May 21, 2025 By A G
21 Mei 2025 – Di era digital yang serba cepat, sebuah video singkat dapat mengubah hidup seseorang dalam sekejap. Itulah yang dialami oleh Tanti Nilawati, Kepala Sekolah SD Negeri 050417 Tiga Jumpa, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ketika lapangan sekolahnya terendam banjir pada pertengahan April 2025, Tanti bersama tiga guru lainnya berjoget di tengah genangan air—sebuah momen yang terekam kamera dan menjadi viral di media sosial.
Video yang tampak sepele ini ternyata membawa konsekuensi berat: Tanti Nilawati dinonaktifkan sementara dari jabatannya sebagai kepala sekolah. Kasus ini memicu polemik di masyarakat, dengan sebagian besar orangtua murid justru membela sang kepala sekolah yang dianggap telah membawa banyak perubahan positif.
Masalah bermula ketika video Tanti Nilawati dan tiga rekan gurunya yang berjoget di tengah genangan banjir menyebar luas di media sosial. Dalam video tersebut, keempat pendidik yang mengenakan seragam dinas keki berwarna cokelat tampak berjalan santai dan berjoget di halaman sekolah yang tergenang air.
Meskipun tidak mengandung unsur negatif, video tersebut mengundang reaksi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Karo. Kepala Dinas Pendidikan, Anderiasta Tarigan, M.Si., menjelaskan bahwa tindakan ini diambil karena dianggap tidak sejalan dengan upaya pembenahan lingkungan yang sedang gencar dilakukan Pemkab Karo.
“Bukan dicopot, tapi dinonaktifkan sementara. Yang bersangkutan masih bertugas di sekolah tersebut, hanya saja dibebastugaskan dari tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah,” tegas Anderiasta saat dikonfirmasi media pada Rabu (21/5/2025).
Anderiasta menambahkan bahwa sebelum penonaktifan, pihaknya telah memberikan teguran lisan pada 15 April 2025 kepada Tanti dan ketiga guru lainnya. Saat itu, mereka diminta berkomitmen untuk menangani masalah banjir di sekolah dengan pembuatan drainase dan langkah-langkah lainnya.
“Teguran tertulis itu berisi poin tentang gotong royong pembuatan drainase untuk mencegah banjir. Karena pelaksanaannya dianggap kurang masif, maka kita jatuhkan hukuman disiplin ringan dengan menonaktifkan sementara dan menunjuk PLT dari sekolah terdekat,” jelasnya.
Tanti Nilawati sendiri mengakui bahwa banjir memang menjadi masalah rutin yang dihadapi sekolahnya selama bertahun-tahun. Posisi sekolah yang berada di area lebih rendah membuat air mudah menggenang saat hujan deras.
“(Saya) jadi kepala sekolah di sini, beberapa tahun sebenarnya terjadi banjir,” kata Tanti dalam wawancara dengan tvOnenews.
Meskipun mengalami banjir, Tanti menegaskan bahwa proses belajar mengajar tidak pernah berhenti total. “Bukan berhenti (belajarnya) membersihkan dahulu, mereka (murid) yang letih lalu istirahat sebentar. Baru mereka belajar kembali, bukan PBM (Proses Belajar Mengajar) tidak berhenti total. Tetap berjalan,” tandasnya.
Menurut pengakuan Tanti, pihak sekolah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi banjir, salah satunya dengan mengajak siswa bergotong royong membuat saluran air. “Kami guru dan siswa sudah lakukan gotong royong untuk menghindari banjir kembali terjadi,” ungkapnya.
Penonaktifan Tanti Nilawati menuai gelombang protes dari orangtua murid dan masyarakat Desa Tiga Jumpa. Mereka menilai tindakan tersebut tidak adil dan mengabaikan dedikasi serta kontribusi kepala sekolah selama menjabat.
Thomas J Tarigan, Ketua Komite SD Negeri 050417 Tiga Jumpa, bersama sejumlah orangtua murid bahkan mendatangi Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Karo untuk menyerahkan surat permohonan pembatalan penonaktifan.
“Kedatangan kami ke sini adalah bentuk kepedulian. Kami mendapat kabar bahwa kepala sekolah anak-anak kami dicopot hanya karena video TikTok yang menampilkan kondisi sekolah saat kebanjiran. Padahal kami menilai itu sebagai bentuk kepedulian beliau, bukan pelanggaran,” kata Thomas.
Para orangtua murid kompak memberikan apresiasi atas kinerja Tanti Nilawati. Mereka menyebutkan bahwa sebelum kepemimpinannya, SDN 050417 tergolong sekolah yang tertinggal. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sekolah tersebut berkembang pesat dan menjadi salah satu yang terbaik di wilayah Barusjahe.
“Kami terkejut, bang. Kenapa ibu ini dicopot padahal dia baik dan berprestasi. Dia sudah mengangkat sekolah kami dari yang tertinggal; saat ini sudah bisa bersaing di tingkat kabupaten,” ujar Tomas.
Para wali murid juga mengkhawatirkan dampak penonaktifan terhadap minat mendaftar di sekolah tersebut. “Kami takut, bang, apabila dia dicopot, nanti tahun ajaran baru, tidak ada lagi yang daftar ke sekolah ini,” tambahnya.
Meskipun dinonaktifkan, Tanti Nilawati masih memiliki kesempatan untuk kembali menjabat sebagai kepala sekolah. Anderiasta Tarigan menyatakan bahwa penonaktifan tersebut berlaku selama tiga bulan, dan selama masa itu, Tanti akan dipantau oleh Pelaksana Tugas (Plt) yang telah ditunjuk.
“Tergantung kepada yang bersangkutan, kalau kita lihat sudah bagus bisa saja kita aktifkan kembali dia sebagai kepala sekolah,” ungkap Anderiasta.
Selama masa percobaan ini, Tanti Nilawati diharapkan melakukan perbaikan dalam berbagai aspek, mulai dari penataan lingkungan, menjaga keutuhan antar semua tenaga pengajar, hingga beberapa hal lainnya. Jika dalam masa tersebut Tanti memenuhi syarat yang ditentukan, maka status non-aktif dapat dicabut dan dirinya dapat kembali menjabat.
Kasus Tanti Nilawati membuka diskusi tentang keseimbangan antara penegakan disiplin dan sisi kemanusiaan dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, pihak Dinas Pendidikan berargumen bahwa tindakan ini merupakan bagian dari upaya penegakan disiplin agar ASN, khususnya tenaga pendidik, bisa menjadi contoh positif di tengah masyarakat.
Namun di sisi lain, video yang menjadi pemicu permasalahan ini bisa juga dilihat sebagai ekspresi spontan dari para guru yang mencoba mencairkan suasana di tengah kesulitan yang mereka hadapi. Ditambah lagi, tidak adanya solusi konkret dari pemerintah daerah untuk menangani masalah banjir yang telah berlangsung bertahun-tahun juga menjadi sorotan.
Kejadian ini mengingatkan kita bahwa di era media sosial, batas antara ruang pribadi dan publik menjadi semakin kabur. Setiap tindakan, sekecil apapun, dapat terekam dan menjadi konsumsi publik dengan konsekuensi yang tidak terduga.
Sementara itu, Tanti Nilawati tetap menjalani hari-harinya sebagai guru di sekolah yang sama, menunggu kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya layak kembali menduduki jabatan kepala sekolah. Bagi warga dan orangtua murid SD Negeri 050417 Tiga Jumpa, mereka terus berharap bahwa kepemimpinan Tanti Nilawati yang dinilai membawa kemajuan bagi sekolah dapat segera kembali.