Leet Media

Patung Penyu Senilai Rp15,6 miliar Hancur, Ternyata Terbuat dari Material Kardus

March 5, 2025 By Rio Baressi

IDN Times Jabar

5 Maret 2025 – Kerusakan patung penyu yang menjadi ikon Alun-Alun Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, telah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Fakta mengejutkan bahwa patung ini, yang dibangun dengan anggaran Rp15,6 miliar dari APBD Provinsi Jawa Barat 2023, ternyata menggunakan material kardus sebagai bagian konstruksinya, membuat publik geram.

Kronologi Kejadian

Patung penyu yang selesai dibangun pada September 2024 mulai menimbulkan kerusakan pada awal 2025. Dalam sebuah video viral yang diunggah di Instagram @sukabumi_satu pada 4 Maret 2025, terlihat beberapa bagian patung tersebut telah robek dan penyok. Warga yang merekam video tersebut bahkan menunjukkan bagian dalam patung, yang hanya menggunakan kardus dan rangka bambu ala kadarnya.

Kerusakan ini menjadi sorotan karena proyek tersebut dibiayai dengan anggaran fantastis. Banyak warganet yang mempertanyakan kualitas pengerjaan dan transparansi dalam penggunaan dana.

Reaksi Publik dan Kritik

Berita ini langsung memicu kemarahan publik. Banyak warganet menyerbu akun media sosial mantan Bupati Sukabumi, Marwan Hamami, untuk meminta klarifikasi. Sayangnya, akun tersebut tampaknya sudah tidak aktif sejak 2021. Netizen juga menandai akun Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk meminta perhatian terkait kasus ini.

Komentar pedas membanjiri unggahan terakhir Marwan Hamami. Salah satu warganet bahkan menyindir, “Masa patung segitu mahalnya tapi kena hujan dikit langsung rontok? Ini patung atau kardus Indomie?”. Tak sedikit juga yang mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut proyek ini.

Klarifikasi dari Kontraktor

Menanggapi kemarahan publik, pihak kontraktor akhirnya memberikan penjelasan. Mereka membenarkan bahwa kardus memang digunakan, tetapi hanya sebagai media agar bahan utama seperti resin dan fiberglass bisa menempel. Kontraktor juga mengklaim bahwa total anggaran Rp15,6 miliar belum termasuk pajak, sehingga dana bersih yang digunakan sekitar Rp13 miliar.

Menurut kontraktor, spesifikasi bangunan sudah sesuai dengan rencana. Namun, kerusakan yang terjadi disebabkan oleh bencana alam seperti banjir rob yang tidak terduga. Sayangnya, publik tetap merasa tidak puas dengan penjelasan ini.

Sorotan pada Perencanaan Proyek

Anggota DPRD Sukabumi, Hamzah Gurnita, menyoroti lemahnya perencanaan proyek ini. Ia menyayangkan bahwa meski lokasinya berada dekat pantai, tidak ada persiapan untuk menghadapi kemungkinan terjangan ombak, seperti pembangunan pemecah ombak. “Perencanaan harus lebih matang, apalagi dengan anggaran sebesar itu,” ujar Hamzah.

Publik masih menunggu klarifikasi lebih lanjut dari pihak pemerintah daerah, terutama Bupati Sukabumi yang baru dilantik. Transparansi dan evaluasi mendalam sangat dibutuhkan agar kasus ini tidak terulang di masa mendatang. Sementara itu, sorotan tajam terus diarahkan pada kualitas proyek infrastruktur di Indonesia, yang sering kali tidak sebanding dengan anggaran besar yang dikeluarkan.