June 19, 2025 By RB
19 Juni 2025 – Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel memasuki babak baru yang mengkhawatirkan dunia. Ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz—jalur laut strategis bagi perdagangan minyak global—memicu lonjakan kekhawatiran atas harga energi dan stabilitas ekonomi dunia.
Ketegangan memuncak setelah serangan udara Israel terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran. Sebagai respons, Teheran mempertimbangkan pemblokiran Selat Hormuz, jalur yang dilalui lebih dari 17 juta barel minyak per hari. Anggota parlemen Iran sekaligus komandan militer, Esmail Kowsari, menegaskan:
“Iran tengah mempertimbangkan untuk memblokade Selat Hormuz di Teluk Persia yang dilalui lebih dari 17 juta barel minyak setiap hari,”
Langkah ini diyakini dapat menyebabkan harga minyak melonjak hingga 130 dolar AS atau setara dengan Rp2.125.500 per barel sebagaimana dilaporkan surat kabar Hurriyet.
“Jika Selat Hormuz ditutup, itu akan berdampak langsung pada harga minyak dan berpotensi menyebabkan gangguan ekonomi global yang signifikan,” demikian laporan The Economic Times.
Selat Hormuz adalah jalur sempit sepanjang 161 km yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman, dan selanjutnya ke Laut Arab serta Samudra Hindia. Meskipun sempit, selat ini menjadi titik transit penting bagi minyak dan gas dunia:
Ketika ditutup, gangguan logistik tidak terelakkan. Selain harga energi, pengaruhnya merambat ke berbagai sektor seperti manufaktur, transportasi, dan pertanian.
Menurut analis keamanan Claude Moniquet, ada empat konsekuensi besar dari pemblokiran Selat Hormuz:
Sekitar 20% minyak global dan sebagian besar gas LNG yang masuk ke Eropa melewati jalur ini. Jika blokade terjadi, maka:
Kenaikan harga minyak menyebabkan inflasi, melonjaknya biaya produksi, dan memukul industri vital. Hal ini juga menimbulkan:
Pemblokiran bisa memicu reaksi militer dari negara-negara barat. Eropa, Amerika Serikat, dan negara Teluk berpotensi terseret ke dalam perang regional lebih luas.
Selat Hormuz merupakan jalur vital perdagangan barang, bukan hanya energi. Jika terganggu:
Iran menunjukkan kesiapannya menghadapi segala skenario. Selain kesiapan militer konvensional, Iran juga memiliki kekuatan siber dan armada drone tempur seperti model Shahed. Bahkan:
“Tangan kami terbuka lebar untuk menghukum musuh, dan respons militer hanyalah sebagian dari respons kami secara keseluruhan,” tegas Kowsari.
Pada tahun 2012, Iran juga terbukti melancarkan serangan siber ke industri minyak Arab Saudi, menunjukkan kapabilitas yang serius dalam domain non-konvensional.
Selat Hormuz bukan hanya jalur laut, melainkan urat nadi ekonomi global. Ancaman Iran untuk menutup jalur ini tidak hanya mengangkat risiko perang regional tetapi juga menciptakan ketidakpastian besar bagi pasar energi dan ekonomi dunia. Dunia internasional kini menanti, apakah konflik ini bisa mereda atau justru mengarah pada guncangan global yang lebih besar.
Related Tags & Categories :