April 12, 2025 By Diva Permata Jaen
12 April 2025 – Malioboro sebagai ikon pariwisata Yogyakarta kini tengah menghadapi tantangan serius terkait kenyamanan pengunjung. Bau pesing yang menyengat di sepanjang kawasan ini dikeluhkan wisatawan, khususnya saat momen liburan. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Wali Kota Hasto Wardoyo mengambil langkah serius dengan mengusulkan solusi unik namun logis, yakni penggunaan popok khusus untuk kuda andong. Ide ini mencerminkan keseriusan dalam menjaga citra Malioboro sebagai destinasi unggulan.
Permasalahan Bau Pesing di Malioboro Semakin Serius
Kawasan Malioboro telah lama dikenal sebagai pusat wisata, budaya, dan perdagangan. Namun, keluhan tentang bau pesing yang muncul di sejumlah titik mengganggu kenyamanan pengunjung. Setelah dilakukan penelusuran, bau tersebut diketahui berasal dari air seni dan kotoran kuda andong yang tercecer karena sistem penampungan yang tidak memadai.
“Saya cek sendiri ke lokasi. Bukan dari manusia, tapi ternyata air seni kuda yang jadi sumbernya,” ujar Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo.
Solusi Wali Kota Yogyakarta yang Inovatif dan Kontekstual
Wali Kota Hasto Wardoyo menggagas solusi dengan memakaikan popok khusus untuk kuda penarik andong. Ia menekankan bahwa ide ini bukan sekadar wacana, tetapi perlu kajian lebih dalam untuk menentukan efektivitas serta keamanan bagi hewan.
“Saya memikirkan bagaimana pampers jaran di Andong, di Malioboro ini penting ternyata,” ucap Hasto.
Pemerintah Kota juga melibatkan dinas terkait serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk mencari formula tepat bagi penanganan limbah kuda, termasuk mempelajari volume dan waktu kuda kencing agar popok yang dibuat lebih presisi.
Respon Kusir Andong
Tanggapan dari para kusir andong terhadap usulan ini beragam. Beberapa mendukung dengan catatan adanya bantuan dari pemerintah, sementara yang lain menilai solusi seperti penggunaan wewangian lebih realistis.
Salah satunya datang dari Lilik Kurniawan, kusir andong asal Yogyakarta, yang secara terbuka menyampaikan keraguannya terhadap efektivitas popok kuda.
“Daripada popok nggih mending pewangi. Sebenarnya bagus kalau mau popok seperti itu lorong kotoran kuda. Tapi di samping itu lebih bagus ditambahi pewangi,” kata Lilik.
“Malah mau kencing nggak jadi kencing. Nanti dampaknya kudanya bisa jadi sakit,” tambahnya.
Lilik menjelaskan bahwa kuda andong miliknya biasanya kencing saat masih di rumah. Sedangkan saat beroperasi di Malioboro, perilaku buang air tidak sering terjadi.
“Kuda saya kalau mau berangkat pagi sampai malam atau pagi sampai sore tidak pernah kencing di sini (Malioboro). Kencingnya pasti di rumah. Karakternya sendiri-sendiri,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa tidak bijak menyalahkan kuda sepenuhnya atas bau pesing yang ada.
“Bisa jadi kencing manusia juga bisa. Di samping itu ya seumpama kencing kuda tapi masih bau mungkin karena nyiramnya nggak banyak. Apalagi tak dikasih pewangi juga bisa,” katanya.
Peran Penting Parkir Tertib dan SOP Kebersihan
Selain popok, Hasto juga menyoroti pentingnya ketertiban parkir andong. Ia meminta seluruh andong parkir di cekungan yang telah disediakan agar proses pembersihan lebih terpusat dan efektif. Hal ini juga selaras dengan arahan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X yang menginginkan Malioboro senantiasa bersih.
Sementara itu, Kepala UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta, Ekwanto, menyebut bahwa telah ada SOP antara pihaknya dengan paguyuban andong mengenai penanganan limbah hewan.
“SOP-nya itu ketika andong pipis langsung disiram, bahkan kami minta untuk diparfum,” jelas Ekwanto.
Ia juga menegaskan adanya sanksi sosial bagi kusir yang melanggar aturan kebersihan, yaitu dilarang beroperasi di kawasan Malioboro.
Evaluasi dan Upaya Berkelanjutan untuk Kawasan yang Lebih Bersih
Pemerintah Kota Yogyakarta tidak berniat menghilangkan eksistensi andong sebagai warisan budaya. Sebaliknya, langkah-langkah inovatif seperti popok kuda diharapkan menjadi upaya preventif untuk menjaga keseimbangan antara budaya, pariwisata, dan kebersihan lingkungan.
Sebagai upaya jangka pendek, penyemprotan parfum dan sabun secara rutin di titik-titik rawan bau terus dilakukan. Dalam jangka panjang, Pemkot merencanakan uji coba penggunaan popok kuda pada beberapa andong untuk menguji efektivitasnya.
Masalah bau pesing di Malioboro bukan hanya soal estetika, tetapi juga menyangkut citra dan kenyamanan destinasi wisata unggulan. Solusi popok kuda yang diusulkan Wali Kota Yogyakarta menunjukkan adanya inovasi berbasis empati, keberanian mengambil langkah tidak biasa, serta komitmen terhadap keberlanjutan kawasan bersejarah ini. Namun, masukan dari kusir seperti Lilik menunjukkan pentingnya pendekatan yang adaptif dan realistis. Kolaborasi antara pemerintah, paguyuban andong, dan masyarakat menjadi kunci utama agar Malioboro tetap menjadi primadona pariwisata Yogyakarta yang bersih, nyaman, dan berbudaya.