Leet Media

Kebijakan Trump Akibatkan Kerusuhan di LA Hingga Penjarahan Brand Apple, Nike, dan Adidas

June 12, 2025 By pj

sumutpos

12 Juni 2025 – Demonstrasi besar-besaran yang awalnya dimulai di Los Angeles sebagai bentuk penolakan terhadap operasi penegakan hukum imigrasi oleh ICE telah berubah menjadi kerusuhan nasional. Aksi ini memicu bentrokan antara demonstran dan aparat, penjarahan toko-toko ternama, serta pengerahan pasukan militer oleh Presiden Donald Trump. Artikel ini akan mengulas kronologi peristiwa, dampak, serta respons dari berbagai pihak terkait.

Kronologi Protes dan Kerusuhan di Los Angeles

Demonstrasi besar-besaran yang berujung kerusuhan di Los Angeles pada Juni 2025 dipicu oleh operasi penegakan hukum imigrasi yang dilakukan oleh Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE). Awalnya, aksi protes berlangsung damai, namun eskalasi terjadi setelah bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan. Berikut kronologi lengkapnya.

Jumat, 6 Juni 2025 – Penggerebekan ICE Memicu Protes

Operasi ICE dimulai di beberapa wilayah Los Angeles yang mayoritas dihuni komunitas Latin, termasuk Distrik Fashion dan Westlake. Petugas ICE melakukan penggeledahan di tiga lokasi berbeda berdasarkan surat perintah penggerebekan.

Departemen Kepolisian Los Angeles (LAPD) melaporkan bahwa lebih dari 1.000 orang mengepung gedung federal.

Sabtu, 7 Juni 2025 – Protes Meluas dan Aksi Penjarahan Pertama
Minggu, 8 Juni 2025 – Pengerahan Garda Nasional oleh Presiden Trump
Selasa, 10 Juni 2025 – Eskalasi Kekerasan dan Jam Malam

Dampak Kerusuhan: Toko-Toko Besar Dijarah, Korban Jiwa Berjatuhan

Kerusuhan tidak hanya terjadi di Los Angeles tetapi juga menyebar ke New York, Chicago, dan Denver. Toko-toko seperti Apple, Adidas, dan Nike menjadi sasaran penjarahan. Satu korban jiwa dilaporkan tewas di dekat toko T-Mobile yang dijarah.

Kronologi ini menunjukkan bagaimana protes damai berubah menjadi kerusuhan nasional setelah intervensi militer dan eskalasi kekerasan antara demonstran dan aparat.

Dua WNI Ditangkap

Dilansir dari CNBC Indonesia, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) dan enam perwakilan Indonesia di AS buka suara soal pemberitaan penangkapan Warga Negara Indonesia (WNI) di Los Angeles, California. Dilaporkan mereka ditahan selama berlangsungnya operasi imigrasi serta unjuk rasa yang memanas di kota “malaikat” tersebut.

KJRI Los Angeles menyebut dua WNI yang ikut diamankan dalam operasi pemerintah AS itu berinisial ESS (perempuan, 53 tahun) serta CT (laki-laki, 48 tahun). ESS ditangkap karena tidak memiliki dokumen keimigrasian yang sah sementara CT ditahan karena memiliki catatan pelanggaran hukum terkait narkotika dan masuk ke AS secara ilegal.

“KJRI Los Angeles saat ini sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk akses pendampingan kekonsuleran bagi kedua WNI tersebut,” kata Kemlu dalam keterangan tertulis.

Sementara itu, perwakilan RI di AS, termasuk KJRI dan KBRI Washington DC, disebut terus menjalin komunikasi dengan komunitas diaspora Indonesia untuk memantau kondisi dan memberikan informasi yang diperlukan. Kemlu juga mengingatkan agar WNI yang hendak melakukan perjalanan ke AS memastikan penggunaan visa yang sah dan sesuai peruntukan.

Pemeriksaan imigrasi di bandara diperkirakan akan semakin ketat selama periode ini. Bagi WNI yang terdampak kebijakan imigrasi, Kemlu menegaskan bahwa setiap individu tetap memiliki hak hukum di bawah sistem AS, termasuk hak atas pengacara dan hak untuk menghubungi perwakilan diplomatik RI.

Kemlu juga menyarankan agar WNI terus mengikuti informasi resmi dari otoritas setempat dan perwakilan RI. Diharapkan WNI tidak terpancing informasi yang belum terverifikasi.

Sejak Jumat, otoritas imigrasi AS atau Department of Homeland Security (DHS) menggelar operasi penggerebekan terkoordinasi di beberapa wilayah padat penduduk imigran. Di Los Angeles ini dilakukan di antaranya di Garment District, Westlake, dan South LA.

Protes Anti-ICE Menyebar ke Berbagai Kota di AS

Awalnya, protes dimulai di Los Angeles pada 6 Juni 2025 sebagai respons terhadap penggerebekan ICE di kawasan padat imigran seperti Distrik Fashion dan Westlake. Namun, dalam hitungan hari, aksi ini menyebar ke kota-kota lain seperti St. Louis, Raleigh, San Antonio, New York, dan Seattle. Ratusan orang turun ke jalan dengan membawa poster bertuliskan “Tidak ada manusia yang ilegal” dan meneriakkan yel-yel penolakan terhadap kebijakan imigrasi Trump.

Di San Antonio, Pedro Ruiz, seorang veteran Angkatan Darat AS, bergabung dengan demonstrasi setelah melihat gambar-gambar migran yang ditangkap dengan tali pengikat. “Itu membuat saya menangis. Saya melihat orang-orang di L.A. berunjuk rasa, dan itu memotivasi saya untuk melakukan hal yang sama,” ujar Ruiz.

Eskalasi Kekerasan dan Penjarahan Toko-Toko Besar

Bentrokan dengan Aparat

Protes yang awalnya damai berubah menjadi kekerasan setelah aparat menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa. Di Los Angeles, bentrokan terjadi di luar Gedung Federal, di mana pengunjuk rasa melemparkan benda-benda ke arah petugas dan mencoret gedung dengan grafiti. Polisi setempat melaporkan bahwa “lebih dari 1.000 perusuh mengepung dan menyerang gedung federal.”

Penjarahan Massal

Kerusuhan yang meluas menyebabkan sejumlah toko besar seperti Apple, Adidas, Nike, T-Mobile, hingga toko perhiasan menjadi sasaran penjarahan. Seorang saksi mata menyatakan bahwa para penjarah datang dengan persiapan, membawa alat untuk membongkar pintu toko. Seorang pemilik usaha kecil di Little Tokyo berbagi kepedihannya, “Ini bukan sekadar toko yang dijarah, tapi hidup kami yang ikut hancur.”

Respons Pemerintah dan Pengerahan Pasukan Militer

Langkah Trump Mengerahkan Garda Nasional dan Marinir

Menanggapi kerusuhan, Presiden Trump mengerahkan lebih dari 2.000 pasukan Garda Nasional dan 700 Marinir ke Los Angeles. Dalam pidatonya, Trump menyebut para pengunjuk rasa sebagai “binatang” dan bersumpah untuk “membebaskan Los Angeles.” Ia juga mengancam akan memberlakukan Undang-Undang Pemberontakan jika situasi tidak terkendali.

Kritik dari Gubernur California dan Wali Kota LA

Gubernur California Gavin Newsom mengecam tindakan Trump sebagai “ilegal dan tidak bermoral.” Ia mengatakan, “Jika beberapa dari kita dapat diculik dari jalan tanpa surat perintah hanya berdasarkan kecurigaan atau warna kulit, maka tidak seorang pun dari kita yang aman.” Sementara itu, Wali Kota Los Angeles Karen Bass menerapkan jam malam dan menyatakan bahwa pengerahan pasukan militer berlebihan. “Jumlah personel militer yang diturunkan sudah lebih banyak dibandingkan tentara yang bertugas di Irak saat ini,” ujarnya.

Dampak Kerusuhan dan Korban Jiwa

Kerusuhan ini tidak hanya menimbulkan kerugian materi tetapi juga korban jiwa. LAPD menemukan satu mayat di lokasi penjarahan di West 3rd Street and Broadway. Dua petugas polisi juga dilaporkan terluka selama upaya pengamanan. Selain itu, lebih dari 385 orang ditangkap, termasuk dua tersangka yang didakwa karena melemparkan bom molotov.

Protes Terus Berlanjut di Tengah Ketegangan Nasional

Demonstrasi dan kerusuhan telah meluas ke kota-kota besar seperti Chicago, Philadelphia, dan Washington DC. Di tengah ketegangan yang terus memanas, harapan masyarakat tertuju pada solusi damai yang melindungi hak-hak warga tanpa mengorbankan keamanan. Kerusuhan Los Angeles 2025 menjadi catatan kelam dalam sejarah AS, mengingatkan semua pihak bahwa kebijakan imigrasi yang kontroversial dapat memicu gejolak sosial yang dalam.