Leet Media

Hati-Hati Pembusukan Otak Gara-Gara Konsumsi Konten Medsos Berkualitas Rendah!

December 4, 2024 By Reynaldi Aditya R.

Brain rot, Hati-Hati Pembusukan Otak Gara-Gara Konsumsi Konten Medsos Berkualitas Rendah!

4 Desember 2024 – Pernahkah Anda merasa kehilangan fokus setelah terlalu lama menggulir media sosial, hanya untuk menemukan diri Anda tenggelam dalam konten yang tidak bermakna? Fenomena ini, yang kini dikenal sebagai brain rot, baru saja dinobatkan sebagai Oxford Word of the Year 2024. Istilah ini mencerminkan kekhawatiran yang semakin meningkat tentang dampak negatif dari konsumsi berlebihan konten media sosial berkualitas rendah—terutama yang hanya bersifat hiburan semata, tanpa memberikan stimulasi intelektual yang berarti.

Apa Itu Brain Rot?

Secara sederhana, brain rot adalah “pembusukan otak” akibat paparan terus-menerus terhadap konten yang tidak memberikan tantangan intelektual. Contohnya adalah video pendek TikTok, meme receh, atau tren viral yang sering kali hanya bersifat hiburan semata. Menurut Oxford University Press, istilah ini mencerminkan dampak negatif digitalisasi pada generasi muda, terutama Generasi Z dan Generasi Alpha.

Brain Rot: Istilah yang Menggambarkan Kekhawatiran Media Sosial

“Brain rot” kini menjadi frasa yang dipilih oleh Oxford University Press sebagai Kata Tahun Ini 2024. Istilah ini mencerminkan kekhawatiran terhadap dampak konsumsi berlebihan konten berkualitas rendah, terutama di media sosial. Populernya kata ini mencerminkan perubahan besar dalam cara kita berinteraksi dengan dunia maya, dengan penggunaan yang meningkat 230% dari tahun 2023 hingga 2024.

Pakar psikologi dan Profesor Universitas Oxford, Andrew Przybylski, menyatakan bahwa istilah ini menggambarkan ketidakpuasan terhadap dunia daring. Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa “brain rot” benar-benar merusak otak, kata ini menggambarkan kecemasan terkait dampak negatif media sosial pada kesehatan mental dan kemampuan berpikir kritis.

Apa itu brain rot? Apakah itu pembusukan otak?

Sejarah dan Popularitas

Istilah ini sebenarnya bukan hal baru. “Brain rot” pertama kali digunakan di tahun 1854 oleh penulis Henry David Thoreau untuk menggambarkan penurunan standar intelektual di masyarakat. Di era modern, istilah ini kembali muncul di platform digital, terutama sejak 2010-an, dan menjadi populer pada 2023-2024. Lonjakan ini bertepatan dengan meningkatnya jumlah waktu yang dihabiskan orang untuk menonton konten pendek di media sosial.

Mengapa Kita Harus Waspada?

Kecanduan konten trivial dapat berdampak buruk pada:

  1. Kemampuan Berpikir Kritis: Konten dangkal sering kali tidak menstimulasi otak, yang bisa menurunkan kemampuan analisis.
  2. Kesehatan Mental: Paparan berlebihan terhadap konten ini sering dikaitkan dengan stres, gangguan tidur, dan kurangnya fokus.
    Di Indonesia sendiri, fenomena ini terlihat dari tingginya konsumsi konten receh di platform seperti Instagram dan TikTok. Meski terlihat sepele, dampaknya bisa merugikan jika tidak dikontrol dengan baik.

Tips Menghindari Brain Rot

Brain rot mungkin menjadi cerminan budaya digital saat ini, tetapi kita tetap punya kendali untuk memilih bagaimana memanfaatkannya. Anda ingin melawan fenomena ini atau malah menjadi bagian darinya?

“Jangan sampai otak Anda membusuk hanya karena konten receh di media sosial.”

Referensi

Related Tags & Categories :

highlight

#Gen Z

#Leet Media