June 19, 2025 By RB
19 Juni 2025 – Iran secara resmi menggunakan rudal balistik ultra-berat Sejjil untuk pertama kalinya pada Rabu (18/6/2025) dalam gelombang ke-12 Operasi Janji Sejati III sebagai balasan atas agresi militer Israel. Langkah ini tidak hanya menandai eskalasi konflik antara Teheran dan Tel Aviv, tetapi juga menjadi debut operasional dari sistem rudal paling canggih milik Iran sejauh ini.
Rudal Sejjil adalah rudal balistik jarak menengah (MRBM) dua tahap berbahan bakar padat yang dirancang dan dikembangkan secara mandiri oleh Iran. Rudal ini memiliki panjang sekitar 18 meter, diameter 1,25 meter, dan bobot peluncuran 23.600 kg. Sejjil mampu membawa hulu ledak seberat 700 kg hingga jarak maksimum 2.000 kilometer. Dengan spesifikasi tersebut, rudal ini mampu menjangkau seluruh wilayah Israel dan sebagian Eropa Tenggara.
Berbeda dengan rudal Shahab-3 yang menggunakan bahan bakar cair, Sejjil menggunakan propelan padat, yang membuat waktu peluncuran jauh lebih cepat dan sistemnya lebih sulit dideteksi serta diserang saat persiapan. Penggunaan bahan bakar padat juga memungkinkan rudal ini dipindahkan lebih mudah dan lebih fleksibel secara taktis di medan tempur.
Meski begitu, sistem propulsi padat memiliki tantangan tersendiri, khususnya dalam hal kendali dan presisi. Bagaimana Iran mengatasi tantangan ini belum diketahui secara publik, namun diduga kuat Teheran telah memodifikasi sistem navigasi Shahab atau mendapatkan bantuan teknologi dari negara lain seperti China.
Pengembangan Sejjil diperkirakan dimulai pada akhir 1990-an, berakar dari program rudal sebelumnya seperti Zelzal. Teknologi bahan bakar padat Sejjil dipercaya merupakan hasil dari kemajuan dalam program Zelzal yang dibantu oleh China. Sejjil pertama kali diuji coba pada tahun 2008 dan diluncurkan sejauh 800 km. Uji coba kedua dilakukan Mei 2009 untuk menguji sistem panduan baru. Uji coba terakhir dilakukan pada 2012, ketika rudal tersebut berhasil meluncur sejauh 1.900 km ke arah Samudera Hindia.
Meskipun tidak pernah secara resmi diumumkan sebagai rudal aktif dalam arsenal militer, Sejjil telah dipamerkan secara publik bersama Shahab-3 dan Ghadr-1. Setelah hampir satu dekade tanpa uji coba, rudal ini kembali muncul dalam latihan militer “Great Prophet 15” pada Januari 2021. Video dari uji coba itu menunjukkan bahwa Iran telah menambahkan sistem panduan ‘strap-down’ yang tangguh dan sirip kendali baru yang diadaptasi dari rudal Ghadr.
Terdapat kemungkinan bahwa beberapa versi Sejjil tengah dikembangkan. Pada 2009, Iran menyebut uji coba sebagai Sejjil-2. Beberapa laporan tak resmi bahkan menyebutkan kemungkinan pengembangan Sejjil-3, rudal tiga tahap dengan jangkauan 4.000 km dan berat peluncuran mencapai 38.000 kg.
Dalam pernyataannya, Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mengonfirmasi bahwa Sejjil digunakan dalam serangan terbaru terhadap Israel pada Rabu (18/6/2025) dan memperingatkan bahwa “langit wilayah pendudukan kini terbuka bagi rudal dan drone kami.” Mereka menambahkan bahwa “serangan rudal akan terus dilakukan secara terfokus dan berkelanjutan.”
Kutipan tegas dari IRGC, seperti dilansir kantor berita Tasnim, menyebut: “Gerbang neraka akan terbuka untuk zionis.” IRGC juga menegaskan bahwa warga Israel kini menghadapi pilihan: “kematian perlahan di dalam bunker, atau pelarian cepat dari tanah yang dirampas.”
Militer Israel menyatakan telah mendeteksi delapan rudal Sejjil dan mengklaim berhasil mencegat seluruhnya. Namun laporan di lapangan menunjukkan beberapa rudal menghantam lokasi penting seperti pusat logistik, markas intelijen Mossad, dan pembangkit listrik.
Kepala Sensor Israel, Brigadir Jenderal Kobi Mandelblit, merespons situasi dengan menandatangani perintah darurat berdasarkan Regulasi Pertahanan Darurat 1945. Perintah ini melarang publikasi apa pun yang dapat “membahayakan keamanan negara atau melemahkan moral nasional,” termasuk konten media sosial dan informasi lokasi serangan.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa bangsa Iran “tidak akan tunduk pada bentuk pemaksaan apa pun.” Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Sayyid Abdolrahim Mousavi, menyebut serangan ini sebagai peringatan awal dan mengisyaratkan bahwa “operasi hukuman yang sebenarnya akan segera dilaksanakan.”
Meningkatnya intensitas konflik antara Iran dan Israel juga mendorong pemerintah Indonesia mengambil langkah cepat. Presiden RI Prabowo Subianto, melalui Menteri Luar Negeri Sugiono, memutuskan untuk meningkatkan status kesiagaan di Kedutaan Besar RI di Teheran dari Siaga 2 ke Siaga 1.
“Dari perkembangan dua hari ini di mana intensitas semakin meningkat, yang disasar juga bukan saja target-target militer tapi juga target-target sipil, maka saya memutuskan untuk meningkatkan level kesiagaan di Kedutaan Teheran dari level siaga 2 jadi level siaga 1,” kata Menlu Sugiono.
Sugiono juga menyampaikan bahwa Indonesia telah berkoordinasi dengan sejumlah negara tetangga Iran guna mempersiapkan proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari wilayah terdampak.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mencatat bahwa saat ini terdapat 386 WNI di Iran dan 194 WNI di Israel.
Related Tags & Categories :