Leet Media

Kisah Inspiratif Melanie Perkins CEO Canva yang Mengubah Dunia Desain Digital

February 7, 2025 By jay

07 Februari 2025 –  Di era digital yang semakin berkembang, nama Melanie Perkins berdiri sebagai bukti bahwa inovasi sederhana dapat mengubah industri secara global. Sebagai CEO dan co-founder Canva, platform desain grafis yang kini bernilai lebih dari $55 miliar, kisahnya menjadi inspirasi bagi para entrepreneur muda di seluruh dunia.

Masa Kecil dan Awal Jiwa Entrepreneurship

Lahir dan dibesarkan di Perth, Australia, Melanie Perkins sudah menunjukkan jiwa wirausaha sejak dini. Di usia 14 tahun, ia memulai bisnis pertamanya dengan menjual syal buatan tangan di berbagai toko dan pasar lokal Perth. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sacred Heart College, Melanie melanjutkan studinya di University of Western Australia, mengambil kombinasi unik jurusan Komunikasi, Psikologi, dan Perdagangan. Latar belakang pendidikan ini kemudian terbukti sangat bermanfaat dalam membangun dan mengelola Canva.

Langkah Awal Menuju Canva

Source: Women’s Tabloid

Titik balik dalam perjalanan Melanie terjadi saat ia berusia 19 tahun, ketika mengajar program desain kepada mahasiswa. Ia melihat betapa frustrasinya para mahasiswa ketika belajar menggunakan software desain yang kompleks. Pengalaman ini mendorongnya untuk membuat solusi yang lebih sederhana. Bersama Cliff Obrecht, yang kemudian menjadi suaminya, Melanie mendirikan Fusion Books pada tahun 2007.

Fusion Books menawarkan pendekatan revolusioner dalam pembuatan buku tahunan sekolah dengan sistem drag-and-drop yang mudah digunakan. Platform ini dengan cepat menjadi pemimpin pasar di Australia dan berkembang hingga ke Prancis dan Selandia Baru. Kesuksesan Fusion Books membuktikan bahwa ada kebutuhan besar akan alat desain yang lebih sederhana dan mudah diakses.

Perjuangan Membangun Canva dari Nol

Melihat potensi yang lebih besar dari teknologi yang dikembangkan di Fusion Books, Melanie memutuskan untuk menciptakan platform desain yang bisa digunakan oleh siapa saja. Namun, perjalanan ini penuh tantangan. Selama tiga bulan di San Francisco, Melanie menghadapi lebih dari 100 penolakan dari investor. Setiap penolakan ia jadikan pembelajaran untuk memperbaiki konsep bisnisnya.

Titik balik datang pada tahun 2012 ketika Melanie berhasil mendapatkan pendanaan awal senilai $3,6 juta dari Matrix Partners, Interwest Partners, dan beberapa investor lainnya. Pendanaan ini menjadi modal awal peluncuran Canva pada tahun 2013, bersama dengan Cameron Adams yang bergabung sebagai co-founder ketiga.

Menjadi Pemimpin Industri dengan Inovasi

Source: Liputan 6.com

Dalam waktu dua tahun setelah peluncuran, Canva mencapai satu juta pengguna. Platform ini terus berkembang dengan menambahkan berbagai fitur inovatif, termasuk Canva Pro (sebelumnya Canva for Work) yang diluncurkan pada tahun 2015. Perusahaan terus berekspansi secara global dengan menerjemahkan platform ke dalam 100 bahasa berbeda.

Pada tahun 2018, Canva mencapai status unicorn dengan valuasi lebih dari $1 miliar. Kesuksesan ini berlanjut hingga tahun 2024, dengan pendapatan tahunan mencapai $2,5 miliar dan lebih dari 200 juta pengguna aktif bulanan. Perusahaan kini memiliki lebih dari 2.500 karyawan di 17 negara, dengan rencana ekspansi yang terus berlanjut.

Kepemimpinan Serta Visi Masa Depan

Gaya kepemimpinan Melanie yang unik menekankan pada inovasi berkelanjutan dan kesejahteraan karyawan. Ia memulai setiap hari dengan membaca feedback dari komunitas Canva di Twitter, menunjukkan fokusnya pada pengembangan produk yang berorientasi pada pengguna. Meski sukses, Melanie tetap mementingkan work-life balance dan mendorong budaya yang sama di perusahaannya.

Di era AI, Canva terus berinovasi dengan mengakuisisi Leonardo.ai dan mengembangkan Canva AI. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mengubah data menjadi visual dan mendapatkan inspirasi desain secara otomatis, membuktikan komitmen perusahaan untuk tetap relevan dalam perkembangan teknologi.

Pencapaian dan Dampak Global

Kesuksesan Canva mengantarkan perusahaan mencapai valuasi US$40 miliar, menjadikannya startup terbesar kelima di dunia setelah ByteDance (TikTok), Stripe, SpaceX, dan Klarna. Pencapaian ini menempatkan Melanie di peringkat 17 dalam Australian Financial Review’s 2018 Young Rich List dengan kekayaan pribadi mencapai US$177 juta. Namun bagi Melanie, kesuksesan finansial bukanlah tujuan utama. Visinya adalah demokratisasi desain digital, membuat kreativitas dapat diakses oleh semua orang.

Dampak Sosial 

Kesuksesan finansial tidak membuat Melanie lupa akan tanggung jawab sosial. Bersama suaminya, ia berkomitmen untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk tujuan filantropi. Kemitraan dengan GiveDirectly menunjukkan fokusnya pada pengentasan kemiskinan ekstrem global.

Perjalanan Melanie Perkins dari pengusaha muda yang menjual syal hingga menjadi CEO perusahaan teknologi global bernilai miliaran dolar membuktikan bahwa kesuksesan datang kepada mereka yang berani bermimpi besar dan pantang menyerah. Melalui Canva, ia tidak hanya menciptakan perusahaan yang sukses, tetapi juga mengdemokratisasi desain grafis, membuat kreativitas lebih mudah diakses bagi semua orang.