August 11, 2025 By RB
11 Agustus 2025 – Indonesia kembali mencatatkan diri sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di kawasan Asia Tenggara pada 2025. Meski data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan persentase pengangguran terbuka (TPT) dari 4,82 persen menjadi 4,76 persen, jumlah pengangguran secara absolut justru bertambah. Kondisi ini menunjukkan bahwa tantangan ketenagakerjaan di Indonesia bukan hanya soal angka, tetapi juga kualitas dan pemerataan kesempatan kerja.
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Qisha Quarina, SE, menegaskan bahwa turunnya TPT tidak otomatis menandakan pasar tenaga kerja membaik.
> “Meskipun data menunjukkan tingkat pengangguran terbuka menurun, tetapi jumlah pengangguran secara absolut justru mengalami peningkatan,” kata Qisha, dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (8/8/2025).
Ia menilai, statistik yang hanya menyoroti persentase TPT dapat memberi kesan menyesatkan. Faktanya, angka pengangguran masih naik akibat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan ketidakseimbangan antara angkatan kerja baru dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia.
Qisha menambahkan bahwa isu ketenagakerjaan nasional tidak berhenti pada jumlah pengangguran saja. Pekerjaan layak, upah yang memadai, serta jaminan sosial juga merupakan faktor penting yang patut menjadi perhatian bersama.
Berdasarkan laporan Trading Economics, berikut urutan 11 negara di Asia Tenggara berdasarkan persentase pengangguran pada 2025:
1. Indonesia – 4,76% (Februari-Maret 2025)
2. Brunei – 4,7% (Desember 2024)
3. Filipina – 3,7% (Juni 2025)
4. Myanmar – 3% (Desember 2024)
5. Malaysia – 3% (Mei 2025)
6. Vietnam – 2,24% (Juni 2025)
7. Singapura – 2,1% (Juni 2025)
8. Timor Leste – 1,6% (Desember 2024)
9. Laos – 1,2% (Desember 2024)
10. Thailand – 0,89% (Maret 2025)
11. Kamboja – 0,27% (Desember 2024)
Posisi Indonesia ini tidak berubah meskipun persentase TPT turun dari periode sebelumnya (4,91 persen). Tingginya angka tersebut sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 285 juta jiwa pada 2024—terbesar di ASEAN.
Menurut BPS, jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang, atau bertambah sekitar 83.450 orang dibandingkan setahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 3,6 juta adalah pengangguran usia muda.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa peningkatan angkatan kerja sebesar 3,67 juta orang juga dipicu oleh masuknya lulusan baru serta ibu rumah tangga yang kembali ke dunia kerja. Namun, pertumbuhan lapangan kerja belum mampu mengimbangi lonjakan angkatan kerja tersebut.
Masalah pengangguran di Indonesia memerlukan langkah strategis yang tidak hanya berfokus pada penyerapan tenaga kerja, tetapi juga peningkatan kualitasnya. Pemerintah, pelaku industri, dan dunia pendidikan perlu berkolaborasi menciptakan ekosistem kerja yang adaptif terhadap perubahan teknologi dan tren pasar.
Peningkatan keterampilan (upskilling) dan pelatihan ulang (reskilling) menjadi kunci agar angkatan kerja siap bersaing di era digital. Selain itu, perlu adanya kebijakan yang mendorong investasi padat karya, penguatan sektor UMKM, serta pemerataan pembangunan industri di luar Pulau Jawa untuk mengurangi kesenjangan kesempatan kerja.
Related Tags & Categories :