January 6, 2025 By Amandira Maharani
6 Januari 2025 – Siapa sangka, di tengah dunia yang serba digital dan instant ini, malah muncul tren untuk membatasi belanja? Ya, No Buy Challenge 2025 hadir dan langsung viral di berbagai platform media sosial. Menariknya, gerakan ini justru populer di saat ekonomi sedang tidak menentu, bukan hanya di Indonesia tapi juga di berbagai negara.
Awalnya, gerakan ini dimulai dari sebuah forum Reddit yang isinya sekitar 51 ribu orang. Mereka rajin berbagi tips hemat yang akhirnya berkembang menjadi semacam “gerakan perlawanan” terhadap budaya konsumtif. Dari forum online, tren ini kemudian meledak di TikTok dan platform media sosial lainnya, di mana para kreator konten berlomba-lomba membagikan journey mereka dalam menjalani tantangan ini.
Jangan salah, No Buy Challenge bukan ajakan untuk jadi pelit atau sama sekali tidak belanja lho. Founder Komunitas Gaya Hidup Minimalis “Lyfe with Less”, Cynthia Suci Lestari, menjelaskan bahwa ini lebih ke arah bagaimana kita bisa lebih pintar membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan.
“Needs atau kebutuhan itu yang urgent, yang kalau nggak dipenuhi bisa mengancam kenyamanan dan keamanan kita,” jelasnya. Misalnya, sunscreen itu kebutuhan karena melindungi kulit kita. Tapi, apa perlu beli yang tone up dengan harga dua kali lipat? Nah, di sinilah kita mulai belajar membedakan mana yang esensial dan mana yang sebenarnya cuma pemuas keinginan semata.
Dalam No Buy Challenge, ada beberapa kategori barang yang masuk “daftar pantangan”. Untuk fashion lovers, tantangannya adalah stop beli baju baru. Sebagai gantinya, kita diajak untuk jadi lebih kreatif dalam mix and match outfit yang sudah ada. Kalau memang butuh, masih ada pilihan thrifting atau tukar-menukar baju dengan teman.
Soal makanan dan minuman, fokusnya bukan untuk puasa makan ya! Tapi lebih ke mengurangi jajan dan belajar masak sendiri di rumah. Selain lebih hemat, masak sendiri juga lebih sehat kan? Untuk para tech enthusiast, tantangannya adalah tahan godaan untuk upgrade gadget kalau yang lama masih berfungsi dengan baik.
Nah, biar nggak gagal di tengah jalan, kita perlu strategi yang tepat nih. Pertama, coba audit dulu pengeluaran kita selama ini. Kaget nggak lihat berapa banyak uang yang ternyata habis untuk hal-hal yang nggak terlalu penting?
Manfaatkan juga aplikasi pencatat keuangan buat tracking progress penghematan kita. Tip penting lainnya: unsubscribe newsletter toko online dan hapus aplikasi e-commerce yang jarang dipakai. Out of sight, out of mind!
Ternyata, No Buy Challenge nggak cuma bikin dompet lebih tebal lho. Dari sisi lingkungan, pengurangan konsumsi berlebihan membantu mengurangi sampah dan menekan eksploitasi sumber daya alam. Bayangkan berapa banyak sampah plastik yang berkurang kalau kita lebih sering masak di rumah daripada beli makanan delivery?
Secara ekonomi, gerakan ini juga mendorong perubahan pola konsumsi ke arah yang lebih bijak. Ketika makin banyak orang yang lebih selektif dalam berbelanja, industri juga akan terdorong untuk memproduksi barang yang lebih berkualitas dan tahan lama.
tirto.id
Ingat ya, No Buy Challenge bukan berarti kita harus jadi super pelit sama diri sendiri. Nggak perlu sampai menolak beli baju kerja yang memang diperlukan atau mengabaikan perawatan kesehatan demi hemat. Yang penting adalah menemukan keseimbangan yang tepat sesuai kondisi masing-masing.
Yang paling penting dari No Buy Challenge adalah perubahan cara pandang kita terhadap konsumsi. Setelah tantangan selesai, diharapkan kita bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan dan lebih tahan terhadap godaan belanja impulsif.
Kembangkan juga skill-skill pendukung seperti memasak atau memperbaiki barang sendiri. Siapa tahu dari sini malah muncul hobi baru yang lebih produktif dan menghemat pengeluaran. Yang jelas, No Buy Challenge bukan cuma tren sesaat, tapi bisa jadi awal perubahan gaya hidup yang lebih baik dan berkelanjutan.”
No Buy Challenge dan Frugal Living seringkali dianggap serupa, namun keduanya memiliki nuansa yang berbeda. No Buy Challenge lebih fokus pada tindakan konkret, yaitu menghindari pembelian barang-barang tertentu dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, frugal living adalah gaya hidup yang lebih luas, mencakup berbagai aspek keuangan dan konsumsi.
Orang yang menjalankan frugal living cenderung lebih selektif dalam memilih barang dan jasa, mencari nilai terbaik untuk uang yang mereka keluarkan. Mereka juga seringkali lebih kreatif dalam mencari alternatif yang lebih murah, seperti memasak di rumah, memperbaiki barang sendiri, atau memanfaatkan barang bekas.
No Buy Challenge bisa menjadi langkah awal yang baik untuk menerapkan gaya hidup frugal. Dengan menghindari pembelian yang tidak perlu, kita dapat menghemat uang yang kemudian bisa digunakan untuk tujuan yang lebih penting, seperti menabung atau berinvestasi.
VISUAL :
#1 No Buy Challenge 2025, Revolusi Gaya Hidup Hemat di Era Ekonomi Tidak Stabil
#2 Stop Belanja Impulsif! Ini Dia Fenomena No Buy Challenge 2025
#3 No Buy Challenge 2025, Ketika Berhemat Menjadi Tren Global