Leet Media

Jepang Buka Lowongan untuk 350.000 Pekerja, Gaji Mulai Rp10 Juta!

February 19, 2025 By jay

19 Februari 2025 – Jepang tengah menghadapi tantangan besar akibat krisis populasi yang semakin parah. Menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya jumlah lansia telah menyebabkan kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor industri. Untuk mengatasi masalah ini, Jepang mulai mencari solusi dengan membuka peluang bagi tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia. Dengan populasi muda yang besar dan tenaga kerja yang melimpah, Indonesia dianggap sebagai mitra strategis yang dapat membantu Jepang mempertahankan stabilitas ekonominya. Namun, kerja sama ini juga menghadapi tantangan, mulai dari kebijakan imigrasi hingga perbedaan budaya yang perlu diatasi agar memberikan manfaat bagi kedua negara.

Jepang Menghadapi Krisis Populasi Terbesar dalam Sejarah.

 Jepang tengah menghadapi tantangan besar dalam hal populasi. Negara dengan perekonomian maju ini mengalami penurunan jumlah penduduk yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah Jepang bahkan mengumumkan bahwa angka kelahiran di negara tersebut mencapai titik terendah dalam 90 tahun terakhir.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang, pada tahun 2023 hanya terdapat 758.631 kelahiran, menurun 5,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, angka pernikahan juga mengalami penurunan sebesar 5,9 persen pada 2024. Jika tren ini terus berlanjut, populasi Jepang diperkirakan menyusut hingga 30 persen pada 2070, dengan 4 dari 10 orang berusia 65 tahun ke atas.

Penyebab Menurunnya Angka Kelahiran di Jepang

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya angka kelahiran di Jepang antara lain ketidakstabilan ekonomi, biaya hidup yang tinggi, dan kenaikan gaji yang stagnan sehingga banyak generasi muda enggan berkeluarga. Budaya kerja yang menuntut juga membuat banyak pasangan muda merasa sulit menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Perubahan sosial turut berperan, dengan meningkatnya jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi dan memiliki karier, sehingga usia pernikahan semakin tertunda. Kurangnya dukungan sosial juga menjadi faktor utama, di mana minimnya fasilitas penitipan anak serta anggapan bahwa anak-anak yang bermain di luar sebagai gangguan membuat banyak pasangan muda berpikir ulang untuk memiliki keturunan.

Tantangan Aging Population di Jepang

Populasi Jepang semakin menua dengan cepat. Saat ini, lebih dari 27 persen penduduk Jepang berusia 65 tahun ke atas dan angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 40 persen pada 2050. Kondisi ini menciptakan tantangan besar bagi perekonomian Jepang, karena semakin sedikit tenaga kerja produktif yang tersedia untuk menopang kebutuhan negara.

Banyak sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja karena menurunnya jumlah penduduk usia produktif. Selain itu, meningkatnya jumlah lansia juga meningkatkan beban sistem kesehatan dan kesejahteraan sosial. Pemerintah Jepang berusaha mengatasi masalah ini dengan berbagai kebijakan, termasuk mendorong tenaga kerja asing dan meningkatkan usia pensiun.

Para ahli memperingatkan bahwa tanpa solusi yang konkret, Jepang dapat menghadapi krisis ekonomi yang semakin parah akibat ketidakseimbangan antara tenaga kerja produktif dan populasi lansia yang semakin besar. Oleh karena itu, berbagai langkah sedang dipertimbangkan untuk memastikan ekonomi tetap berjalan dengan baik di tengah tantangan aging population ini.

Jepang Membuka Diri untuk Tenaga Kerja Asing

Dengan semakin menipisnya jumlah tenaga kerja produktif, Jepang mulai mencari solusi dengan menggandeng negara lain, termasuk Indonesia. Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) telah mengunjungi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Indonesia untuk membahas kerja sama tenaga kerja. Wakil Ketua JCCI, Takashi Ueno, menyatakan bahwa Jepang sangat membutuhkan kontribusi tenaga kerja dari Indonesia, khususnya di sektor manufaktur.

Saat ini, Jepang menargetkan merekrut 350.000 pekerja asing, di mana 70.000 di antaranya diharapkan berasal dari Indonesia. Beberapa sektor yang membutuhkan tenaga kerja asing meliputi kesehatan karena peningkatan jumlah lansia menciptakan permintaan tinggi terhadap perawat dan tenaga medis. Pertanian juga menjadi sektor penting karena Jepang membutuhkan tenaga kerja muda untuk menggantikan petani yang sudah lanjut usia. Sektor manufaktur mengalami kekurangan tenaga kerja yang signifikan akibat menurunnya populasi muda.

Peran Indonesia dalam Mengisi Kekosongan Tenaga Kerja di Jepang

Kemenperin Indonesia menyambut baik permintaan Jepang dan berkomitmen membantu memenuhi kebutuhan tenaga kerja mereka. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah kerja sama dengan Hiroshima University untuk melatih tenaga kerja Indonesia agar siap bekerja di Jepang.

Selain itu, Jepang juga berkontribusi dalam perkembangan industri otomotif di Indonesia. Hingga saat ini, industri otomotif Jepang telah membuka enam pabrik dan mendistribusikan kendaraan kepada 4,9 juta pelanggan di Indonesia. Tahun 2024, kendaraan hybrid mulai diproduksi secara lokal, sebagai bagian dari upaya netralisasi karbon.

Tantangan dalam Integrasi Tenaga Kerja Asing di Jepang

Meskipun Jepang mulai membuka diri terhadap tenaga kerja asing, masih ada berbagai tantangan yang dihadapi, seperti bentrokan budaya. Jepang dikenal sebagai negara homogen dengan nilai sosial yang ketat. Konsep “kuuki wo yomu” atau “membaca suasana” sering kali sulit diterapkan oleh pekerja asing. Diskriminasi terhadap imigran juga menjadi isu, di mana banyak pekerja asing menghadapi kesulitan dalam mendapatkan tempat tinggal, membuka rekening bank, hingga mengajukan kartu kredit. Kebijakan imigrasi yang ketat turut menjadi tantangan karena Jepang sebelumnya enggan menerima tenaga kerja asing dalam jumlah besar, meskipun kini mereka mulai memperlonggar aturan. Jepang tengah berada dalam situasi kritis akibat menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya jumlah lansia. Untuk mengatasi masalah ini, Jepang mulai merekrut tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia. Dengan populasi muda yang besar, Indonesia memiliki potensi besar untuk membantu Jepang dalam mengatasi krisis tenaga kerja. Namun, tantangan dalam integrasi tenaga kerja asing tetap menjadi perhatian, sehingga diperlukan kebijakan yang mendukung dan pendekatan yang lebih inklusif agar kerja sama ini memberikan manfaat bagi kedua negara.