August 1, 2025 By pj
1 Agustus 2025 – Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan warga paling rajin berdoa di dunia berdasarkan berbagai survei global. Tradisi doa di Indonesia bukan hanya bagian dari keyakinan spiritual, melainkan telah menyatu dalam budaya dan kehidupan sosial masyarakat. Di tengah era modernisasi dan globalisasi, semangat religius tetap kuat berakar di hati publik Indonesia.
Tak dapat disangkal, sejak kecil sebagian besar warga Indonesia sudah dibiasakan untuk memulai dan mengakhiri aktivitas dengan doa. Mulai dari bangun tidur hingga hendak tidur lagi, dari makan hingga bepergian, hampir seluruh aspek kehidupan tak lepas dari lafaz doa. Bahkan dalam aktivitas santai seperti menonton bola atau bermain gim, banyak yang tetap memulai dengan ucapan “Bismillah.”
Menurut laporan Pew Research Center yang dirilis pada tahun 2024, Indonesia berada di peringkat pertama dalam praktik doa harian. Sebanyak 95% responden mengaku rutin berdoa minimal sekali sehari. “Sebanyak 95% responden di Indonesia mengaku rutin berdoa setidaknya sekali dalam sehari, angka yang tertinggi di antara 35 negara yang disurvei.” Hal ini menjadikan Indonesia tidak hanya unggul secara persentase, namun juga dalam jumlah absolut, dengan lebih dari 269 juta orang melakukan doa setiap hari.
Indonesia melampaui negara-negara Timur Tengah yang selama ini dikenal religius. Di bawah Indonesia, terdapat Kenya dan Nigeria dengan 84%, disusul Malaysia (80%), Filipina (79%), Brasil (76%), hingga Kolombia (71%). Fenomena ini mencerminkan tren global bahwa spiritualitas cenderung lebih tinggi di negara-negara berkembang. “Fenomena ini menunjukkan tingkat spiritualitas cenderung tinggi di negara-negara berkembang, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.”
Doa tidak hanya menjadi sarana spiritual, tetapi juga bagian penting dari daya tahan sosial masyarakat Indonesia. Dalam menghadapi tantangan ekonomi, pendidikan, kesehatan, hingga pekerjaan, doa menjadi pelipur lara dan penguat keyakinan. “Kondisi sosial-politik juga bisa memengaruhi kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan doa.”
Data dari World Data menunjukkan bahwa negara-negara dengan penghasilan lebih rendah cenderung memiliki frekuensi doa yang lebih tinggi. “Menurut World Data, penghasilan rata-rata penduduk Indonesia ada di kisaran 401 dollar AS setiap bulan.” Sebaliknya, negara-negara maju seperti Swedia, Belanda, dan Jerman yang memiliki pendapatan tinggi justru menunjukkan frekuensi doa yang jauh lebih rendah.
Kendati angka berdoa tinggi, muncul pertanyaan dari masyarakat mengenai seberapa jauh doa tercermin dalam perilaku dan moral sosial. “Namun, tak sedikit pula yang mempertanyakan: apakah tingginya angka doa juga sejalan dengan moralitas dan etika dalam kehidupan sehari-hari?” Beberapa pengamat menilai bahwa data ini bisa menjadi momen refleksi terhadap implementasi nilai-nilai agama dalam kehidupan nyata.
Keberagamaan masyarakat Indonesia bukan sekadar angka statistik, tetapi tercermin dalam aktivitas sehari-hari yang konsisten. Mulai dari rutinitas pribadi hingga perhelatan kolektif, doa menjadi pilar yang mengikat dimensi spiritual dan sosial. Survei dan data menunjukkan bahwa religiositas tetap memiliki tempat istimewa dalam kehidupan warga Indonesia, meski dunia terus berubah.