Leet Media

Gen Z Ramai-Ramai Tinggalkan Smartphone dan Pindah ke Handphone Jadul Demi Kurangi Kecemasan

June 9, 2025 By RB

CNN Indonesia

9 Juni 2025 – Di tengah dominasi teknologi canggih dan ketergantungan pada media sosial, sebuah tren unik mulai mengemuka dari generasi muda masa kini: Gen Z. Alih-alih mengikuti arus, sebagian dari mereka justru memilih jalan sebaliknya—meninggalkan smartphone dan kembali menggunakan ponsel dengan fitur minimalis atau yang dikenal sebagai dumbphone. Fenomena ini bukan sekadar nostalgia, melainkan bentuk perlawanan terhadap kecanduan digital dan pencarian kembali pada kehidupan yang lebih fokus dan sehat secara mental.

Mengapa Gen Z Meninggalkan Smartphone

Keinginan untuk Detoks Digital

Salah satu alasan utama Gen Z mulai meninggalkan smartphone adalah keinginan melakukan digital detox. Kehidupan yang terus-menerus terhubung dan berinteraksi melalui media sosial telah menciptakan tekanan mental yang signifikan. Riset menunjukkan bahwa kebiasaan scrolling tanpa henti berkaitan dengan gejala seperti ADHD, kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.

Chief Marketing Officer HMD Global, Lars Silberbauer, menyatakan bahwa meningkatnya penggunaan dumbphone mencerminkan kesadaran baru di kalangan remaja akan dampak negatif teknologi terhadap kesehatan mental. “Dari penelitian, kita dapat melihat bahwa generasi muda mengalami masalah kesehatan mental, sehingga mereka memilih untuk menjauhi media sosial,” ujarnya pada April 2023, dilansir dari Euronews.

Tekanan Sosial dan Ketergantungan Digital

Tekanan untuk selalu tersedia dan cepat merespons pesan menjadi beban tersendiri. Seperti diungkapkan Rana Ali, mantan pekerja keuangan yang kini menjadi rapper, “Saya selalu benci harus selalu ada untuk semua orang.” Ia merasa kecepatan membalas pesan seolah menjadi tolok ukur hubungan sosial, yang menambah beban mental sehari-hari.

Kembalinya Dumbphone dan Budaya Retro

Tren ini juga didorong oleh kecurigaan terhadap praktik pengumpulan data oleh perusahaan teknologi dan kerinduan akan gaya hidup yang lebih sederhana. Kebangkitan budaya retro seperti piringan hitam, kaset, majalah fisik, hingga video game 8-bit semakin memperkuat posisi dumbphone di kalangan Gen Z.

Popularitas kembali ponsel ikonik seperti Nokia 3310 bahkan sempat memuncak di AS setelah viralnya tagar #bringbackflipphones di TikTok. Penjualan ponsel flip Nokia dilaporkan meningkat dua kali lipat pada April 2023. Produsen seperti Punkt dan Light juga mengalami peningkatan permintaan berkat promosi yang digencarkan oleh para influencer.

Dampak Penggunaan Dumbphone terhadap Kehidupan Gen Z

Meningkatkan Fokus dan Produktivitas

Pengalaman pengguna TikTok @iamcrispynugget menggambarkan betapa besar dampaknya. Ia mengikuti tantangan menggunakan dumbphone selama 30 hari dan mengaku kaget setelah mengetahui bahwa ia membuka ponsel sebanyak 160 kali dalam sehari. Setelah tiga minggu menggunakan ponsel jadul, ia merasa lebih fokus, lebih sedikit mengalami kecemasan, dan lebih mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

“Tidak mengherankan jika ponsel saya menjadi alasan mengapa saya kesulitan fokus atau mengalami banyak perubahan suasana hati yang tidak dapat dijelaskan,” katanya, dikutip dari The Daily Mail.

Membantu Interaksi Sosial Lebih Bermakna

Gen Z juga menyadari bahwa kebersamaan menjadi lebih berkualitas tanpa kehadiran smartphone. “Salah satu teman kami tidak pernah membuka smartphone-nya sama sekali saat sedang nongkrong, dan dia selalu bersenang-senang, dia selalu menemukan teman, itu adalah pengalaman yang jauh lebih baik,” ungkap seorang pengguna bernama Sammy.

Tantangan dalam Gerakan Offlining

Meski tren ini membawa banyak manfaat, offlining bukan tanpa tantangan. Dunia modern menuntut konektivitas. Beberapa layanan publik kini hanya tersedia secara daring, dan restoran mulai mengganti menu fisik dengan QR code. Ketergantungan masyarakat pada internet menjadi hambatan nyata bagi mereka yang ingin benar-benar keluar dari ekosistem digital.

Masa Depan Dumbphone di Tengah Era Digital

Tren dumbphone yang semula dianggap sebagai fenomena sesaat kini mulai dilihat sebagai peluang pasar. HMD Global, pemegang lisensi merek Nokia, meluncurkan produk-produk retro seperti Nokia 3210, 3310, dan bahkan flip phone bertema Barbie yang lucu. Perusahaan seperti Punkt dan Light terus berinovasi menghadirkan ponsel minimalis untuk kalangan muda yang ingin mengurangi paparan layar.

Penurunan waktu penggunaan media sosial yang tercatat sejak 2021 oleh lembaga riset GWI menunjukkan bahwa tren ini memiliki fondasi kuat dan mungkin akan terus berkembang di masa mendatang.