Leet Media

Netflix Menghadirkan Tantangan Squid Game, Red Light Green Light Challenge di GBK

December 23, 2024 By Amandira Maharani

Sumber : Ngopibareng.id

23 Desember 2024 – Netflix kembali menghadirkan sensasi Squid Game melalui acara spektakuler Squid Game: Red Light Green Light Challenge yang digelar di Plaza Timur GBK (Gelora Bung Karno), Senayan, Jakarta pada Minggu, 22 Desember 2024. Event yang diselenggarakan untuk menyambut penayangan serial Squid Game 2 ini berhasil menarik lebih dari 900 peserta dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat umum dan atlet nasional Indonesia.

Dengan lintasan sepanjang 180 meter, acara ini mencatatkan rekor sebagai Red Light Green Light terpanjang di Asia. Para peserta menghadapi tantangan untuk berlari secepat mungkin menuju garis finis yang dijaga oleh boneka ikonik Young Hee setinggi 8 meter. Mengikuti aturan permainan klasik, peserta hanya diizinkan bergerak ketika Young Hee sedang bernyanyi dan membelakangi mereka.

Sumber : Tempo

Aturan Permainan dan Pengawasan Ketat

Untuk menambah ketegangan, peserta diwajibkan berhenti di zona aman yang dirancang dalam bentuk lingkaran, segitiga, dan kotak. Sistem eliminasi diterapkan dengan ketat: jika peserta tertangkap bergerak saat Young Hee berhenti bernyanyi, mereka langsung dieliminasi oleh Pink Guard. Lebih dari 270 Pink Guard ditempatkan di sepanjang sisi arena untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan.

Mengadopsi nuansa serial aslinya, semua peserta mengenakan seragam olahraga hijau khas Squid Game. Jumlah peserta juga dirancang mengikuti serial dengan total 456 orang yang dibagi dalam dua sesi permainan.

Sumber : Tempo

Tantangan Berat bagi Para Atlet Nasional

Kehadiran para atlet nasional menambah prestise acara ini. Susi Susanti, Alan Budikusuma, Rizky Ridho, dan Bambang Pamungkas turut ambil bagian dalam tantangan, meski akhirnya tereliminasi di pertengahan permainan. Susi Susanti, legenda bulu tangkis Indonesia, membandingkan ketegangan permainan ini dengan atmosfer Olimpiade, menekankan bahwa meski tampak sederhana, permainan ini membutuhkan konsentrasi dan strategi tinggi.

Alan Budikusuma mengakui bahwa pengalaman menonton serial tidak menyiapkan mereka untuk tantangan nyata permainan ini. Meski hanya berjarak 180 meter, tingkat kesulitan dan ketegangan yang dirasakan sangat tinggi, terutama karena jiwa kompetitif para atlet yang selalu ingin menjadi juara.

Partisipasi Selebriti dan Hadiah Eksklusif

Selain atlet, acara ini juga dimeriah oleh kehadiran kreator konten dan artis ternama seperti Nessie Judge, Randy Danistha, Fajar Sadboy, Jess No Limit, dan Sisca Kohl. Randy Danistha, kibordis Nidji, berhasil menjadi salah satu dari 10 pemenang di sesi pertama. Sebagai bonus, 456 peserta mendapat kesempatan eksklusif untuk preview episode pertama Squid Game musim kedua.

Sumber : Tribun Jatim

Sejarah dan Makna Budaya

Red Light Green Light, atau yang di Korea dikenal sebagai Mugunghwa kkoci pieot seumnida, memiliki akar budaya yang dalam di Korea Selatan. Nama permainan ini berasal dari bunga nasional Korea Selatan, Mugunghwa (kembang sepatu), dengan “kkoci pieot seumnida” yang berarti “bunga telah mekar”. Transformasi permainan tradisional anak-anak ini menjadi elemen kunci dalam serial Squid Game telah mengangkat popularitasnya ke level global.

Dalam versi aslinya, permainan ini dimainkan dengan seorang anak yang berperan sebagai “it” berdiri membelakangi kelompok sambil mengucapkan frasa khas tersebut. Adaptasi Squid Game menambahkan elemen menegangkan dengan boneka raksasa dan sistem eliminasi yang dramatis, menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pesertanya.

Evolusi Permainan dari Masa ke Masa

Sejarah permainan ini dapat ditelusuri hingga era 1950-an di Korea, ketika anak-anak memainkannya di halaman sekolah dan lingkungan tempat tinggal mereka. Permainan ini menjadi bagian integral dari kehidupan sosial anak-anak Korea, mengajarkan nilai-nilai seperti kesabaran, kontrol diri, dan strategi. Di berbagai negara, permainan serupa dikenal dengan nama berbeda, seperti “Statues” di Inggris, “Un, Dos, Tres, Calabaza” di Spanyol, dan “Peili” di Finlandia.

Versi modern dari permainan ini telah mengalami berbagai adaptasi, namun tetap mempertahankan esensi dasarnya. Di era digital, permainan ini bahkan telah diintegrasikan ke dalam berbagai video game dan aplikasi mobile, menunjukkan daya tariknya yang berkelanjutan lintas generasi. Serial Squid Game sendiri telah memberikan dimensi baru pada permainan ini, mengubahnya dari permainan anak-anak yang ringan menjadi sebuah metaphor yang kuat tentang persaingan dan survival dalam masyarakat modern.

Keunikan permainan ini terletak pada kesederhanaannya yang genius: tidak memerlukan peralatan khusus, dapat dimainkan oleh semua kalangan usia, dan mengandung unsur ketegangan yang natural. Di Korea Selatan, permainan ini masih sering dimainkan dalam festival sekolah dan acara komunitas, menjadi pengingat akan warisan budaya yang terus hidup di tengah modernisasi.

Fenomena Squid Game telah membawa permainan tradisional ini ke panggung global, menciptakan gelombang nostalgia bagi mereka yang pernah memainkannya di masa kecil, sekaligus memperkenalkannya kepada generasi baru dalam format yang lebih kontemporer. Event di GBK ini menjadi bukti nyata bagaimana sebuah permainan tradisional dapat bertransformasi menjadi fenomena budaya pop global yang mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat dalam sebuah pengalaman yang unik dan berkesan.

Variasi Permainan di Berbagai Negara

Menariknya, permainan serupa dapat ditemukan di berbagai belahan dunia dengan nama dan variasi aturan yang berbeda. Di Inggris dan Amerika Serikat, permainan ini dikenal sebagai “Statues” atau “Red Light, Green Light”, di mana pemimpin permainan menggunakan frasa “Red Light” untuk berhenti dan “Green Light” untuk bergerak.

Di negara-negara berbahasa Spanyol, permainan ini memiliki nama yang lebih puitis: “Un, Dos, Tres, Calabaza” (Satu, Dua, Tiga, Labu) di Spanyol, atau “Un, Dos, Tres, Toca La Pared” (Satu, Dua, Tiga, Sentuh Dinding) di beberapa negara Amerika Latin. Pemain harus berhenti bergerak tepat setelah kalimat tersebut selesai diucapkan.

Finlandia memiliki versi yang disebut “Peili” (Cermin), sementara di Belanda permainan ini dikenal sebagai “Annemaria Koekkoek”. Di Indonesia sendiri, permainan ini memiliki berbagai nama tergantung daerahnya, seperti “Patung-Patungan” di beberapa wilayah Jawa atau “Hijau Hitam” di daerah lain.

Di Brasil, permainan ini disebut “Batatinha Frita 1,2,3” (Kentang Goreng 1,2,3), sementara di Republik Ceko dikenal sebagai “Cukr, Káva, Limonáda” (Gula, Kopi, Limun). Di Prancis, anak-anak memainkan “Un, Deux, Trois, Soleil” (Satu, Dua, Tiga, Matahari), dan di Jerman versinya disebut “Ochs am Berg” (Sapi di Gunung).

Dampak Global Squid Game

Fenomena Squid Game telah membawa permainan tradisional ini ke panggung global, menciptakan gelombang nostalgia bagi mereka yang pernah memainkannya di masa kecil, sekaligus memperkenalkannya kepada generasi baru dalam format yang lebih kontemporer. Versi modern dari permainan ini telah mengalami berbagai adaptasi, namun tetap mempertahankan esensi dasarnya.

Di era digital, permainan ini bahkan telah diintegrasikan ke dalam berbagai video game dan aplikasi mobile, menunjukkan daya tariknya yang berkelanjutan lintas generasi. Serial Squid Game sendiri telah memberikan dimensi baru pada permainan ini, mengubahnya dari permainan anak-anak yang ringan menjadi sebuah metafora yang kuat tentang persaingan dan survival dalam masyarakat modern.

Keunikan permainan ini terletak pada kesederhanaannya yang genius: tidak memerlukan peralatan khusus, dapat dimainkan oleh semua kalangan usia, dan mengandung unsur ketegangan yang natural. Di Korea Selatan, permainan ini masih sering dimainkan dalam festival sekolah dan acara komunitas, menjadi pengingat akan warisan budaya yang terus hidup di tengah modernisasi.

Event di GBK ini menjadi bukti nyata bagaimana sebuah permainan tradisional dapat bertransformasi menjadi fenomena budaya pop global yang mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat dalam sebuah pengalaman yang unik dan berkesan. Keberhasilan acara ini juga menunjukkan bagaimana elemen nostalgia dan modernitas dapat dipadukan untuk menciptakan pengalaman yang menghibur sekaligus bermakna bagi para pesertanya.