Leet Media

Harapan di Ujung Antrian: Ribuan Warga Jakarta Berebut Posisi Petugas Kebersihan

April 24, 2025 By Abril Geralin

24 April 2025 – Di saat fajar belum sepenuhnya menyingsing, ratusan warga Jakarta sudah memadati halaman Balai Kota. Map coklat berisi surat lamaran dan harapan tergenggam erat, sementara antrian panjang mengular sejak subuh. Mereka datang bukan untuk posisi bergengsi di perusahaan multinasional, melainkan untuk satu kesempatan: menjadi bagian dari Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), pekerja lapangan berseragam oranye yang bertugas membersihkan jalanan ibu kota.

Fenomena ini bermula dari pesan WhatsApp berantai tentang lowongan PPSU, Penyedia Jasa Lainnya Perorangan (PJLP), dan Pemadam Kebakaran (Damkar). Broadcast tersebut mengimbau pelamar untuk langsung datang ke Balai Kota. Meski kemudian pihak Pemprov DKI Jakarta mengklarifikasi bahwa arahan ke Balai Kota adalah keliru, hal ini tidak menyurutkan semangat ribuan pencari kerja untuk datang dan mencoba peruntungan.

“Saya dari jam tujuh sudah antre, rame banget,” ujar Muhammad Ihda Rohmanu, lulusan SMA tahun 2020 yang sudah tiga bulan menganggur setelah sempat bekerja di restoran dan gudang Shopee. Dengan membawa persyaratan seperti surat bebas narkoba dan surat kesehatan, ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan tetap yang menawarkan gaji sesuai UMK Jakarta sebesar Rp 5.300.000.

Antrian Panjang, Harapan yang Tak Surut

Source: Harian Disway

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengaku terkejut dengan tingginya animo masyarakat. “Saya secara pribadi kaget, tadi dilaporin, sekarang ini yang mendaftar sudah 7.000 lebih, dari 1.100 yang akan diterima,” ungkapnya. Angka ini menunjukkan betapa kompetitifnya persaingan, dengan total formasi yang tersedia hanya 1.652 posisi, di mana 1.100 di antaranya khusus untuk PPSU.

Kerumunan pencari kerja ini menjadi cermin dari kondisi ketenagakerjaan di Jakarta. Di balik gedung-gedung pencakar langit dan mal-mal mewah, terdapat ribuan warga yang berjuang mencari penghidupan yang layak. Posisi PPSU, yang secara status sosial sering dipandang sebelah mata, kini menjadi rebutan karena menawarkan jaminan ekonomi yang stabil.

Beragam Wajah di Balik Antrian

Di tengah lautan manusia yang memadati Balai Kota, terdapat beragam kisah dan latar belakang. Mario Mulyono (45 tahun), mantan pekerja pabrik yang kini mengandalkan penghasilan dari ojek online, mengeluhkan proses pendaftaran yang membingungkan. “Disuruh ambil nomor, tapi nggak dapet. Disuruh scan barcode, eh munculnya malah berita. Saya dari jam 9 pagi di sini,” keluhnya.

Bagi sebagian besar pelamar, PPSU bukan pilihan pertama, tapi satu-satunya yang tersisa. Siti Zulfa (29 tahun), yang sebelumnya bekerja sebagai penjaga toko di Mal Kota Kasablanka sebelum kontraknya diputus awal tahun, mengaku sudah lima kali melamar kerja tanpa hasil. “Di sini katanya nggak batas umur, makanya saya coba,” tuturnya sambil menceritakan pengalamannya datang sejak pukul 05.30 pagi hanya untuk mendapati ratusan pendaftar sudah lebih dulu mengantri.

Karina (36 tahun) melihat lowongan ini sebagai kesempatan untuk kembali bekerja setelah cuti melahirkan. “Usia nggak dibatasin, diprioritaskan warga DKI. Saya sudah tiga hari ke sini, kemarin sudah dapat tanda terima,” jelasnya sambil menunjukkan dokumen-dokumennya.

Sementara Sani (33 tahun), ibu rumah tangga yang mengetahui lowongan ini dari broadcast WhatsApp, menaruh harapan besar pada janji transparansi pemerintah. “Kata broadcast awalnya hoaks, ternyata beneran. Katanya sih tahun ini nggak ada titipan, semua bisa masuk asal lengkap. Ya, saya percaya saja janji gubernur,” katanya penuh harap.

Tantangan Sistem Pendaftaran

Source: Kumparan

Tingginya jumlah pendaftar yang membanjiri Balai Kota membuat sistem pendaftaran manual kewalahan. Staf Khusus Gubernur Bidang Komunikasi Publik, Cyril Raoul Hakim, menegaskan bahwa seharusnya proses rekrutmen dilakukan oleh wilayah masing-masing seperti kecamatan dan kelurahan, bukan terpusat di Balai Kota.

“Memang lowongannya ada, bukan hoaks. Tapi yang hoaks adalah arahannya yang menyuruh ke Balai Kota. Itu tidak benar,” ujar Cyril. Ia juga menambahkan bahwa Pemprov sedang membangun sistem pendaftaran online untuk mempermudah masyarakat dalam melamar tanpa harus datang jauh-jauh ke Balai Kota.

Namun hingga sistem online tersebut aktif sepenuhnya, ribuan pelamar tetap berdatangan, membuat proses menjadi tidak efisien dan melelahkan bagi mereka yang sudah berjam-jam mengantre. Banyak yang harus bolak-balik karena informasi yang tidak jelas atau dokumen yang belum lengkap.

Potret Ketidakpastian Ekonomi

Fenomena membludaknya pendaftar PPSU ini menjadi cermin dari ketidakpastian ekonomi yang dihadapi banyak warga Jakarta. Masanas, pria berusia 40-an tahun yang pernah bekerja di pabrik sebelum dipecat saat pandemi, berbagi harapannya dengan lirih: “Harapannya satu diterima, kedua buat bantu keluarga. Kami mohon, tolong dibuka seluas-luasnya lapangan kerja untuk warga.”

Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, menilai langkah Gubernur Pramono untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sangat tepat. “Itu artinya masyarakat butuh pekerjaan. Pemerintah harus membuka lapangan pekerjaan sebanyak mungkin,” jelasnya, meski tetap mengingatkan pentingnya evaluasi terhadap efektivitas sistem perekrutan yang diterapkan.

Harapan di Tengah Ketidakpastian

Di balik ribuan surat lamaran yang menumpuk di meja pendaftaran, tersimpan cerita-cerita tentang daya juang, kegigihan, dan keinginan sederhana untuk bertahan hidup. Bagi mereka, seragam oranye PPSU bukan sekadar pakaian kerja, melainkan tiket menuju kehidupan yang lebih stabil dan bermartabat.

Matahari semakin tinggi, tetapi semangat para pencari kerja tidak surut. Mereka tetap bertahan dalam antrian, berharap namanya akan dipanggil dan mendapatkan kesempatan yang ditunggu-tunggu. Sebuah pekerjaan tetap dengan gaji UMK Jakarta adalah secercah terang di tengah ketidakpastian ekonomi yang menggulung kehidupan mereka.

Menanti Sistem yang Lebih Baik

Source: RRI.co.id

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini ditantang untuk segera menyempurnakan sistem pendaftaran online agar proses rekrutmen dapat berjalan lebih efisien dan transparan. Warga diimbau untuk mengakses informasi resmi melalui situs www.jakarta.go.id/loker daripada mengandalkan broadcast atau informasi tidak resmi.

Dengan sistem online yang baik, diharapkan proses seleksi dapat berjalan lebih adil dan terbuka, memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga Jakarta yang membutuhkan pekerjaan. Ini juga akan mengurangi kekecewaan dan kelelahan fisik dari proses antri yang panjang dan belum tentu membuahkan hasil.

Kisah antrian panjang di Balai Kota Jakarta ini tidak hanya menjadi potret kebutuhan akan lapangan kerja, tetapi juga menggambarkan bagaimana sebuah pekerjaan yang terkadang dipandang sebelah mata justru menjadi harapan bagi banyak orang. Di balik seragam oranye PPSU, ada mimpi dan perjuangan ribuan warga Jakarta yang ingin hidup lebih baik di tengah gemerlap ibu kota yang tidak selalu ramah kepada semua penghuninya.