June 16, 2025 By A G
16 Juni 2025 – Dunia penerbangan militer Asia Tenggara kembali dihebohkan dengan kabar menggembirakan. Indonesia resmi menandatangani kesepakatan pembelian 48 unit jet tempur generasi kelima KAAN dari Turki dengan nilai fantastis mencapai USD 10 miliar atau setara Rp162 triliun. Kesepakatan bersejarah ini tidak hanya menandai modernisasi armada udara Indonesia, tetapi juga menjadi kontrak ekspor pertahanan terbesar dalam sejarah Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan kabar menggembirakan ini melalui platform X pada Rabu (11/6/2025), tepat di sela-sela berlangsungnya pameran Indo Defence 2025 di Jakarta. “Dalam kerangka perjanjian yang kita tandatangani dengan teman dan saudara kita Indonesia, 48 jet KAAN akan diekspor ke Indonesia,” ungkap Erdogan dengan bangga.
Penandatanganan memorandum of understanding (MoU) ini berlangsung secara khidmat di Indo Defence Expo & Forum Jiexpo Kemayoran, Jakarta. Upacara bersejarah tersebut disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, yang turut mengunjungi Paviliun Industri Pertahanan Turki dalam pameran tersebut.
MoU diteken oleh Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin dan Sekretaris Industri Pertahanan Turki, Haluk Görgün. Kesepakatan ini tidak sekadar pembelian biasa, tetapi melibatkan kerja sama teknologi yang akan mengintegrasikan kemampuan manufaktur lokal Indonesia dalam proses produksi.
“Kapabilitas dalam negeri Indonesia juga akan digunakan dalam produksi jet KAAN,” tegas Erdogan, meskipun detail teknis spesifik belum diungkapkan secara rinci. Pengiriman 48 unit jet tempur ini akan dilakukan secara bertahap selama kurun waktu satu dekade ke depan.
Bagi Prabowo Subianto, kesepakatan ini sejalan dengan visinya untuk memperkuat pertahanan Indonesia. “Tidak ada bangsa waras yang menginginkan perang,” kata Prabowo dalam pidato pembukaan pameran senjata empat hari tersebut. “Namun sejarah mengajarkan kita bahwa bangsa yang tidak mau berinvestasi dalam sistem pertahanannya akan kehilangan kemerdekaan dan menjadi bangsa budak.”
KAAN bukanlah sembarang jet tempur. Pesawat buatan Turkish Aerospace Industries (TAI) ini merupakan jet tempur generasi kelima yang setara dengan F-35 Lightning II milik Amerika Serikat. Dengan panjang 20,3 meter, lebar sayap 13,4 meter, dan tinggi 5 meter, KAAN memiliki bobot maksimal take-off mencapai 34 ton.
Kecepatan maksimal KAAN mencapai 1,8 Mach dengan ketinggian terbang hingga 16.764 meter atau sekitar 55.000 kaki. Yang lebih mengesankan, jet ini mampu melakukan supercruise terbang supersonik tanpa menggunakan afterburner sebuah kemampuan elite yang hanya dimiliki fighter jet generasi terdepan.
Sebagai pesawat siluman, KAAN dirancang dengan teknologi stealth yang meminimalkan deteksi radar. Pesawat ini dilengkapi dengan ruang senjata internal (internal weapons bay) yang memungkinkan membawa persenjataan tanpa mengurangi kemampuan silumannya.
KAAN dapat dipersenjatai dengan berbagai rudal canggih, termasuk SOM (Stand-Off Missile) rudal jelajah jarak jauh dengan jangkauan melebihi 250 kilometer. Kemampuan ini memungkinkan serangan presisi terhadap target darat yang dibentengi tanpa perlu memasuki zona pertahanan udara musuh.
Sistem radar KAAN menggunakan MURAD active electronically scanned array (AESA) yang dikembangkan oleh ASELSAN. Radar canggih ini menawarkan fungsionalitas multi-mode, memungkinkan pelacakan simultan beberapa target di udara, pemetaan tanah beresolusi tinggi, dan kemampuan peperangan elektronik terintegrasi.
Sistem propulsi KAAN terdiri dari dua mesin turbofan afterburning. Prototipe awal menggunakan mesin General Electric F110-GE-129, dengan setiap mesin menghasilkan daya dorong sekitar 29.000 pound-force (lbf). Namun, Turki berambisi mengganti mesin ini dengan produksi dalam negeri TF-35000 yang dikembangkan Tusas Engine Industries Inc pada tahun 2032.
Mesin TF-35000 didesain khusus untuk KAAN dengan daya dorong 35.000 lbf, memberikan performa yang lebih superior dalam hal kecepatan tinggi, akselerasi cepat, dan jelajah supersonik berkelanjutan.
Pembelian KAAN ini sangat strategis bagi Indonesia dalam rangka mengganti armada F-16 yang sudah ketinggalan zaman. Selain itu, kesepakatan ini juga mengisi kekosongan yang ditinggalkan setelah proyek jet tempur KF-21 dengan Korea Selatan belum menunjukkan hasil yang jelas.
Para ahli militer menilai bahwa KF-21 bukanlah pesawat generasi kelima yang sebenarnya, sementara KAAN bahkan memiliki beberapa kemampuan jet generasi keenam, seperti integrasi artificial intelligence (AI) dan kemampuan kerja sama dengan drone.
Yang menarik dari kesepakatan ini adalah komitmen untuk melibatkan kemampuan manufaktur lokal Indonesia. Meskipun detail teknisnya belum diungkapkan, keterlibatan industri dalam negeri ini diharapkan dapat mempercepat transfer teknologi dan penguatan ekosistem pertahanan Indonesia.
Langkah ini sejalan dengan strategi Prabowo Subianto yang menjadikan sektor pertahanan sebagai prioritas utama. Ia berkomitmen melakukan modernisasi militer Indonesia melalui pembelian berbagai alutsista canggih, termasuk kapal selam, frigat, dan jet tempur.
Bagi Turki, kesepakatan dengan Indonesia ini merupakan pencapaian luar biasa. Yusuf Akbaba, pakar industri pertahanan Turki, menyebut kesepakatan ini sebagai tonggak penting bagi proyek KAAN. “Untuk mengurangi biaya, penting untuk meningkatkan jumlah pesanan,” kata Akbaba. “Seiring bertambahnya jumlah unit, harga per unit pesawat menurun.”
Kesuksesan ekspor ke Indonesia ini diperkirakan akan menarik minat negara-negara Islam dan Asia lainnya. Qatar, Azerbaijan, Arab Saudi, dan beberapa negara lain juga sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi pesawat KAAN.
Dengan penambahan 48 unit KAAN, Indonesia akan memiliki salah satu armada jet tempur tercanggih di Asia Tenggara. Kombinasi teknologi stealth, kemampuan supercruise, dan integrasi AI menjadikan KAAN sebagai aset strategis yang akan meningkatkan kapabilitas proyeksi kekuatan udara Indonesia secara signifikan.
Kesepakatan bersejarah ini tidak hanya menandai era baru kekuatan udara Indonesia, tetapi juga memperkuat kerja sama strategis antara dua negara sahabat di kawasan yang berbeda. Dengan investasi sebesar Rp162 triliun, Indonesia membuktikan keseriusannya dalam membangun pertahanan yang kuat untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Saat KAAN pertama kali mengangkasa di langit Indonesia pada akhir dekade ini, dunia akan menyaksikan transformasi Indonesia menjadi kekuatan udara yang diperhitungkan di kawasan.