October 27, 2025 By pj

27 Oktober 2025 – Industri micro drama atau drama mikro di China tengah mengalami lonjakan besar dan kini menjadi yang terbesar di dunia. Berdasarkan laporan The Micro-Drama Economy 2025 yang dirilis Media Partners Asia (MPA), pendapatan sektor ini pada 2025 mencapai USD 9,4 miliar atau sekitar Rp 156,06 triliun, meningkat tajam dari USD 5,1 miliar pada 2023 dan USD 6,9 miliar pada 2024. Tren pertumbuhan ini menegaskan bahwa micro drama kini menjadi pilar utama dalam industri hiburan digital China.
MPA memperkirakan pendapatan industri micro drama China akan terus meningkat hingga USD 16,2 miliar (Rp 265,07 triliun) pada 2030, dengan pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 11,5 persen. Setidaknya terdapat delapan platform besar yang berperan penting, seperti DramaBox, DramaWave, FlickReels, GoodShort, MoboReels, NetShort, ReelShort, dan ShortMax. Semua platform tersebut aktif beriklan di media sosial untuk memperluas jangkauan pasar.
Selain itu, laporan Asia Video Content Dynamics 2025 juga mencatat bahwa format micro drama dirancang khusus untuk konsumsi ponsel, dengan durasi singkat 1 hingga 5 menit per episode dalam format vertikal. Meski pendek, satu seri micro drama bisa berisi puluhan hingga ratusan episode, menjadikannya format yang padat dan adiktif bagi penonton digital masa kini.
Micro drama kini menjadi bagian penting dalam ekosistem hiburan China. Jumlah penontonnya telah melampaui 830 juta orang per September, dan seperti disebut dalam laporan Qazinform,
“Hampir 60% di antaranya membayar atau bertransaksi.”
MPA juga merinci proyeksi pendapatan yang terus meningkat dari USD 500 juta pada 2021 menjadi USD 7 miliar di 2024, USD 9,4 miliar di 2025, hingga USD 16,2 miliar di 2030.
Pertumbuhan ini didorong oleh dominasi tiga pemain besar: Red Fruit (milik ByteDance), Akun Video WeChat (Tencent), dan Xi Fan (Kuaishou). Mereka mengembangkan aplikasi drama pendek terpisah dari layanan video panjang. Anggaran produksi micro drama berkisar USD 400.000–600.000, dengan potensi besar untuk waralaba. Penggunaan teknologi AI pun semakin masif, mulai dari rekomendasi konten hingga pembuatan alur cerita bercabang yang dapat memicu siklus viral.
China memimpin pendapatan micro drama global, jauh di atas Jepang dan Korea. Pada 2025, Jepang diproyeksi menghasilkan USD 267 juta (Rp 4,42 triliun) dan Korea USD 109 juta (Rp 1,81 triliun). Namun, hingga 2030, Jepang akan mencapai USD 1,2 miliar (Rp 19,88 triliun) dan Korea USD 886 juta (Rp 14,68 triliun), menandakan pertumbuhan kuat di kawasan Asia Pasifik.
Laporan tersebut juga menyoroti potensi besar Asia Tenggara, dengan total pendapatan diproyeksi mencapai USD 189 juta (Rp 3,13 triliun) pada 2025 dan meningkat menjadi USD 1,2 miliar (Rp 19,88 triliun) pada 2030. Indonesia menjadi penyumbang terbesar di kawasan ini dengan proyeksi pendapatan USD 66 juta (Rp 1,09 triliun) pada 2025 dan USD 311 juta (Rp 5,15 triliun) pada 2030.
Fenomena micro drama kini meluas ke seluruh dunia. Di Amerika Serikat, pendapatan micro drama diperkirakan mencapai USD 819 juta pada 2024 dan USD 3,8 miliar pada 2030, dengan penonton utama perempuan urban usia 30–60 tahun. Platform seperti DramaBox dan ReelShort mencatat kinerja tinggi meski menghadapi biaya distribusi besar.
Direktur Eksekutif MPA, Vivek Couto, menegaskan, “Drama mikro telah berevolusi dari eksperimen niche menjadi kategori global bernilai miliaran dolar. Produksi memang murah, tetapi distribusinya mahal, dan kesuksesan bergantung pada kecepatan, skala, dan IP yang dapat diulang.”
Ia juga menambahkan bahwa ekosistem micro drama China menjadi contoh sukses integrasi antara media sosial, konten, dan sistem pembayaran, sementara Amerika Serikat membuktikan potensi ekspansi global.
Industri micro drama telah berkembang dari sekadar format eksperimental menjadi kekuatan baru dalam industri hiburan global. Dengan dukungan teknologi, strategi distribusi cepat, dan pertumbuhan penonton yang masif, China kini berdiri sebagai pusat ekosistem micro drama dunia. Seiring meningkatnya minat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, micro drama diprediksi akan terus memperluas pengaruhnya sebagai salah satu sektor paling menjanjikan di era digital.