January 28, 2025 By Rio Baressi
29 Januari 2025 – Tahun Baru Imlek merupakan salah satu perayaan terbesar di dunia. Diperkirakan lebih dari 1,5 miliar penduduk dunia turut merayakan momen ini setiap tahunnya. Perayaan ini tidak hanya dilakukan di Tiongkok, tetapi juga di berbagai negara dengan komunitas Tionghoa yang besar.
Tahun Baru Imlek memiliki akar budaya yang sangat dalam di Tiongkok. Perayaan ini diperkirakan dimulai ribuan tahun lalu, tepatnya pada masa Dinasti Shang (1600–1046 SM). Awalnya, Imlek merupakan bentuk penghormatan kepada dewa-dewa dan leluhur dengan tradisi yang sarat akan makna spiritual. Pada masa Dinasti Han (202 SM–220 M), perayaan ini mulai diatur sebagai awal kalender lunar, dan menjadi tradisi yang terus diwariskan hingga kini.
Seiring berjalannya waktu, perayaan Imlek tidak terlepas dari berbagai cerita mitologi. Di antara berbagai cerita tersebut, kisah tentang sosok Nian menjadi salah satu yang paling dikenal. Menurut kepercayaan, makhluk ini akan muncul pada malam pergantian tahun dan menyebarkan ketakutan, khususnya di kalangan anak-anak. Sebagai upaya menghalau Nian, warga memasang dekorasi berwarna merah, membunyikan petasan, dan menggelar perayaan besar-besaran. Kebiasaan ini kemudian menjadi elemen penting dalam perayaan Imlek yang masih berlangsung hingga saat ini.
Di negara asalnya, Imlek adalah momen libur nasional yang sangat dinantikan. Momen ini ditandai dengan tradisi “Chunyun”, yaitu ketika masyarakat berbondong-bondong kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga, yang dikenal sebagai perpindahan massal terbesar manusia. Perayaan ini mencakup berbagai ritual penting seperti membersihkan hunian, jamuan makan malam keluarga, pemberian amplop merah, dan menikmati pertunjukan kembang api bersama.
Di antara negara-negara di luar China, Indonesia menempati posisi khusus dengan jumlah penduduk Tionghoa terbanyak, mencapai lebih dari 10 juta jiwa. Setelah mengalami masa pelarangan selama era Orde Baru, perayaan Imlek di Indonesia kini dapat diselenggarakan dengan semarak. Berbagai kekhasan perayaan seperti tradisi memberikan amplop merah, ritual di klenteng, serta atraksi barongsai telah menjadi pemandangan yang memikat dalam perayaan ini.
Negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand juga memiliki komunitas Tionghoa yang signifikan. Di Malaysia dan Singapura, Imlek bahkan menjadi hari libur nasional. Tradisi seperti jamuan keluarga, pertunjukan barongsai, dan dekorasi merah menghiasi perayaan di wilayah ini.
Perayaan Imlek juga berlangsung meriah di benua Amerika, dimana komunitas Tionghoa merayakannya dengan penuh semangat. Beberapa kota besar khususnya San Francisco dan Vancouver menyelenggarakan pawai dalam skala besar, yang menjadi sarana memperkenalkan kebudayaan Tionghoa kepada masyarakat setempat maupun dunia.
Eropa tidak ketinggalan dalam merayakan Imlek. Kota-kota besar seperti London dan Paris mengadakan acara publik dengan nuansa khas Tionghoa, termasuk pasar malam dan pertunjukan seni tradisional.
Populasi Tionghoa yang besar di luar negeri bukanlah fenomena yang muncul dalam semalam. Sejarah panjang migrasi, baik karena alasan ekonomi maupun politik, telah menjadikan komunitas Tionghoa tersebar di berbagai belahan dunia.
Selama periode abad ke-19 hingga awal abad ke-20, gelombang migrasi besar-besaran terjadi ketika masyarakat Tionghoa bermigrasi dari tanah leluhur mereka demi mencari kesempatan ekonomi yang lebih menjanjikan.
Sektor-sektor seperti pertambangan, perkebunan, dan perdagangan menjadi lapangan pekerjaan utama mereka. Seiring waktu, banyak dari para migran ini yang memutuskan untuk menetap dan membangun komunitas yang solid di negara-negara tujuan mereka.
Di era kolonial, masyarakat Tionghoa banyak dipekerjakan sebagai tenaga kontrak di wilayah Asia Tenggara dan Amerika. Kontribusi mereka sangat signifikan dalam pengembangan infrastruktur, aktivitas perdagangan, serta berbagai sektor ekonomi.
Salah satu alasan keberhasilan komunitas Tionghoa dalam membangun jaringan global adalah kemampuan mereka beradaptasi dengan budaya setempat. Meskipun begitu, mereka tetap mempertahankan tradisi dan identitas budaya yang diwariskan turun-temurun.
Perayaan Tahun Baru Imlek merupakan momen untuk menguatkan ikatan keluarga dan mengundang keberuntungan. Beberapa tradisi yang paling dikenal meliputi:
Amplop merah berisi uang yang diberikan kepada anak-anak dan orang yang belum menikah sebagai simbol keberuntungan.
Makanan seperti kue keranjang, ikan, dan dumpling memiliki makna simbolis, seperti kemakmuran dan kesatuan.
Penggunaan ornamen berwarna merah diyakini dapat mendatangkan keberuntungan sekaligus menghalau energi negatif.