan sampah tersebut menjulang hingga 40 meter, setara dengan gedung 16 lantai. Dengan kapasitas yang sudah terisi 80 persen, situasi ini menimbulkan ancaman serius berupa longsor, kerusakan fasilitas, hingga dampak kesehatan masyarakat. Lebih dari 3.300 kawasan dan perusahaan tercatat ikut menyumbang timbunan sampah yang setiap harinya mencapai 7.500 hingga 7.800 ton.
Kondisi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang semakin mengkhawatirkan. Dua tahun lalu, Pemprov DKI Jakarta sudah menyebutkan bahwa ketinggian sampah di Bantargebang telah mendekati batas maksimal.
“Tinggi sampah Bantargebang sudah setara dengan Gedung 16 lantai,” tulis akun ini dalam tangkapan layar video yang disematkannya.
Pemprov DKI pun mengingatkan bahwa keterbatasan lahan dan belum tersedianya alternatif TPA membuat situasi kian genting.
Sebelum dikenal sebagai TPST, Bantargebang awalnya merupakan tanah galian dan persawahan. Pada pertengahan 1980-an, volume sampah di Jakarta sudah mencapai 12.000 meter kubik per hari sehingga Pemprov DKI harus mencari lokasi pembuangan baru. Setelah melalui berbagai pertimbangan, kawasan Bantargebang di Kota Bekasi dipilih dan resmi beroperasi pada 1986.
Kini, Bantargebang menjadi TPST terluas di Indonesia dengan lahan mencapai lebih dari 100 hektar dan lima zona pembuangan utama.
Selain dikenal sebagai salah satu TPST terbesar di Asia Tenggara, Bantargebang juga menjadi pusat perhatian internasional. Pada 2019, aktor Leonardo DiCaprio sempat menyoroti kondisi di sana melalui unggahan Instagram pribadinya.
“Beberapa pria, dari Desa Cikiwul, menangkap ikan di perairan berlumpur yang sangat tercemar yang merembes dari zona pembuangan terbesar Bantar Gebang. TPA Banter Gebang menerima limbah sekitar 15 juta orang yang tinggal di Jakarta,” tulis Leonardo DiCaprio.
Unggahan tersebut menggambarkan kondisi lingkungan sekitar yang sudah sangat memprihatinkan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyebutkan bahwa TPST Bantargebang menerima sekitar 7.800 ton sampah per hari. Untuk mengurangi tekanan, Pemprov DKI mengusulkan pembangunan Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara (FPSA) yang mampu mereduksi sampah hingga 90 persen.
Tidak hanya itu, berbagai metode pengolahan dilakukan, mulai dari pengomposan, landfill mining, hingga pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah. Namun, laju pertambahan sampah yang sangat cepat tetap menjadi tantangan besar.
Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, menegaskan bahwa persoalan sampah di Bantargebang tidak bisa dibebankan hanya kepada Pemprov DKI.
“Dan tidak hanya Jakarta aja kan, seluruh Indonesia juga harus memperhatikan masalah sampah,” ujarnya.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa persoalan sampah adalah tanggung jawab kolektif, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga masyarakat.
TPST Bantargebang kini menjadi simbol krisis sampah perkotaan. Dengan ketinggian sampah mencapai 40 meter dan kapasitas yang sudah 80 persen penuh, masalah ini membutuhkan penanganan cepat dan kolaboratif. Selain pemerintah, masyarakat juga harus berperan aktif dengan mengurangi timbulan sampah, melakukan daur ulang, serta meningkatkan kesadaran lingkungan demi masa depan yang lebih bersih.